Menuju konten utama

'Tak Ada Perusahaan Digital Kebal dari Dampak Pelemahan Global'

Heru Sutadi menilai, PHK di berbagai perusahaan teknologi menunjukkan masa sulit akan mulai memasuki bisnis digital tanah air.

'Tak Ada Perusahaan Digital Kebal dari Dampak Pelemahan Global'
Ilustrasi Unjuk rasa tolak PHK. FOTO/Antaranews

tirto.id - Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) perusahaan rintisan terus berlanjut. Bahkan PHK terjadi di perusahaan selevel decacorn seperti Shopee dan GoTo (Gojek Tokopedia).

Shopee dua kali melakukan PHK. Sementara 1.300 karyawan GoTo turut di-PHK, menyusul kemudian ratusan karyawan perusahaan rintisan pendidikan Ruang Guru juga terkena imbas PHK.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi menilai, kondisi PHK di berbagai perusahaan teknologi menunjukkan masa sulit akan mulai memasuki bisnis digital tanah air. Ini seiring dengan kondisi global yang bergejolak.

"Tidak ada perusahaan digital, termasuk unicorn dan decacorn, yang kebal terhadap dampak kelesuan bisnis digital global. Yang bisa jadi ada kaitannya dengan ramalam bahwa 2023 akan jadi tahun berat, gelap dan resesi di mana-mana," kata dia kepada wartawan, Selasa (22/11/2022).

Heru mengatakan PHK karyawan merupakan salah satu pilihan untuk efisiensi di perusahaan. Bahkan, kondisi yang sama juga terjadi pada perusahaan digital raksasa seperti Facebook, Twitter, Microsoft, dan Amazon.

Heru menjelaskan, bagi perusahaan digital berstatus startup, target untuk berkembang yang dibarengi sulitnya mendapatkan pendanaan baru, menjadi salah satu faktor dilakukannya efisiensi dengan mengurangi pekerja.

"Banyak startup yang berjatuhan dan sekarang tertatih untuk bisa bertahan, harapannya kan menjadi unicorn atau decacorn," kata dia.

Sementara untuk perusahaan digital berstatus unicorn atau decacorn, seperti GoTo, yang melakukan efisiensi, maka memberikan isyarat lain terkait bisnis digital di tanah air. Terlebih, mengingat GoTo juga sudah IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dia menilai, merger Gojek dengan Tokopedia mungkin yang menyebabkan ada duplikasi karyawan pada beberapa bagian, menjadi salah satu alasan untuk GoTo melakukan efisiensi. Di sisi lain, tekanan saham GoTo juga bisa menjadi faktor bahwa perusahaan harus mulai efisien.

"IPO bukanlah akhir dari perjalanan GoTo tapi bagaimana juga survive di tengah bisnis digital dunia yang melesu," kata dia.

Namun meski kondisi bisnis digital saat ini sedang goyah, Heru meyakini, industri ini pada dasarnya masih akan terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau ada penurunan bisa saja, tapi ekonomi digital Indonesia tetap jalan. Hanya memang ancaman eksternal seperti resesi global sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina yang berdampak ke Eropa dan AS, tidak bisa diabaikan," tutupnya.

Baca juga artikel terkait PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang