Menuju konten utama

Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya

Tak hanya orang tua, pihak sekolah juga sangat berkotribusi untuk mencegah terjadinya perundungan.

Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Bullying. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Bullying atau perundungan masih kerap terjadi pada siapapun tanpa mengenal usia termasuk dalam hubungan pertemanan anak-anak.

Dokter anak dan penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Chelsea Urgent Care Clinic menyebutkan bahwa perundungan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan emosi anak-anak dilansir dari Everyday Health.

Guna menghadapi bullying dikalangan anak-anak, sebenarnya ada banyak tanda yang mungkin mengindikasikan bahwa seseorang terpengaruh oleh intimidasi. Oleh karenanya, ada baiknya bagi orang tua atau saudara yang lebih dewasa memahami tanda-tanda tersebut agar bisa segera melakukan proteksi lebih dini terhadap korban bullying.

Mengenali tanda-tanda tersebut dapat jadi langkah pertama yang penting dalam mengambil tindakan terhadap penindasan. Pasalnya, tidak semua anak yang mengalami perundungan berani untuk meminta bantuan.

Langkah selanjutnya, berbicara lah dengan anak yang menunjukkan tanda-tanda mengalami perundungan tersebut.

Berbicara dengan anak dapat membantu mengidentifikasi akar masalahnya. Sebab, tanda-tanda yang muncul juga dapat mengarah pada masalah lain, seperti depresi hingga penyalahgunaan obat.

Berikut adalah tanda-tanda yang dapat Anda temui apabila anak mengalami perundungan dilansir dari laman Stop Bullying:

1. Terdapat cedera yang tidak bisa dijelaskan.

2. Pakaian, buku, alat elektronik milik anak, atau perhiasan yang hilang atau hancur.

3. Sering sakit kepala atau sakit perut, merasa sakit atau pura-pura sakit.

4. Perubahan kebiasaan makan, seperti tiba-tiba melewatkan makan atau makan berlebihan. Anak-anak mungkin pulang dari sekolah karena lapar karena mereka tidak makan siang.

5. Kesulitan tidur atau sering mimpi buruk.

6. Nilai yang menurun, kehilangan minat dalam pekerjaan sekolah, atau tidak ingin pergi ke sekolah.

7. Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari situasi sosial.

8. Perasaan tidak berdaya atau penurunan harga diri.

9. Perilaku merusak diri sendiri seperti melarikan diri dari rumah, melukai diri sendiri, atau berbicara tentang bunuh diri.

Cara mencegah dan mengatasi bullying pada anak

Perundungan adalah perilaku yang mencakup serangkaian tindakan yang menyebabkan rasa sakit baik pada fisik maupun emosional. Hal tersebut bisa saja dimulai dari menyebarkan desas-desus, pengucilan yang disengaja, hingga pelecehan fisik. Banyak anak tidak memberi tahu orang tua atau guru mereka karena takut malu atau balas dendam.

Dilansir dari Medical News Bulletin, sebuah studi di Jepang meneliti bagaimana pengalaman menjadi seorang penindas atau korban dalam masa pra-remaja mempengaruhi kesehatan mental, termasuk masalah internalisasi dan eksternalisasi.

Hasilnya, baik anak yang melakukan intimidasi maupun korban mendapatkan dampak pada kesehatan mental mereka. Anak-anak dari segala usia yang menjadi korban memiliki skor yang jauh lebih tinggi pada skala masalah internalisasi.

Dengan demikian, anak-anak dari segala usia yang menjadi pelaku perundungan memiliki skor yang jauh lebih tinggi pada skala masalah eksternalisasi. Untuk semua usia anak-anak risiko ide bunuh diri pada anak perempuan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pelaku dan korban perundungan.

Oleh karenanya, orang tua harus mengambil peran dalam melakukan pencegahan perundungan tersebut. Namun selain dengan memahami tanda-tanda perundungan, para orang tua sebaiknya melakukan upaya lain. Berikut adalah tips mencegah perundungan dilansir dari Healthline:

1. Libatkan anak Anda

Hal pertama yang harus dilakukan jika Anda melihat ada sesuatu yang salah dengan anak Anda adalah berbicara dengan mereka. Hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk anak yang diintimidasi adalah memvalidasi situasi.

Perhatikan perasaan anak Anda dan biarkan mereka tahu bahwa Anda peduli. Anda mungkin tidak dapat menyelesaikan semua masalah mereka, tetapi penting bahwa mereka tahu mereka dapat mengandalkan Anda untuk mendapatkan dukungan.

2. Jadilah panutan bagi anak Anda

Perundungan adalah perilaku yang dipelajari dari orang lain. Maksudnya, anak-anak cenderung akan melakukan intimidasi akibat apa yang ia lihat pada perilaku orang dewasa, orang tua, guru, dan tontonan media massanya.

Sehingga, ada baiknya bagi orang tua untuk menjadi teladan yang positif dan ajarkan anak Anda perilaku sosial yang baik sejak usia dini. Anak Anda kecil kemungkinannya untuk memasuki hubungan yang merusak atau menyakitkan jika Anda sebagai orang tua mereka menghindari hubungan negatif.

3. Dapatkan pendidikan tentang perundungan

Tak hanya orang tua, pihak sekolah juga sangat berkotribusi untuk mencegah terjadinya perundungan. Pelatihan dan pendidikan berkelanjutan sangat penting untuk menghentikan intimidasi, salah satunya adalah dengan membicarakannya secara terbuka dengan siswa.

Siswa dapat ditanya apakah mereka tahu tentang perundungan, pengalaman mereka terkait itu, dan sebagainya. Dengan melakukan hal ini, anak-anak akan terbantu dalam memahami perundungan.

Penting juga untuk mendidik staf sekolah dan orang dewasa lainnya terkait perundungan. Mereka harus memahami sifat intimidasi dan dampaknya, bagaimana menanggapi intimidasi di sekolah, dan bagaimana bekerja dengan orang lain di masyarakat untuk mencegahnya.

4. Bersikap konsisten

Setiap anak baik pelaku maupun korban perundungan, harus diperlakukan dan ditangani secara adil dan konsisten, sesuai dengan kebijakan. Penindasan emosional harus diatasi dengan cara yang sama dengan penindasan fisik.

Kebijakan sekolah tertulis seharusnya tidak hanya melarang perilaku intimidasi, tetapi juga membuat siswa bertanggung jawab untuk membantu orang lain yang bermasalah. Kebijakan harus jelas dan singkat sehingga setiap orang dapat memahaminya secara sekilas.

Sangat penting bahwa aturan untuk intimidasi ditegakkan secara konsisten di seluruh sekolah. Staf sekolah harus dapat segera melakukan intervensi untuk menghentikan intimidasi, dan juga harus ada pertemuan lanjutan untuk pelaku intimidasi dan target. Orang tua siswa yang terpengaruh harus dilibatkan jika memungkinkan.

Baca juga artikel terkait BULLYING atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari