Menuju konten utama

Tanggapan Arab Saudi Soal Kamp Tahanan Muslim Uighur di Cina

Arab Saudi mengatakan urusan kamp tahanan Muslim Uighur di Xinjiang merupakan wewenang Cina dan termasuk keamanan nasional negara itu.

Tanggapan Arab Saudi Soal Kamp Tahanan Muslim Uighur di Cina
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman . AP / Ricardo Mazalan

tirto.id - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman mengatakan Cina berhak mengatur negaranya termasuk membangun kamp konsentrasi Muslim Uighur di Xinjiang.

“Cina punya wewenang untuk mengatasi terorisme dan ekstrimisme karena itu adalah bagian dari keamanan nasional,” kata Putra Mahkota di Cina untuk menandatangani kontrak dagang, dikutip dari Telegraph.

Presiden Xi Jinping menyatakan baik Cina maupun Arab Saudi harus memperkuat kerja sama internasional terhadap deradikalisasi untuk mencegah menyebarnya pandangan ekstrimis.

Hingga hari ini, diperkirakan 1 juta umat Muslim Uighur berada di kamp konsentrasi tersebut. Mereka diduga ‘dicuci otak’ dari tindak ekstrimisme yang menurut pendapat Cina, sudah mengakar di masyarakat Uighur di Xinjiang.

Uighur adalah bagian dari etnis Turki yang memeluk agama Islam dan hidup di wilayah Barat Cina, tepatnya di Xinjiang. Pemerintah Cina menyebut kelompok minoritas ini membela terorisme.

Masih menurut Telegraph, Presiden Turki Recep tayyip Erdogan menuntut Cina dengan tuduhan genosida, meskipun kedua negara tersebut memiliki hubungan diplomatic dan ekonomi yang dekat.

Hami Aksoy, juru bicara Turki mengecam kamp di Uighur tersebut sebagai sebuah penghinaan bagi kemanusiaan, bahkan sempat meminta Cina untuk menutup tempat kamp di Xinjiang tersebut.

Pernyataan Putra Mahkota Mohammed tersebut menegaskan keputusan Arab Saudi yang selama ini diam terhadap persoalan Muslim Uighur di Xinjiang. Hal tersebut sangat disayangkan karena keluarga kerajaan Arab Saudi dianggap sebagai pelindung umat Muslim di seluruh dunia.

Aljazeera mewartakan, melalui World Uiyghur Congress, sebuah advokasi di Jerman mengatakan Mohammed bin Salman yang gagal membela kekejaman penahanan Muslim Uighur di Cina secara tidak langsung mendukung praktik pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan Cina.

Juru bicara Britain’s Muslim Council, Migdaad Versi menyatakan bahwa pernyataan yang dilontarkan putra mahkota tersebut ‘menjijikan’ dan sebuah tameng untuk kamp konsentrasi menahan kebebasan Muslim Uighur.

“Sungguh menjijikan bagi sekutu Inggris, Putra Mahkota Mohammed bin Salman melindungi praktek kamp konsentrasi untuk melawan Muslim Uighur,” tulisnya melalui kaun Twitter.

“Pada dasarnya, Arab Saudi memiliki isyarat halus untuk tidak mengganggu atau menyinggung masalah Uighur,” ucap Michael Clarke dari National University’s National Security College, Australia seperti diwartakan Associated Press.

Cina dan Arab Saudi memiliki hubungan yang baik selama beberapa dekade terakhir karena adanya kerjasama dagang yang saling menguntungkan.

Perusahaan minyak nasional Arab Saudi di Riyadh menyatakan kunjungan Mohammed bin Salman di Cina adalah untuk memnanda tangani kerjasama Saudi-Cina yang bernilai 10 miliar dolar AS untuk mengembangkan produksi petrokimia kompleks di wilayah tenggara Provinsi Liaoning, Cina.

Otoritas Saham Arab Saudi juga menyatakan bahwa ada penandatanganan 35 MoU tidak terikat senilai 28 miliar dolar AS, terkait energi, pertambangan, transportasi, dan perdagangan daring.

Baca juga artikel terkait MUSLIM UIGHUR atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Politik
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora