Menuju konten utama

Takaran Ideal Minum Kopi: 2-3 Gelas per Hari Baik untuk Antioksidan

Berapa gelas ukuran atau takaran ideal kopi yang dikonsumsi seseorang tiap harinya?

Takaran Ideal Minum Kopi: 2-3 Gelas per Hari Baik untuk Antioksidan
Ilustrasi minum kopi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kafein, satu kandungan dalam kopi kerap menjadi alasan mengapa minuman satu ini digandrungi. Kafein memang mampu membuat seseorang tetap terjaga, tidak mengantuk, dan meningkatkan pelepasan hormon kebahagian 'dopamin' sehingga bisa mengurangi stres.

Minum kopi juga makin menjadi gaya hidup, seiring menjamurnya kedai-kedai kopi di perkotaan dan meningkatnya konsumsi kopi robusta dan arabika di kalangan kaum urban.

Sebuah survei yang dilakukan secara online di Amerika Serikat terhadap 4.152 pekerja penuh waktu menemukan, sebanyak 63 persen pekerja rata-rata meminum kopi sebanyak dua cangkir per hari. Sedangkan sebanyak 28 persen dari mereka meminum tiga gelas atau lebih.

Mayoritas, para pekerja muda dengan rentang umur 18-24 tahun mengatakan kurang produktif tanpa kopi. Klaim yang sama diungkapkan 58 persen pekerja berusia 25-34 tahun.

Sementara itu, jika dikonsumsi berlebihan, kandungan kafein bisa menimbulkan masalah pencernaan dan otak. Belum lagi kadar gula yang tinggi pada sajian kopi tertentu (kopi yang disajikan memakai gula).

Yang menjadi pertanyaan kemudian, berapa gelas ukuran atau takaran ideal kopi yang dikonsumsi seseorang tiap harinya?

Menurut penelitian dalam jurnal PLoS ONE tahun 2015, takaran ideal konsumsi kopi adalah 2-3 gelas per hari. Dengan takaran ideal ini, kandungan antioksidan pada kopi dapat bekerja secara optimal untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh.

Tubuh akan terhindar dari risiko penyakit kardiovaskular, gangguan pencernaan, serta kematian dini. Bahkan, menurut penelitian tersebut, takaran 2-3 gelas atau setara dengan 170-375 mg kafein per hari bisa menurunkan resiko disfungsi erektil.

Untuk pola konsumsi yang lebih sehat, hindari menambahkan gula ke dalam kopi. Alih-alih menyehatkan, asupan gula justru menambah jumlah kadar gula atau kalori yang mengganggu metabolisme tubuh.

“Banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami efek kopi terhadap tubuh. Dengan takaran yang pas, kopi memang dapat menjaga kesehatan, namun kopi yang dimaksud adalah kopi hitam murni yang pekat - bukan olahan kopi yang sudah ditambahkan gula, krim, pemanis buatan, dan sebagainya,” jelas tim medis HonestDocs dalam siaran pers, Rabu (18/9/2019) sebagaimana dikutip Antara.

Orang yang minum tiga sampai empat cangkir kopi sehari lebih mungkin memperoleh manfaat kesehatan. Mereka juga bisa meminimalisasi risiko kematian dini dan penyakit jantung daripada mereka yang pantang minum kopi, demikian kata para ilmuwan.

Infografik Waktu terbaik untik minum kopi REV

Infografik Waktu terbaik untik minum kopi

Kapan waktu terbaik untuk minum kopi?

Bila Anda biasa meminum kopi di pagi hari sebelum melakukan beragam aktivitas, maka sebaiknya mulai berpikir ulang. Steven Miller, Neuroscientist di Uniformed Services University of the Health Sciences di Maryland, mengatakan bahwa waktu minum kopi yang paling bagus adalah setelah hormon kortisol melewati masa puncaknya atau setelah pukul 9 pagi.

“Di pagi hari, kopi paling efektif dinikmati antara pukul 09.30 hingga 11.30, saat kadar kortisol Anda menurun sebelum setelahnya naik lagi,” katanya dikutip dari Telegraph.

Alasannya, bila seseorang minum kopi ketika hormon tersebut masih tinggi maka dapat menyebabkan tubuh meningkatkan toleransi terhadap kafein. Artinya, seseorang akan membutuhkan jumlah kafein yang lebih banyak setiap pagi untuk mendapatkan efek yang sama. Takaran kopi yang sama setiap paginya lama-lama menjadi tak efektif.

Resistensi ini dianalogikan seperti konsumsi pada obat saat sakit. Ketika tubuh mengonsumsi obat pada kondisi normal, maka tubuh akan mengembangkan toleransi (resistensi) terhadap obat tersebut. Sehingga tubuh meminta dosis yang lebih besar untuk menciptakan efek yang sama.

“Ini karena produksi kortisol sangat berkaitan erat dengan tingkat kewaspadaan,” tambah Miller.

Namun, siklus kadar kortisol pada setiap orang bisa jadi berbeda. Seseorang yang terbiasa bangun lebih awal setiap harinya, bisa memiliki siklus rendah kortisol lebih dini dari orang lain yang bangun lebih siang.

Baca juga artikel terkait KOPI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH