Menuju konten utama

Studi: Pemakaian Ganja Berpengaruh pada Frekuensi Hubungan Seksual

Penelitian membuktikan bahwa pemakai ganja lebih banyak melakukan hubungan seksual daripada yang tidak. Namun, peneliti tak menyarankan ganja sebagai obat perangsang seksual.

Studi: Pemakaian Ganja Berpengaruh pada Frekuensi Hubungan Seksual
Ilustrasi Bercinta. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Sebagian orang percaya ganja adalah afrodisiak (obat perangsang seksual) alami, meski ada beberapa literatur ilmiah yang membantah kepercayaan itu. Namun, menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Sexual Medicine, Jumat (27/10/2017) hari ini, menunjukkan bahwa orang yang merokok ganja lebih sering melakukan hubungan seksual dari pada yang tidak.

Peneliti mengumpulkan data dari 50.000 yang berpartisipasi dalam survei tahunan Centers for Disease Control and Prevention antara tahun 2002 dan 2015.

"Kami menanyakan seberapa sering mereka merokok dalam bulanan, mingguan atau harian dan berapa kali mereka berhubungan seks dalam sebulan terakhir," kata Dr. Michael Eisenberg, ahli urologi di Stanford University Medical Center.

"Apa yang kami temukan dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menggunakan ganja. Mereka yang sehari-hari mengisap ganja melakukan hubungan seks sekitar 20 persen lebih banyak. Jadi, selama setahun, mereka bisa melakukan hubungan seks 20 kali lebih banyak," lanjut Eisenberg.

Wanita yang mengonsumsi ganja setiap hari melakukan hubungan seks rata-rata 7,1 kali dalam sebulan. Sementara pria yang mengkonsumsi ganja melakukan hubungan seks rata-rata dan 6,9 kali sebulan.

Wanita yang belum pernah mengonsumsi ganja biasanya melakukan hubungan seks 6 kali dalam sebulan, sedangkan pria rata-rata 5,6 kali dalam sebulan.

Penelitian ini tak lantas menyimpulkan bahwa orang yang gemar berhubungan seks pasti mengonsumsi ganja. Seorang psikolog di University of Albany, Mitch Earleywine, mengatakan orang yang mengonsumsi ganja pun tak semua gemar melakukan hubungan seks.

"Dalam beberapa survei, kami melihat bahwa orang-orang [yang menggunakan ganja] memang melakukan hubungan seks lebih banyak, tapi tampaknya juga dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang bersedia mencoba hal baru atau mencari sensasi," katanya, seperti dikutip NPR.

Kendati demikian, apa pun hubungan antara ganja dan hubungan seksual, Eisenberg mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukannya membuat dia berpikir bahwa ganja, tidak seperti tembakau yang dapat menekan libido. Ganja tidak akan mengurangi dorongan seksual seseorang.

"Pasien saya sering bertanya apakah merokok ganja secara akan berdampak pada fungsi seksual secara negatif?" Eisenberg mengatakan. "Kami tidak ingin orang merokok ganja untuk memperbaiki fungsi seksual, tapi mungkin tidak ada salahnya."

Einberg mengatakan, hasil penelitiannya tidak membuktikan bawah orang yang mengonsumsi ganja akan berdampak negatif, meskipun kemungkinan itu ada. Satu yang bisa ditarik dari penelitiannya, pengguna ganja melakukan lebih banyak hubungan seksual.

Penggunaan mariyuana atau ganja di Amerika memang tindakan yang dilegalkan untuk keperluan obat ataupun sarana perangsang seks di 29 negara dan ibu kota Washington District of Columbia, kata juru bicara Morgan Fox of the Marijuana Policy Project.

Saat ini sekitar 64 persen orang dewasa AS mengungkapkan penggunaan obat-obatan terlarang untuk hubungan seks seharusnya diperbolehkan.

Namun psikolog Earleywine mengingatkan efek samping yang sering terjadi pada ganja adalah membuat mulut kering. Tak hanya mulut, ganja juga bisa menyebabkan wanita memproduksi selaput lendir lebih sedikit.

"Pengeringan selaput lendir adalah efek mengonsumsi ganja. Wanita harus mengingat hal itu saat mempertimbangkan ganja sebagai alat bantu seksual," katanya.

Baca juga artikel terkait MARIYUANA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hard news
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra