Menuju konten utama

Tahapan Proses Produksi Budidaya Tanaman Pangan di Bidang Pertanian

Tahapan proses produksi pada budidaya tanaman pangan yang kerap dilakukan di Indonesia

Tahapan Proses Produksi Budidaya Tanaman Pangan di Bidang Pertanian
Petani memanen padi merah saat panen raya di persawahan Jatiluwih, Tabanan, Bali, Kamis (3/6/2021). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/wsj.

tirto.id - Budi daya tanaman pangan adalah upaya untuk menghasilkan makanan dengan cara menanam tanaman layak konsumsi di suatu lahan pertanian. Hasil budi daya tersebut tak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri, tetapi juga diperdagangkan atau dijual kembali sebagai sumber pendapatan petani.

Dari definisinya, tanaman pangan adalah seluruh jenis tanaman yang menjadi sumber karbohidrat utama dan juga mengandung protein. Contoh tanaman pangan yang sering dibudidayakan di Indonesia adalah padi, jagung, umbi-umbian, kedelai, dan kacang-kacangan.

Untuk mendapat hasil terbaik, budi daya tanaman pangan harus dilakukan dengan baik dan benar. Ada beberapa tahapan penting dalam budi daya tanaman pangan yang berkaitan dengan lahan, benih, pupuk, pengairan, serta pengendalian hama.

Tahapan Budidaya Tanaman Pangan

Tahapan proses dalam produksi budi daya tanaman pangan terdiri dari pengolahan lahan, persiapan benih dan penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, hingga proses pemanenan.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasan rinci tahap-tahap budidaya tanaman pangan seperti dikutip dari buku Prakarya dan Kewirausahaan (2017) yang ditulis Hendriana Werdhaningsih, dkk.

1. Pengolahan Lahan

Lahan yang siap untuk ditanami adalah lahan yang sudah diolah terlebih dahulu dengan cara dibajak, lalu dihaluskan sampai gembur.

Pembajakan lahan dapat dilakukan secara manual, dicangkul, dibajak menggunakan bantuan hewan, hingga dengan traktor. Berikut ini standar penyiapan lahan yang harus dipenuhi:

  • Lahan harus bebas dari pencemaran limbah beracun
  • Pengolahan lahan dilakukan dengan baik agar struktur tanah menjadi gembur sekaligus beraerasi baik. Dengan demikian, akar tanaman pangan dapat berkembang secara optimal.
  • Pengolahan lahan dapat dilakukan secara tradisional atau memanfaatkan mesin pertanian.
  • Pengolahan lahan tidak menyebabkan erosi tanah, longsor, atau kerusakan sumber daya lahan.
  • Pengolahan lahan termasuk upaya pelestarian sumber daya lahan sekaligus sebagai tindakan sanitasi serta penyehatan lahan.
  • Bila diperlukan, pengolahan bisa disertai dengan pengapuran lahan, penambahan bahan organik, pembenahan tanah, serta menerapkan teknik perbaikan kesuburan tanah.

2. Persiapan Benih dan Penanaman

Persiapan benih penting dilakukan agar budi daya tanaman pangan menghasilkan produk yang berkualitas.

Ketika memilih benih, tentukan yang punya kualitas terbaik. Ciri benih yang baik adalah benih dari varietas unggul, benihnya sehat, memiliki vigor (sifat benih) yang baik, dan tidak memiliki atau menularkan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan benih sekaligus penanamannya:

  • Khusus untuk padi, benih harus melalui proses penyemaian terlebih dahulu, sedangkan benih tanaman pangan lainnya umumnya bisa langsung ditanam.
  • Untuk daerah endemis dan eksplosif, lakukan pencegahan serangan OPT. Caranya, benih yang akan ditanam diberi perlakuan yang sesuai (seed treatment)
  • Penanaman harus dilakukan saat musim tanam yang tepat. Penanaman juga bisa mengikuti jadwal tanam sesuai manajemen produksi tanaman yang bersangkutan.
  • Penanaman benih dilakukan dengan mengikuti teknik budi daya yang dianjurkan. Perhatikan jarak tanam dan kebutuhan benih per hektar, sesuaikan pula dengan persyaratan spesifik untuk setiap jenis tanaman, varietas, sekaligus tujuan penanaman.
  • Lakukan antisipasi agar tanaman tidak mengalami kekeringan, banjir, atau faktor abiotik lain.
  • Waktu atau tanggal penanaman sebaiknya dicatat demi memudahkan jadwal pemeliharaan, penyulaman, hingga pemanenan.

3. Pemupukan Tanaman

Tujuan pemupukan adalah memberi nutrisi pada tanaman agar bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Pemupukan harus dilakukan secara tepat, dengan memperhatikan ketepatan jenis, mutu, waktu, dosis, hingga cara pemupukannya.

Pertama, tepat jenis: pupuk harus mengandung unsur hara makro dan mikro yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi kesuburan tanah.

Kedua, tepat mutu: pupuk yang digunakan harus memiliki mutu yang baik dan sesuai standar.

Ketiga, tepat waktu: pupuk diberikan sesuai kebutuhan dengan memperhatikan stadia/fase pertumbuhan tanaman dan kondisi lapangan.

Keempat, tepat dosis: pupuk diberikan sesuai dengan jumlah yang dianjurkan.

Kelima, tepat cara: aplikasi pemberian pupuk sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah.

Selain itu, pemberian pupuk juga sebaiknya mengacu pada analisis kesuburan tanah dan tanaman. Analisis ini lazimnya dilakukan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

Selanjutnya, langkah-langkah pemberian pupuk yang benar adalah sebagai berikut:

Penyemprotan pupuk cair secara langsung pada tanaman (foliar spray) tidak meninggalkan residu zat kimia berbahaya, terutama ketika sudah dipanen.

  • Dianjurkan untuk menggunakan pupuk organik yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.
  • Penggunaan pupuk tidak mengakibatkan pencemaran air, baik itu air tanah, air permukaan (sungai, waduk, bendungan), maupun air baku untuk konsumsi.
  • Pupuk berupa limbah kotoran manusia harus diberi perlakuan yang sesuai sebelum digunakan.

4. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman (mengganti tanaman mati/rusak), dan pembumbunan (tanah digundukkan di pangkal batang tanaman).

Setiap tanaman memiliki kekhasan masing-masing. Pemeliharaan harus dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan spesifik tanaman pangan. Hal ini berguna agar tanaman dapat tumbuh secara optimal dan menghasilkan produk pangan bermutu tinggi.

Pemeliharaan juga dilakukan dengan menjaga tanaman agar terhindar dari gangguan hewan, baik hewan liar, ternak, atau hewan lainnya.

5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida. Kendati demikian, pestisida yang digunakan mesti seminimal mungkin untuk mengurangi residu ketika tanaman dipanen.

Karena itulah, dianjurkan untuk menggunakan pestisida hayati yang mudah terurai, tidak meninggalkan residu, serta tidak berbahaya bagi manusia dan ramah lingkungan.

Standar penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman adalah sebagai berikut.

Pertama, penggunaan pestisida harus tepat jenis, tepat dosis, tepat mutu, tepat konsentrasi, tepat waktu, tepat sasaran, serta tepat cara dan alat yang dipakai.

Kedua, penggunaan pestisida tidak membahayakan kesehatan pekerja. Pekerja disarankan memakai pakaian pelindung khusus saat mengaplikasikan pestisida.

Ketiga, penggunaan pestisida harus ramah lingkungan dan tidak memberikan dampak negatif pada biota tanah dan biota air.

Keempat, tata cara aplikasi pestisida harus sesuai dengan aturan yang tertera pada labelnya.

Kelima, pestisida dengan residu berbahaya bagi manusia dilarang diaplikasikan menjelang atau saat panen.

Selanjutnya, penggunaan pestisida juga harus mengikuti standar pengendalian OPT seperti berikut:

  • Penggunaan pestisida harus dicatat jenisnya, dosis, konsentrasi, waktu, serta cara aplikasinya.
  • Pencatatan penggunaan pestisida harus mencakup nama pestisida, lokasi, waktu/tanggal aplikasi, nama distributor, dan nama operator atau orang yang bertugas menyemprot pestisida.
  • Catatan tersebut minimal digunakan selama tiga tahun.

6. Panen dan Pasca Panen

Tahap akhir dari proses budi daya tanaman pangan adalah panen. Pemanenan tanaman pangan harus dilakukan pada waktu yang tepat agar kualitas hasil produk tanaman pangan juga optimal ketika dikonsumsi.

Selain itu, Penentuan masa panen yang tepat berbeda untuk setiap tanaman pangan dan harus mengikuti standar yang berlaku. Standar panen yang baik adalah sebagai berikut:

  • Cara pemanenan harus sesuai dengan teknik dan anjuran baku untuk setiap jenis tanaman pangan. Dengan demikian, hasil panen akan memiliki mutu tinggi, tidak rusak, segar dalam waktu lama, dan risiko tingkat kehilangan panen pun bisa ditekan seminimal mungkin.
  • Panen dapat dilakukan secara manual atau memanfaatkan mesin pertanian.
  • Wadah atau kemasan yang akan dipakai harus disimpan di tempat yang aman untuk mencegah kontaminasi.

Baca juga artikel terkait BUDIDAYA TANAMAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Abdul Hadi