Menuju konten utama
Profil Pesepakbola

(Tak) Banyak Jalan Edin Dzeko Menuju Roma

Pesepakbola muslim Edin Dzeko menjelma menjadi salah satu bomber paling mematikan di Eropa berkat gol-golnya bersama AS Roma.

(Tak) Banyak Jalan Edin Dzeko Menuju Roma
Kapten tim AS Roma, Edin Dzeko (kiri). Antara/twitter.com/@OfficialASRoma

tirto.id - Edin Dzeko menjelma menjadi salah satu bomber paling mematikan di Eropa berkat gol-golnya bersama AS Roma. Tak banyak jalan yang dilalui pesepakbola muslim berkebangsaan Bosnia-Herzegovina ini menuju Roma lantaran kurang mendapatkan tempat di klub sebelumnya, Manchester City.

Di City, Dzeko sebenarnya cukup produktif dengan mengoleksi 72 gol dari 189 laga di semua ajang. Namun, selama 5 musim, ia kalah bersaing dengan jajaran striker top yang didatangkan ke Etihad, dari Carlos Tevez, Mario Balotelli, dan tentu saja Sergio Aguero.

Maka, ketika datang tawaran dari klub ibu kota Italia terhadap Dzeko, sang pemain tak butuh banyak jalan menuju Roma. Dzeko memulai debutnya di Serie A pada musim 2015/2016 sebagai pemain pinjaman, lalu dipermanenkan Giallorossi di musim berikutnya.

Menjadi taring utama pasukan serigala hingga saat ini, Dzeko benar-benar unjuk gigi sebagai predator haus gol. Ia sudah melesakkan lebih dari 100 gol untuk AS Roma serta menjadi top skor klub ketiga sepanjang masa setelah Francesco Totti (307 gol) dan Roberto Pruzzo (138 gol).

Memburu Cita-cita dari Bosnia

Edin Dzeko lahir di Sarajevo tanggal 17 Maret 1986 dari keluarga muslim etnis Bosnia. Ia menjadi warga negara Bosnia-Herzegovina usai perang yang memecah-belah Yugoslavia pada awal dekade 1990-an.

Masa kecil Dzeko dihiasi dengan suara ledakan bom maupun rentetan tembakan yang seolah tanpa henti. Namun, itu tidak menghalangi kegemarannya bermain bola. Menjadi pesepakbola adalah cita-cita Dzeko.

Dzeko baru bisa tenang memburu impiannya di lapangan hijau setelah perang selesai pada 1995. Setahun berikutnya, ia bergabung dengan tim akademi Zeljeznicar, klub idola Dzeko saat itu.

Tahun 2003 tak akan pernah dilupakan Dzeko karena saat itu untuk pertama kalinya ia masuk ke tim utama Zeljeznicar pada usia 17 tahun. Bagi Dzeko, sosok sang ayah yang selalu setia mengantar pergi latihan dan memberikan dukungan maksimal menjadi salah satu kunci suksesnya.

“Suatu hari saya pergi berbelanja dengan ayah saya. Lalu pelatih tim junior menelepon dan mengatakan bahwa esok saya bergabung dengan tim senior di masa pra-musim," kenang Dzeko.

"Itu adalah momen yang hebat karena saya bisa merayakannya dengan ayah yang membantu saya dari nol,” lanjutnya.

Namun, Dzeko hanya bertahan di Zeljeznicar selama dua tahun sampai 2005 untuk bergabung ke Teplice. Performa bagus di Teplice membuat Wolfsburg tertarik merekrut Dzeko pada 2007.

Wolfsburg menjadi momen penting dalam karier Dzeko. Musim 2008/2009, mereka meraih titel juara Bundesliga Jerman. Dzeko berperan besar saat itu dengan mencetak 26 gol dari 32 laga bersama Wolfsburg.

Level Dzeko naik lagi setelah Manchester City tertarik merekrutnya. Dua titel Liga Inggris alias Premier League turut dipersembahkan Dzeko untuk City.

Di level tim nasional, Dzeko dan rekan-rekannya di Timnas Bosnia sudah dianggap layaknya pahlawan. Hal itu tak lepas dari keberhasilan Bosnia lolos ke putaran final Piala Dunia untuk kali pertama. Tepatnya pada Piala Dunia 2014 di Brasil.

Perjalanan Bosnia ke Brasil cukup meyakinkan. Di babak kualifikasi, Bosnia menjadi juara Grup G dengan mengungguli Yunani, Slovakia, Lithuania, Latvia, dan Liechtenstein. 10 gol dicetak Dzeko selama babak kualifikasi.

Banyaknya sorotan yang mengarah padanya tak membuat Dzeko lupa diri. Selama di Brasil ia kerap terlihat berada di masjid untuk menjalankan ibadah bersama beberapa rekan setimnya yang juga beragama Islam.

Bahagia di AS Roma

“Saya bahagia di Roma dan begitu juga keluarga saya. Anak-anak saya juga lahir di sini dan saya akan senang bisa lama tinggal di Roma," ucap Dzeko di situs resmi AS Roma pada Oktober 2019 lalu.

"Saya menandatangani kontrak tiga tahun lagi, yang artinya jika bisa sampai selesai, saya akan bermain selama tujuh tahun di Roma,” tambahnya.

Tak sulit bagi Dzeko memikat hati tifosi Il Lupi. Romanisti memang sudah lama menantikan sosok bomber gahar yang terakhir kali mereka rasakan pada era Gabriel Batistuta dan Vincenzo Montella. Nantinya, torehan gol Dzeko melampaui jumlah gol dua legenda hidup Giallorossi itu.

Peran Dzeko di skuad serigala ibu kota kian krusial dari musim ke musim. Bahkan, kini ia menjabat sebagai kapten tim setelah pensiunnya Francesco Totti dan Daniele De Rossi serta dipinjamkannya Alessandro Florenzi ke Valencia.

Hidup di Kota Roma amat istimewa bagi Dzeko karena ketenangan yang didapatnya bersama sang istri, Amra Siladzjic. Pasangan ini menikah pada 2011 dan sudah dikaruniai dua anak, perempuan dan laki-laki bernama Una dan Dani.

“Ketika masih muda saya hanya berpikir akan bermain di mana berikutnya. Tapi sekarang, saya harus memikirkan keluarga saya juga. Pastinya ada banyak pertimbangan,” ujar Dzeko.

“Salah satu yang membuat saya mau bertahan lama di sini adalah karena keluarga saya merasa bahagia di Roma,” tutupnya.

Baca juga artikel terkait EDIN DZEKO atau tulisan lainnya dari Wan Faizal

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Wan Faizal
Penulis: Wan Faizal
Editor: Iswara N Raditya