Menuju konten utama

Tanggapan Indef Soal Unicorn yang Disebut Prabowo

Indef menilai tanpa aturan memadai, unicorn berdampak memperlebar defisit neraca berjalan.

Tanggapan Indef Soal Unicorn yang Disebut Prabowo
Ilustrasi unicorn bisnis Indonesia. Getty Images/iStockphoto

tirto.id -

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) merespon komentar Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto soal start up unicorn asal Indonesia.

Prabowo menyampaikan dalam debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Minggu (17/2/2019) lalu, terkait uang Indonesia yang akan lari ke luar negeri akibat adanya unicorn.

Peneliti senior Indef Didik J Rachbini menjelaskan, kondisi tersebut bisa saja terjadi, karena para investor asing yang menyuntik modal ke unicorn Indonesia dapat menarik aliran dana keluar (capital outflow).

"Terkait dengan unicorn atau e-commerce, yang dampaknya ke depan lebih hebat dan cukup berbahaya. Mengapa karena persaingan modal bersifat the winner take all, sifat dari bisnis ini adalah disruption, mematikan yang sudah ada dan membesarkan yang sudah besar. Ini sudah menjadi isu capres tapi belum melihat bahayanya, sehingga jika abai kita bisa terjerumus kalah perang ekonomi," jelas dia dalam diskusi dengan media, Jumat (22/2/2019).
Diketahui, perusahaan unicorn adalah perusahaan rintisan privat yang telah mengantongi nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS.
"Ada inovasi baru akan menyebabkan yang lama akan punah. Ini juga akan menimbulkan masalah sosial, yang sudah kita lihat perang jalanan Gojek dan ojek gang-gang, juga sopir ojek adalah pekerja tanpa asuransi, tanpa pengembangan SDM," papar dia.
Ia menjelaskan jika unicorn tidak diatur dan tidak diproteksi dengan baik, maka akan dicaplok modal asing. Akibatnya flow modal dari royalti di masa depan lewat e-commerce akan sangat besar.
Saat ini defisit neraca berjalan sangat besar, karena pendapatan primer, royalti, pendapatan tenaga kerja asing sangat besar.

Ia mengatakan, dengan tumbuhnya unicorn yang bebas tanpa peran pemerintah, diprediksi defisit neraca berjalan akan besar.

"Akar masalah kelemahan ekonomi Indonesia berada di sektor luar negeri, neraca berjalan dan sekarang defisit neraca jasa. Neraca berjalan kita selalu negatif, yang utamanya karena defisit di sektor ekspor impor jasa," papar dia.

Baca juga artikel terkait START-UP atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Zakki Amali
Editor: Zakki Amali