Menuju konten utama
Update Virus Corona

Studi Terbaru COVID-19: Virus Corona Bisa Rusak Pembuluh Darah Otak

Virus Corona bisa merusak pembuluh darah di otak menurut penelitian terbaru.

Studi Terbaru COVID-19: Virus Corona Bisa Rusak Pembuluh Darah Otak
Ilustrasi Virus corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Studi terbaru COVID-19 yang dipublikasikan awal tahun ini melaporkan bahwa orang dewasa berusia muda yang tertular virus corona varian baru menunjukkan lebih banyak gejala neurologis.

Gejalanya termasuk kebingungan mental, sakit kepala, pusing, gerakan otot yang tidak terkoordinasi, kejang, dan peningkatan risiko stroke.

Dikutip dari Medical News Today, beberapa contoh yang disebutkan itu hanyalah beberapa dari gejala yang ada. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus juga dapat menyebabkan cedera pembuluh otak.

Para penulis penelitian mempublikasikan temuan mereka tersebut dalam artikel korespondensi di New England Journal of Medicine.

Coronavirus Merusak Pembuluh Darah Otak

Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) di Bethesda, MD, dan institusi lain di seluruh Amerika Serikat.

Mereka memeriksa sampel jaringan otak post-mortem dari 16 pasien di New York City dan dari tiga pasien di Iowa City yang telah meninggal antara Maret hingga Juli 2020 serta dinyatakan positif COVID-19 sebelum atau setelah kematian.

Usia pasien berkisar antara 5 hingga 73 tahun, dan riwayat kesehatan mereka biasanya menunjukkan kondisi yang sudah ada sebelumnya, termasuk obesitas, penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, dan diabetes.

Sebelum kematian, pengobatan terutama ditujukan untuk infeksi saluran pernapasan, dan hanya dua pasien yang menunjukkan delirium yang gelisah.

Para peneliti juga menggunakan gambar MRI untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan otak. Ini termasuk olfactory bulb, area otak yang terlibat dalam indera penciuman, karena hilangnya penciuman dikenal sebagai salah satu gejala pertama COVID-19.

Wilayah otak lain yang diperiksa adalah batang otak, yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia, karena ini mengatur kebiasaan tidur, makan dan mengontrol detak jantung serta laju pernapasan.

Untuk menilai jaringan otak yang relevan, para peneliti menggunakan metode pewarnaan yang disebut imunohistokimia, yang memungkinkan visualisasi protein di dalam sel dan jaringan.

Hasil Studi Terbaru Corona

Dari 19 sampel jaringan otak, 13 dicitrakan, dan 10 menunjukkan anomali otak. Analisis lebih lanjut menunjukkan kerusakan pembuluh darah.

Pada sembilan pasien, adanya lesi menunjukkan bahwa itu adalah cedera pembuluh otak yang bocor. Ada juga tanda-tanda protein darah bocor yang disebut fibrinogen di otak.

Para peneliti menyarankan bahwa ini adalah bukti peradangan yang muncul dari sistem kekebalan yang terlalu aktif melawan infeksi.

Pada 10 pasien, gambar MRI menunjukkan hipointensitas yang sesuai dengan pembuluh darah yang tersumbat, dan akumulasi fibrinogen di sekitar area tersebut.

“Hasil kami menunjukkan bahwa ini mungkin disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus,” kata Dr. Avindra Nath, direktur klinis NINDS di National Institutes of Health (NIH) dan penulis senior studi tersebut.

Menariknya, virus SARS-CoV-2 tidak ditemukan di jaringan otak pasien mana pun. Namun, para peneliti menuliskan bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apakah virus itu ada pada satu titik.

“Ada kemungkinan bahwa virus telah dibersihkan pada saat kematian atau jumlah salinan virus di bawah tingkat deteksi oleh pengujian kami,” ujar Dr nath.

Ketika melihat titik-titik cedera lebih dekat, para peneliti menemukan bahwa sel-sel kekebalan, seperti sel T, ada di sekitar otak, yang selanjutnya mendukung bukti respons peradangan di otak.

“Kami sangat terkejut. Awalnya, kami memperkirakan akan melihat kerusakan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen. Sebaliknya, kami melihat area kerusakan multifokal yang biasanya dikaitkan dengan stroke dan penyakit peradangan saraf,” tambah Dr. Nath.

Karena virus korona baru tidak terdeteksi di jaringan otak pasien yang meninggal, para penulis mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah ada hubungan antara efek neurologis yang terkait dengan COVID-19 dan cedera pembuluh darah yang diamati dalam penelitian ini.

“Di masa depan, kami berencana untuk mempelajari bagaimana COVID-19 merusak pembuluh darah otak dan apakah itu menghasilkan beberapa gejala jangka pendek dan jangka panjang yang kami lihat pada pasien,” tukas Dr. Nath.

Baca juga artikel terkait STUDI CORONA TERBARU atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH