Menuju konten utama

Supermoon Bisa Pengaruhi Siklus Tidur Manusia

Supermoon berkaitan dengan waktu tidur yang lebih lama, mengurangi efisiensi tidur, dan kurangnya waktu tidur secara keseluruhan.

Supermoon Bisa Pengaruhi Siklus Tidur Manusia
"Super Blood Wolf Moon" terlihat saat gerhana bulan di Praha, Republik Ceko, Senin (21/1). ANTARA FOTO/REUTERS/David W Cerny

tirto.id - Supermoon adalah fenomena alam berupa munculnya bulan secara penuh yang disertai dengan gerhana. Supermoon juga berkaitan dengan air pasang. Tak hanya itu, Supermoon ternyata bisa memengaruhi siklus tidur manusia.

Penelitian yang dipublikasikan Current Biology ini menjelaskan, bulan purnama telah lama diduga mempengaruhi siklus tidur. Studi ini menemukan bulan penuh atau supermoon dikaitkan dengan waktu tidur yang lebih lama, mengurangi efisiensi tidur, dan kurangnya waktu tidur secara keseluruhan.

Studi yang dilakukan Christian Cajochen dan rekan-rekannya ini mempelajari siklus tidur 33 orang dewasa selama tiga tahun. Menurut penelitian ini, gangguan tidur memuncak pada bulan purnama, dengan kadar melatonin turun selama hari-hari munculnya bulan purnama.

Subjek penelitian ini bahkan melaporkan merasa kurang segar di hari berikutnya dan keseluruhan waktu tidur turun ke level terendah yaitu rata-rata kurang dari 20 menit pada malam hari saat bulan purnama muncul.

Dilansir Independent, bulan purnama muncul dalam bentuk yang paling cerah. NASA menjelaskan bulan purnama mencerahkan langit malam, bulan yang penuh itu diterangi matahari dari perspektif pengamat di Bumi dan posisi ini terjadi kira-kira sekali setiap 29 hari, menghasilkan bulan purnama setiap bulan.

Malam dengan peningkatan kecerahan akan memengaruhi tidur dan hal ini bisa mempengaruhi respons fisiologis manusia terhadap bulan purnama. Hipotesis lain menyatakan, efeknya berasal dari ritme yang diamati yang mewakili sifat endogen. Sifat ini terdiri dari dua yaitu sifat ritme sirkadian (harian) dan ritme sirkanual (mingguan).

Bukti tidak langsung dan awal untuk ini berasal dari diseksi molekul dan genetik. Jam atau ritme sirkalunar diperkirakan berdetak di dalam banyak hewan, berjalan selaras dengan pasang surut dan bekerja bersama dengan jam sirkadian hewan.

“Temuan kami tentang durasi tidur 20 menit lebih pendek, waktu 5 menit lebih lama untuk tertidur, dan penurunan 30 persen dalam tidur nyenyak bukanlah perubahan kecil. Irama bulan tidak sejelas irama sirkadian dan karenanya tidak mudah untuk didokumentasikan," jelas Cajochen.

"Akan tetapi mereka punya peran misterius, dan mungkin ada perbedaan individu yang besar yang mendasari bukti yang kontradiktif untuk keberadaan mereka dan beberapa orang mungkin sangat peka terhadap fase bulan,” tambahnya.

Menurutnya, masih sulit mengungkap dasar-dasar neuron seperti jam lunar yang diduga pada manusia. Menggabungkan teknik-teknik pencitraan fungsional dan EEG dalam pengaturan studi kronobiologis terkontrol, membantu peneliti mengungkap mekanisme otak tersebut.

Baca juga artikel terkait SUPERMOON atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra