Menuju konten utama

Suka Duka Manajer Artis

Pekerjaan sebagai manajer artis memiliki tingkat stres yang tinggi. Sering disepelekan, padahal memiliki peran yang penting. Meski cukup menantang, tetapi imbalannya cukup seimbang.

Suka Duka Manajer Artis
Jiro Inao bersama personel JKT 48. FOTO/Istimewa

tirto.id - Penggemar JKT 48 berduka karena manajer Jiro Inao meninggal dunia. Ia ditemukan gantung diri di rumahnya di kawasan Tangerang. Hingga kini, belum jelas apa faktor yang menyebabkan Jiro Inao memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Benarkah karena stres mengurus pekerjaannya sebagai manajer artis?

Pekerjaan sebagai manajer artis memang tidak mudah. Ia sering tidak terlihat di tengah hingar bingar kesuksesan sang artis. Padahal beban pekerjaannya bisa jadi lebih berat dari si artis. Stres dan kelelahan akut tak hanya dirasakan oleh artis, tapi juga manajer, bahkan kadarnya mungkin dua kali lebih berat.

Dikutip dari Antara, Ketua umum Ikatan Manajer Artis Indonesia (Imarindo) Nanda Persada, membenarkan adanya beban target dalam profesi tersebut. Salah satu yang dapat memicu konflik adalah pengembangan karier artis.

"Biasanya artis punya ekspektasi, berharap karier berkembang, pendapatan tinggi, banyak pekerjaan,” ujarnya.

Industri hiburan sangat dinamis. Kesuksesan bisa datang dengan cepat, begitu pula dengan kegagalan. Kehadiran bakat-bakat baru yang cepat membuat industri hiburan memiliki siklus yang sangat pendek. Sangat jarang ada artis yang bisa bertahan dalam kurun waktu yang lama. Tugas manajer adalah memastikan agar si artis bisa bertahan di industri hiburan selama mungkin. Ini tentu saja bukan pekerjaan yang mudah.

Tugas Manajer

Seorang manajer terkadang dipersepsikan sebagai orang nomer dua karena hanya dianggap “membantu” artis. Padahal, tugas manajer sangat rumit dan penuh tekanan.

“Jadi seorang manajer bukan cuma atur jadwal, negosiasi dan lain-lain, kita dituntut harus punya concern dan pengetahuan. Perhatikan, di balik artis yang bersinar pasti ada manajer yang kuat, tangguh, up to date, dan berpengetahuan tinggi,” papar Doddy, Manajer Bunga Citra Lestari kepada Tirto, Kamis (23/3/2017).

Doddy juga dituntut dapat mengatur beragam kegiatan dan perencanaan agar kliennya tetap bisa eksis di dunia hiburan. Sebagai kliennya, BCL, sapaan hits Bunga sama sekali tidak mengurusi masalah manajerial dan budgeting. Sebagai penyanyi, pembagian kerja sebagai music director, penata busana dll, sudah terorganisir baik oleh tim manajemen.

Untuk mempermudah pekerjaan, Doddy selalu membuat perencanaan satu tahun ke depan berikut pembagian tugas tim. Berbekal perencanaan sistematis tersebut, agenda yang dijalankan pun berlangsung rapi.

“Seperti kemarin kita buat konser tunggal pertama kali, itu pressure-nya pasti kenceng. Tapi saya punya team work bagus dan saya percaya semua ada jalan keluar, tidak membuat kegagalan sebagai tekanan. Tinggal bangkit lagi, santai saja.”

Baginya, setiap pekerjaan memiliki tekanan pekerjaan tersendri, bahkan sekelas asisten rumah tangga sekalipun. Yang terpenting dalam setiap kegiatan antara artis dan manajemen harus saling memberikan dukungan dan menjaga komunikasi.

“Stres itu makanan sehari-hari, tapi hidup dinikmatin saja, kalau sampai depresi lalu bunuh diri, itu kepribadiannya saja yang putus asa,” lanjutnya.

Hal serupa juga diceritakan Jenny, manajer dari salah satu diva Indonesia, Titi DJ. Walau membenarkan ritme kerja sebagai seorang manajer artis cukup tinggi, namun ia menghadapinya secara santai.

“Memang tidak seperti orang kantoran, kita bisa pulang dini hari lalu harus berangkat lagi di penerbangan pertama. Kalau bukan passion-nya ya berat,” tutur Jenny kepada Tirto.

Wanita ini menceritakan sedikit beban dalam pekerjaannya. Seorang manajer, sudah pasti dituntut multitasking, dapat mengerjakan beragam hal dalam satu waktu. Alat komunikasi pun harus tetap menyala 24 jam untuk koordinasi ataupun negosiasi dengan klien.

Terkadang, jam 11 malam pun ia harus siap menerima kordinasi terhadap event yang diisi Titi. Beruntung, Jenny bekerja sebagai manajer artis karena memang sesuai dengan hasratnya sehingga selama ini tak terlalu memiliki hambatan berarti dalam melaksanakan tugas.

“Kalau mau dianggap stres level tinggi, karena harus multitasking, mikir ini itu dalam waktu bersamaan, mungkin iya. Tapi kan itu memang kerjaan kita," katanya.

Ketika ditanya beban pekerjaan yang lebih berat dari si artis sendiri, ia tertawa dan menarik napas panjang “Lebih padat dari artis... Mungkin iya dalam hal berkomunikasi dengan orang.”

Dalam mempersiapkan satu acara saja, Jenny mengaku bisa menghabiskan banyak waktu untuk berkoordinasi via chat, telepon, atau bertemu dengan klien. Namun, ada hal-hal yang juga tak bisa diwakilkan oleh manajer dan harus dilakukan oleh artisnya sendiri, seperti melakukan latihan maupun fitting baju.

“Itu gunanya manajer, untuk mempermudah artisnya karena paling penting dia fit dan prima saat perform kalau sama capeknya dengan kita ya saat perform bisa loyo dong.”

Sebagai manajer artis, sejatinya tidak ada ritme kerja yang pasti seperti pekerja kantoran. Intinya, seorang manajer artis memiliki tugas utama untuk mengatur harus mampu mengontrol semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan si artis.

Mulai dari input-proses-output, serta memastikan semua berjalan sesuai sistem yang sudah dibuat. Berat memang, apalagi untuk manajer bagi artis yang naik lewat jalur independen seperti Yura Yunita. Sebagai manajer Yura, Anya, mengaku harus lebih bekerja keras dibanding perusahaan manajemen artis yang sudah memiliki jaringan lebih besar.

“Semua manajer di Indonesia berbeda-beda pekerjaannya tergantung dari manajemen artis itu sendiri. Tapi tetap saja kalau kita ingin libur tapi program artisnya belum jalan, kan nggak mungkin kita libur," lanjutnya.

infografis stres manajer artis

Klop dengan Artis

Salah satu cara agar beban manajer artis dapat berkurang adalah mendapatkan artis yang bisa diajak bekerja sama dengan baik. Doddy misalnya, mengaku selalu bisa mencari jalan keluar setelah berdiskusi dengan BCL.

“Kita berantem tiap hari buat cari jalan keluar terbaik. Nggak bisa stres itu dilihat karena pekerjaan manajer, kalau depresi, berati kan sakit, ya periksa ke dokter," katanya.

Seorang manajer artis, menurut Jenny harus memiliki ikatan batin yang kuat dengan artisnya. Seperti berumah tangga, beban pekerjaan akan terasa mudah karena ada tanggung jawab yang bisa dibagi.

“Saya syukurnya bertemu yang jodoh jadi tidak terasa berat karena dijalankan bersama dengan Mbak Titi,” katanya.

Ia bahkan mengaku seperti menemukan keluarga baru selama bekerja sama dengan Titi. Semua masalah, termasuk keuangan dapat dibicarakan secara terbuka. Wajar, seorang manajer tak kalah miris saat mengetahui hasil karya si artis dibajak. Apalagi, merekalah orang yang paling mengetahui proses, dan kerja keras sebuah lagu diproduksi, mulai dari pemilihan lagu, aransemen, rekaman, take, hingga mencul sebagai sebuah lagu.

Ditambahkan Nanda, chemistry manajer dengan artis setidaknya dapat meredam gesekan pendapat dan persepsi dalam komunikasi yang dilakukan hampir setiap hari. Perlu kecocokan karakter.

Akan lebih meringankan beban manajer apabila ada pengertian dari si artis terhadap atmosfer industri hiburan. Jika seorang artis juga mengerti mapping industri, maka akan lebih mudah bagi manajer untuk berdiskusi.


“Artis jangan hanya nuntut, berdiskusi dengan pendekatan sesuai karakternya," ujar Nanda.


Selain menemukan kecocokan karakter, guna menghilangkan stres, para manajer juga harus mampu mengimbangi pekerjaannya dengan bersosialisasi. Imarindo sebagai asosiasi bagi para manajer artis, multi-genre, sinetron, film, dan telah membawahi 600-an artis dapat menjadi salah satu tempat menghilangkan stres.

"Kami saling berbagi informasi tentang PH atau EO misalnya. Kalau ada masalah juga bantu mediasi," ujar salah satu anggotanya, Ciria Sani, manajer dari Ayushita dan Marcel Chandrawinata ini.

Sepadan Pendapatan

Bagusnya, beban pekerjaan tinggi seorang manajer artis juga diganjar dengan pendapatan sepadan. Jenny cukup puas atas pendapatan yang diterimanya, bahkan merasa berlebih. Ia membeberkan, rata-rata pendapatan manajer artis bisa mencapai 15-20% dari fee yang diterima artis.

Jadi semisal bayaran penyanyi dalam sekali show mencapai Rp 100 juta, maka manajer bisa mendapat Rp 15-20 juta. Kisaran ini bisa beragam tergantung pada jumlah tarif yang dipasang artis, seorang artis papan atas, biasanya memasang tarif sekali show Rp100-250 juta.

“Untukku, kebetulan kita sangat terbuka misal bayarannya kurang tinggal ngomong dan bisa dibicarakan, fleksibel, balik lagi itu kan ada deal berbeda," kata Jenny.

Namun, kembali ia menggarisbawahi, kata “cukup” di sini ketika diposisikan seorang manajer bersikap layaknya pekerja pada umumnya, bukan artis. Sebab, banyak rekan sesama manajernya lupa diri dan mengikuti gaya hidup setara dengan artisnya, level tinggi.

Semakin besar seorang bintang yang ditangani, tentu penghasilan seorang manajer tambah besar. Sebab tanggung jawab yang diemban juga akan bertambah besar. “Balik lagi goal-nya gimana, manusia kan tidak pernah puas. Kalau mega bintang tekanan dan tanggung jawab kita juga gede dong. Manajer dengan artis Rp5 juta bebannya tentu tak sebesar manajer artis yang sekali manggung Rp 150 juta,” tambah Doddy.

Mungkin beban pekerjaan yang tinggi akan segera menguap dengan nilai pendapatan yang sepadan. Tertarik jadi manajer artis?

Baca juga artikel terkait BUNUH DIRI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti