Menuju konten utama
Studi Corona Terbaru

Studi Terbaru Perkuat Bukti Penggunaan Masker Mencegah COVID-19

Masker terbukti efektif mencegah penularan COVID-19, baik itu masker kain maupun masker bedah seperti N95, KN95 atau KF94.

Studi Terbaru Perkuat Bukti Penggunaan Masker Mencegah COVID-19
Ilustrasi Corona Indoor. foto/IStockphoto

tirto.id - Pandemi Covid-19 selama satu setengah tahun terakhir telah menghasilkan banyak bukti laboratorium, berbasis model, dan pengamatan tentang efektivitas masker.

Studi baru-baru ini kembali melakukan uji coba terkontrol acak terbesar tentang efektivitas pemakaian masker.

Hasilnya, studi ini memberikan bukti standar emas yang mengkonfirmasi penelitian sebelumnya tentang pemakaian masker, terutama masker bedah, yang dapat mencegah COVID-19.

Orang-orang telah menggunakan masker untuk melindungi diri dari tertular penyakit sejak wabah wabah Manchuria pada tahun 1910, demikian seperti dikutip laman Medical Daily.

Selama pandemi coronavirus, fokusnya adalah pada masker sebagai cara untuk mencegah orang yang terinfeksi mencemari udara di sekitar mereka, atau disebut kontrol sumber.

Bukti laboratorium terbaru mendukung gagasan ini.

Pada April 2020, para peneliti menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi virus corona, tetapi bukan SARS-CoV-2 mengembuskan lebih sedikit RNA virus corona ke udara di sekitar mereka jika mereka mengenakan masker.

Di dunia nyata, banyak ahli epidemiologi telah memeriksa dampak kebijakan penggunaan masker untuk melihat apakah masker membantu memperlambat penyebaran COVID-19.

MURAL WASPADA COVID-19

Pedagang yang tidak mengenakan masker berjalan di depan mural yang berisi pesan waspada virus Corona di Petamburan, Jakarta, Rabu (16/9/2020). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

Satu studi observasional yang diterbitkan pada akhir 2020 melihat demografi, pengujian, penguncian dan pemakaian masker di 196 negara.

Para peneliti menemukan bahwa setelah mengendalikan faktor-faktor lain, negara-negara dengan norma budaya atau kebijakan yang mendukung pemakaian masker mengalami peningkatan kematian mingguan per kapita virus corona 16% selama wabah, dibandingkan dengan peningkatan mingguan 62% di negara-negara tanpa norma pemakaian masker.

Studi laboratorium, observasional dan pemodelan, secara konsisten mendukung nilai banyak jenis masker.

Tetapi pendekatan ini tidak sekuat uji coba terkontrol secara acak skala besar di antara masyarakat umum, yang membandingkan kelompok setelah intervensi diimplementasikan pada beberapa kelompok yang dipilih secara acak dan tidak diimplementasikan pada kelompok pembanding.

Salah satu penelitian yang dilakukan di Denmark pada awal 2020 melakukan penelitian acak skala besar uji coba terkontrol pada pemakaian masker di Bangladesh.

Tujuannya adalah mempelajari cara terbaik untuk meningkatkan penggunaan masker tanpa mandat, memahami efek penggunaan masker terhadap COVID-19, dan membandingkan masker kain dan masker bedah.

Penelitian ini melibatkan 341.126 orang dewasa di 600 desa di pedesaan Bangladesh. Di 300 desa masker tidak dipromosikan, namun orang-orang terus memakai masker.

Di 200 desa dilakukan promosi penggunaan masker bedah, dan di 100 desa dipromosikan masker kain, menguji sejumlah strategi penjangkauan yang berbeda di setiap kelompok.

Selama delapan minggu, tim peneliti membagikan masker gratis kepada setiap orang dewasa dalam kelompok masker di rumah mereka, memberikan informasi tentang risiko COVID-19 dan nilai dari penggunaan masker.

Para peneliti bekerja dengan tokoh masyarakat dan agama untuk mencontoh dan mempromosikan penggunaan masker dan mempekerjakan staf untuk berkeliling desa dan dengan sopan meminta orang yang tidak memakai masker untuk memakainya.

Staf berpakaian preman mencatat apakah orang memakai masker dengan benar di mulut dan hidung mereka, tidak benar atau tidak sama sekali.

Baik lima minggu dan sembilan minggu setelah memulai penelitian, dikumpulkan data dari semua orang dewasa tentang gejala COVID-19 selama masa penelitian.

Jika seseorang melaporkan gejala COVID-19, peneliti akan mengambil dan menguji sampel darah untuk bukti infeksi.

Penggunaan Masker Mengurangi COVID-19

Ilustrasi Corona Ruang Publik

Ilustrasi Corona di Ruang Publik. foto/Istockphoto

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa penggunaan masker meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari 13% pada kelompok yang tidak diberikan masker menjadi 42%.

Menariknya, physical distancing juga meningkat 5% di desa-desa tempat dipromosikannya masker.

Di 300 desa tempat pendistribusian masker jenis apa pun, terlihat penurunan COVID-19 sebesar 9% dibandingkan dengan desa-desa yang dipromosikan masker.

Namun karena sedikitnya desa tempat mempromosikan masker kain, maka tidak dapat dibedakan apakah masker kain atau masker bedah lebih baik dalam mengurangi COVID-19.

Selanjutnya, di desa-desa tempat dibagikan masker bedah, COVID-19 turun 12%. Di desa-desa tersebut, COVID-19 turun 35% untuk orang berusia 60 tahun ke atas dan 23% untuk orang berusia 50-60 tahun.

Saat melihat gejala mirip COVID-19, ditemukan bahwa masker bedah dan masker kain menghasilkan pengurangan 12%.

Studi ini memberikan bukti nyata yang kuat bahwa masker bedah mengurangi COVID-19, terutama untuk orang dewasa yang lebih tua yang menghadapi tingkat kematian dan kecacatan yang lebih tinggi jika mereka terinfeksi.

Mengingat bahwa COVID-19 dapat dengan mudah menyebar dari orang ke orang, jika lebih banyak orang memakai masker, maka manfaatnya pun akan meningkat.

Jadi bila ada pertanyaan apakah Anda harus memakai masker, jawabannya adalah ya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun merekomendasikan hal ini

Masker kain mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali, tetapi masker bedah atau masker berkualitas tinggi dengan efisiensi penyaringan yang lebih tinggi dan kesesuaian yang lebih baik seperti KF94, KN95, dan N95 adalah yang paling efektif dalam mencegah COVID-19.

Baca juga artikel terkait MASKER MEDIS atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Yantina Debora