Menuju konten utama

Studi Sebut Puasa Bisa Tingkatkan Metabolisme Tubuh

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports menyebutkan bahwa puasa bisa meningkatkan metabolisme tubuh. 

Studi Sebut Puasa Bisa Tingkatkan Metabolisme Tubuh
Ilustrasi Tubuh Sehat. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Puasa dapat membantu meningkatkan aktivitas metabolisme manusia, menghasilkan antioksidan, dan membantu membalikkan beberapa efek penuaan

Hal itu diungkapkan oleh para ilmuwan di Institut Pascasarjana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Okinawa (OIST) dan Universitas Kyoto yang mengidentifikasi 30 zat yang sebelumnya tidak dilaporkan yang jumlahnya meningkat selama puasa dan menunjukkan berbagai manfaat kesehatan.

"Kami telah meneliti penuaan dan metabolisme selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk mencari efek kesehatan yang tidak diketahui pada puasa manusia. Bertolak belakang dengan harapan semula, ternyata puasa menyebabkan aktivasi metabolisme agak aktif," kata Takayuki Teruya, penulis pertama makalah ini.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports ini menyajikan analisis seluruh sel darah manusia, plasma, dan darah merah yang diambil dari empat individu yang berpuasa.

Para peneliti memantau perubahan tingkat metabolit, zat yang terbentuk selama proses kimia yang memberi energi pada organisme dan memungkinkannya untuk tumbuh.

Hasilnya mengungkapkan, 44 metabolit termasuk 30 yang sebelumnya tidak dikenali, meningkat secara universal di antara subyek antara 1,5 hingga 60 kali lipat hanya dalam 58 jam puasa.

Dalam penelitian sebelumnya, Unit Sel G0 mengidentifikasi berbagai metabolit yang jumlahnya menurun dengan bertambahnya usia, termasuk tiga yang dikenal sebagai leusin, isoleusin, dan asam oftalmik.

Pada individu yang berpuasa, metabolit ini meningkat, menunjukkan mekanisme dimana puasa dapat membantu meningkatkan umur panjang.

"Ini adalah metabolit yang sangat penting untuk pemeliharaan otot dan aktivitas antioksidan. Hasil ini menunjukkan kemungkinan efek peremajaan," kata Teruya.

Tubuh manusia cenderung memanfaatkan karbohidrat untuk energi. Ketika kelaparan karbohidrat, tubuh mulai menjarah cadangan energi alternatifnya.

Tindakan "substitusi energi" meninggalkan jejak bukti, yaitu metabolit yang dikenal sebagai butirat, karnitin, dan asam amino rantai cabang. Penanda substitusi energi yang terkenal ini telah terbukti menumpuk selama puasa.

Puasa tampaknya menimbulkan efek yang jauh melampaui substitusi energi. Dalam analisis komprehensif para peneliti tentang darah manusia, para peneliti mencatat baik penanda puasa dan banyak lagi.

Misalnya, mereka menemukan peningkatan global dalam zat yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat, suatu proses di mana organisme melepaskan energi yang tersimpan dalam ikatan kimia karbohidrat, protein dan lipid.

Puasa juga muncul untuk meningkatkan metabolisme purin dan pirimidin, zat kimia yang memainkan peran kunci dalam ekspresi gen dan sintesis protein. Temuan menunjukkan puasa dapat memprogram ulang sel protein.

Ketika pada proses metabolisme, purin dan pirimidin juga meningkatkan produksi antioksidan tubuh.

Beberapa antioksidan, seperti ergothioneine dan carnosine, ditemukan meningkat secara signifikan selama periode penelitian 58 jam. Antioksidan berfungsi melindungi sel-sel dari radikal bebas yang dihasilkan selama metabolisme.

Penelitian ini memperkenalkan gagasan baru bahwa puasa dapat meningkatkan produksi beberapa metabolit yang berkaitan dengan usia, melimpah pada orang muda, tetapi menurun pada usia tua.

"Studi penuaan baru-baru ini menunjukkan bahwa pembatasan kalori dan puasa memiliki efek memperpanjang umur, tetapi mekanisme terperinci tetap menjadi misteri. Mungkin dimungkinkan untuk memverifikasi efek anti-penuaan dari berbagai sudut pandang dengan mengembangkan program olahraga atau obat-obatan yang mampu menyebabkan reaksi metabolisme yang mirip dengan puasa," kata Teruya seperti dilansir Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo