Menuju konten utama

"Tak Ada yang Gila di Kota Ini" Wregas Masuk Busan Film Festival

Tak Ada yang Gila di Kota Ini terpilih untuk berkompetisi di Busan International Film Festival (BIFF) ke-24.

Cuplikan film Tak Ada Yang Gila di Kota ini. Instagram/wregas_bhanuteja/Rekata studio

tirto.id - Film dari suradara Wregas Bhanuteja Tak Ada yang Gila di Kota Ini (No One is Crazy in This Town) terpilih untuk berkompetisi dalam program Wide Angle: Asian Short Film Competition di Busan International Film Festival (BIFF) ke-24.

BIFF sendiri digelar pada 3-12 Oktober 2019 di Busan, Korea Selatan. BIFF 2019 juga menjadi ajang untuk penayangan perdana secara global Tak Ada yang Gila di Kota Ini, demikian menurut keterangan tertulis dari Rekata Studio.

Tak Ada yang Gila di Kota Ini berdurasi 20 menit yang diproduseri Adi Ekatama dari Rekata Studio itu dibintangi sejumlah aktor di antaranya Oka Antara, Sekar Sari, Pritt Timothy, Jamaluddin Latif, dan Kedung Darma Romansha.

Selain menyutradarai, Wregas juga menulis skenario film tersebut dengan mengadaptasinya dari cerpen berjudul sama karya sastrawan Eka Kurniawan, yang telah menelurkan "Cantik Itu Luka", "Lelaki Harimau", "O", dan "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas".

Cerpen "Tak Ada yang Gila di Kota Ini" telah diterbitkan dalam buku "Cinta Tak Ada Mati" oleh Gramedia Pustaka Utama pada 2018.

"Pertimbangan pertama mengapa memilih cerpen ini adalah emosi. Saat membacanya, saya merasakan emosi kemarahan yang sama terhadap suatu hal, yakni kuasa," kata Wregas.

Sementara itu produser Adi Ekatama berharap dengan dibuatnya film pendek itu, maka semakin banyak lagi film Indonesia bahkan film internasional, yang mengadaptasi cerpen atau novel karya penulis Indonesia dari berbagai genre.

Sinopsis Tak Ada yang Gila di Kota Ini (No One is Crazy in This Town)

Film itu berkisah saat masa liburan tiba. Bos salah satu hotel besar dan berpengaruh di kota memerintahkan Marwan (Oka Antara) dan teman-temannya untuk mengangkuti semua orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang masih berkeliaran di jalan-jalan raya dan dibuang ke hutan.

Sebab, sang Bos tidak ingin kehadiran mereka mengganggu para turis dan merusak wajah kota. Alih-alih membiarkan ODGJ itu tewas di hutan, ternyata Marwan punya rencana rahasia.

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Film
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH