Menuju konten utama

Studi Soal Kesejahteraan Global, Indonesia Termasuk Negara Bahagia

Gallup merilis data soal kesejahteraan global dan Indonesia termasuk dalam negara dengan emosi positif.

Studi Soal Kesejahteraan Global, Indonesia Termasuk Negara Bahagia
Ilustrasi tertawa. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tentang derita, itu bukan hanya Anda yang rasakan, dunia juga benar-benar semakin sengsara.

Orang-orang di seluruh dunia jauh lebih sedih, lebih marah dan lebih takut daripada sebelumnya. Hal itu diungkapkan oleh Gallup, sebuah analisa penelitian tentang kesejahteraan global.

Diterbitkan dalam laporan tahunan Global State of Emotions, penelitian ini menguraikan bahwa ketiga indikator emosi itu meningkat pada 2018, dalam dua tahun berturut-turut.

Dalam 12 bulan terakhir yang didominasi oleh perang, krisis politik dan darurat kemanusiaan di seluruh dunia, Republik Chad, sebuah negara di Afrika Tengah menerima kehormatan yang tidak diinginkan sebagai negara paling negatif di dunia.

Diikuti oleh Niger, Sierra Leone, Iran, Irak, Benin, Liberia, Guinea, wilayah Palestina dan Kongo, sementara negara-negara Amerika Latin mendominasi dari sisi positif.

Gallup memetakan kemerosotan umat manusia yang berkepanjangan dengan mengadakan 151.000 wawancara pada tahun 2018 dengan orang dewasa di lebih dari 140 negara. Mereka telah mengukur tingkat emosi setiap tahun sejak 2006.

Pada tahun 2018, sekitar 4 dari 10 orang mengatakan mereka mengalami banyak kekhawatiran sehari sebelum wawancara, sementara yang ketiga mengatakan mereka stres dan hampir 3 dari 10 mengatakan mereka merasakan banyak rasa sakit fisik. Seperempat mengalami kesedihan, dan 22 persennya marah.

Ekonomi Chad telah berada dalam resesi yang mendalam sejak penurunan harga minyak 2014, dan standar hidup terus jatuh di negara Afrika tengah. Hal ini berarti hampir 6 juta dari 15 juta warganya hidup dalam kemiskinan ekstrem.

"Skor keseluruhan negara itu setidaknya sebagian mencerminkan kekerasan, pemindahan dan runtuhnya layanan dasar di beberapa bagian Chad yang telah memengaruhi ribuan keluarga," tulis Gallup.

Sekitar 72 persen orang di negara itu mengatakan mereka berjuang untuk membeli makanan di beberapa titik sepanjang tahun.

Warga Chad juga tidak dapat mengakses internet untuk sebagian besar tahun 2018 setelah pemerintah mereka menutupnya.

Selain sisi sengsara atau negatif, Gallup juga meneliti emosi positif. Secara global, lebih dari 7 dari 10 orang mengatakan mereka mengalami kenikmatan, merasa cukup istirahat, dan banyak tersenyum atau tertawa pada hari sebelum survei, sementara 87 persen mengatakan mereka diperlakukan dengan hormat.

Paraguay mendapatkan kembali posisi teratas sebagai negara paling bahagia dan paling positif di dunia.

Negara ini mengungguli Panama, Guatemala, Meksiko, El Salvador dan Honduras, meskipun negara-negara tersebut memiliki tingkat kemiskinan dan kekerasan yang tinggi.

“Orang-orang di Amerika Latin mungkin tidak selalu menilai kehidupan mereka yang terbaik, tetapi mereka tertawa, tersenyum dan mengalami kenikmatan yang tidak seperti orang lain di dunia," tulis mitra pengelola global Gallup Jon Clifton dalam laporan itu.

“Skor tinggi mereka setidaknya sebagian mencerminkan kecenderungan budaya di wilayah itu untuk fokus pada hal-hal positif kehidupan," tambah Clifton dalam laporan itu.

Di luar negara-negara Amerika latin ada Indonesia, yang termasuk dalam negara dengan emosi positif.

Sementara yang mengejutkan, negara-negara Skandinavia yang biasanya masuk daftar teratas negara-negara paling bahagia di dunia, seperti Finlandia, Denmark, Norwegia dan Islandia keluar dalam daftar bahkan dalam Laporan Kebahagiaan Dunia PBB.

Artinya, pendekatan yang dipimpin oleh wawancara Gallup, telah berulang kali menemukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi di Amerika Latin.

Dengan demikian CNN menulis bahwa daftar positif dan negatif itu menunjukkan meningkatnya ketidaksetaraan dalam emosi orang di seluruh dunia.

Baca juga artikel terkait KESEJAHTERAAN GLOBAL atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo