Menuju konten utama

Tanah Ambles Gubeng dan Perbedaannya dengan Sinkhole Selandia Baru

Fenomena sinkhole hanyalah salah satu dari banyak bentuk tanah ambles

Tanah Ambles Gubeng dan Perbedaannya dengan Sinkhole Selandia Baru
Foto aerial kondisi tanah ambles di Jalan Raya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/12/2018). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/wsj.

tirto.id - Jalan Gubeng Kota Surabaya, Jawa Timur mendadak ambles sekitar 8 meter dengan panjang 25 meter pada Selasa (18/12/2018) malam pukul 21.30 WIB.

Dugaan sementara penyebab amblesnya jalan Gubeng ini terkait dengan proyek pembangunan oleh kontraktor PT Nusa Engineering di lokasi Jalan Raya Gubeng. Polisi mengimbau kepada warga untuk menjauhi lokasi kejadian, karena tanah di sekitar lokasi masih bergerak.

Kasus pergerakan tanah memang kerap kita dengar, mulai dari kejadian likuifaksi yang kemarin terjadi usai gempa Palu, Sinkhole yang pernah terjadi di Selandia Baru dan Fukuoka, Jepang.

Namun, dibanding jenis pergerakan tanah yang lain, kasus tanah ambles mempunyai karakteristik dan faktor penyebab tersendiri.

The US Geological Survey menyatakan, fenomena sinkhole hanyalah salah satu dari banyak bentuk tanah ambles atau land subsidence.

Tanah ambles sendiri adalah tanah runtuh yang terjadi secara bertahap atau tenggelamnya permukaan bumi secara tiba-tiba karena gerakan di bawah permukaan material bumi.

Penyebab utama tanah ambles adalah pemadatan sistem akuifer, drainase tanah organik, penambangan bawah tanah, hidrokompaksi, pemadatan alami, sinkhole, dan pencairan permafrost. Tanah ambles dapat mempengaruhi area seluas ribuan mil persegi, demikian seperti dilansir The US Geological Survey.

The US Geological Survey juga menjelaskan, tanah ambles adalah masalah serius di Amerika Serikat. Lebih dari 17.000 mil persegi di 45 negara, area yang kira-kira seukuran New Hampshire dan Vermont jika digabungkan, telah dipengaruhi langsung oleh tanah ambles ini.

Lebih dari 80 persen dari tanah ambles yang teridentifikasi di negara tersebut telah terjadi karena eksploitasi air bawah tanah, dan meningkatnya pengembangan sumber daya lahan dan air mengancam untuk memperburuk masalah-masalah tanah ambles yang ada.

Tanah ambles paling sering disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama dari pemindahan air di bawah permukaan tanah.

Menurut USGS, sinkhole terjadi ketika batuan di bawah tanah mengalami pelarutan oleh asam dan air tanah yang mengalir melaluinya.

Pelarutan batuan ini menciptakan ruang bawah tanah, yang bisa kecil atau bisa juga berkembang menjadi begitu besar sehingga muncul lubang-lubang dalam area tanah tersebut.

Bentuk sinkhole sendiri bisa seperti mangkuk dangkal atau tatakan, sedangkan yang lain memiliki dinding vertikal, beberapa lainnya membentuk kolam.

Dilansir dari National Geographic, Sinkhole di Selandia Baru yang terjadi pada Mei 2018 mungkin menjadi salah satu yang terbesar. Dari ujung ke ujung, seperti panjang dua lapangan sepakbola. Sinkhole ini begitu besar bahkan membuka tanah vulkanik berusia 60.000 tahun.

Ahli vulkanologis Selandia Baru Brad Scott mengatakan kepada wartawan berita lokal bahwa itu adalah sinkhole terbesar yang pernah dilihatnya dan itu memiliki potensi untuk menjadi lebih besar.

Kasus ini bukanlah sinkhole pertama terjadi di Selandia Baru. Sembilan sinkholes lainnya telah terbentuk di sana dalam beberapa tahun terakhir.

Selandia Baru memiliki beberapa garis patahan utama di sepanjang negara tersebut, dan sinkhole diperkirakan lebih mungkin terjadi di dekat garis patahan di mana batuan bisa larut melewatinya. Sinkhole baru akan terbuka di atas medan batu apung, tetapi hal tersebut hanya salah satu dari banyak situs di seluruh dunia.

Baca juga artikel terkait JALAN GUBENG AMBLES atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Teknologi
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani