Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Tahun Berapa Sejarah Kerajaan Majapahit Berdiri & Terletak di Mana?

Letak Kerajaan Majapahit secara geografis berada di Mojokerto. Sejarah mencatat pusat pemerintahan kerajaan yang berdiri pada 1293 ini pernah dipindahkan.

Tahun Berapa Sejarah Kerajaan Majapahit Berdiri & Terletak di Mana?
Gapura Bajang Ratu di Mojokerto, Jawa Timur. FOTO/Istimewa

tirto.id - Sejarah peradaban Indonesia tidak dapat dilepaskan dari riwayat Kerajaan Majapahit yang pernah menjadi imperium besar dan kuat di Nusantara. Lantas, tahun berapa kemaharajaan bercorak Hindu-Buddha ini berdiri serta terletak di daerah mana?

Kerajaan Majapahit merengkuh masa kejayaan saat dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Hayam Wuruk didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Amukti Palapa demi menyatukan wilayah Nusantara di bawah naungan imperium Majapahit.

Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi saat Hayam Wuruk baru saja dilahirkan, demikian sebut tulisan "Gajah Mada Sang Mahapatih Pemersatu Nusantara di Bawah Majapahit Tahun 1336 M-1359 M" karya tulis Agus Susilo dan Andriana Sofiarini dalam Jurnal KAGANGA (Volume 1, 2018).

Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk yang bertakhta sejak tahun 1350 M dan Gajah Mada, Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang amat luas serta mencapai kemajuan di berbagai bidang, seperti ekonomi, militer, politik, agama, budaya, dan lain sebagainya.

Di kitab Negarakertagama, dalam terjemahan Theodore Gauthier Pigeaud bertajuk “Java in the 14th Century, A Study in Cultural History: The Negara-Kertagama by Pakawi Parakanca of Majapahit 1365 AD” (1962), termaktub bahwa kekuasaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur.

Namun, setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada meninggal dunia, Kemaharajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran. Hingga akhirnya, imperium besar ini musnah pada 1478 akibat serangan dari Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.

Kapan Kerajaan Majapahit Berdiri?

Kerajaan Majapahit didirikan oleh kakek Hayam Wuruk yakni Raden Wijaya, menantu dari Raja Kertanegara yang merupakan penguasa terakhir Kerajaan Singasari. Pada 1292, Raja Kertanegara terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dari insiden tersebut.

Jayakatwang yang sebelumnya menjabat sebagai Adipati Kediri kemudian mengambil-alih takhta Kerajaan Singasari setelah membunuh Raja Kertanegara. Sementara Raden Wijaya bersama para pengikutnya masuk ke dalam rimba agar untuk menyusun kekuatan kembali.

Inajati Adrisijanti dalam Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota (2012) menuliskan, Raden Wijaya kemudian membuka hutan di delta Sungai Brantas. Desa inilah yang lantas berkembang pesat dan menjadi kerajaan dengan nama Majapahit.

Seperti diketahui, aliran Sungai Brantas melalui beberapa daerah di Jawa Timur, yakni Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, hingga Mojokerto. Sungai Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Jawa setelah Bengawan Solo.

Raden Wijaya akhirnya mengalahkan Jayakatwang berkat persekutuan dengan pasukan utusan dari Kekasiaran Mongol yang tiba di Jawa. Saat itu, Khubilai Khan mengirimkan pasukannya ke Jawa untuk menyerang Kerajaan Singasari yang ternyata telah dikuasai oleh Jayakatwang.

Setelah mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya menyerang balik pasukan Mongol dan menghancurkan mereka. Usai itu, ia mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit pada 1293. Raden Wijaya menjadi raja pertamanya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309).

Dengan demikian, Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya atau Kertarajasa Jayawardhana di tahun 1293 Masehi.

Di Mana Letak Kerajaan Majapahit?

Di periode awal berdirinya atau pada masa pemerintahan Raden Wijaya, lokasi alias letak pusat Kerajaan Majapahit berada di Mojokerto, Jawa Timur.

Dikutip dari Kumpulan Sejarah Desa Kabupaten Mojokerto (2020) suntingan Evi Sudyar, pada masa itu ibu kota Majapahit disebut dengan nama Kutaraja dan terletak tidak jauh dari pelabuhan besar bernama Canggu di tepi Sungai Brantas.

Oleh Sri Jayanegara (1309-1328) yang merupakan penerus Raden Wijaya, pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit digeser sedikit ke Trowulan yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Mojokerto sekarang.

Trowulan menjadi ibu kota Majapahit dalam waktu yang cukup lama, yakni dari era Sri Jayanegara yang bertakhta sejak tahun 1309 hingga menjelang keruntuhan kerajaan ini pada abad ke-16 Masehi.

Para pemimpin Majapahit ternama seperti Tribhuwana Wijayatunggadewi, Hayam Wuruk, Ratu Suhita, hingga Bhre Kertabumi alias Brawijaya V pernah memimpin jalannya roda pemerintahan dari Trowulan.

Keruntuhan Majapahit di Daha

Lantaran berbagai polemik internal dan ancaman serangan dari Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, posisi Majapahit semakin terdesak pada masa pemerintahan Bhre Kertabumi atau Brawijaya V (1468-1478).

Kala itu, pengaruh Islam memang sedang berkembang pesat di Jawa sehingga muncul Kesultanan Demak yang didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Raden Patah. Raden Patah adalah putra kandung Brawijaya V dari istri seorang wanita berdarah Cina bernama Siu Ban Ci.

Pada masa-masa genting inilah ibu kota Majapahit terpaksa dipindahkan dari Trowulan ke Daha yang merupakan bekas pusat pemerintahan Kerajaan Kadiri (Kediri) oleh Girindrawardhana atau Brawijaya VI (1478-1489).

Tahun 1517, pasukan Kesultanan Demak menyerang Daha yang membuat perekonomian Kerajaan Majapahit lumpuh. Serangan tersebut dipimpin oleh Pati Unus (1488-1521), Sultan Demak kedua yang merupakan menantu Raden Patah.

Satu dekade berselang, tahun 1527, Kesultanan Demak kembali menyerbu Daha, di bawah komando Sultan Trenggana (1521-1546), penguasa Demak ketiga yang juga adik Pati Unus.

Serangan dari pasukan perang Kesultanan Demak kali ini benar-benar membuat Daha jatuh sekaligus menghancurkan Majapahit. Kerajaan pernah sangat perkasa di Nusantara ini akhirnya menuai keruntuhan untuk selama-lamanya.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN MAJAPAHIT atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Agung DH