Menuju konten utama

Stasiun Luar Angkasa Cina Jatuh, Lapan Minta Masyarakat Waspada

Kemungkinan serpihan Tiangong-1 jatuh di wilayah pemukiman sangat kecil sebab wilayah yang tidak berpenghuni seperti lautan, hutan dan gurun jauh lebih luas dibandingkan wilayah pemukiman.

Stasiun Luar Angkasa Cina Jatuh, Lapan Minta Masyarakat Waspada
The Tiangong 2 diluncurkan pada 1404 GMT waktu Beijing, Kamis (15/9/2016). [Foto/Xinhua/spaceflightnow.com]

tirto.id - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus memantau jatuhnya stasiun luar angkasa Cina Tiangong-1. Badan antariksa berbagai negara memprediksi sateli Tiangong-1 akan akan mencapai bumi dalam beberapa minggu ke depan.

"Benar (Tiangong-1 akan jatuh ke bumi) dan LAPAN terus memantaunya," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin di Jakarta seperti diberitakan Antara, Minggu (12/3).

Namun Lapan tak bisa memastikan kapan waktu persis dan lokasi tepat serpihan stasiun luar angkasa berbobot 8,5 ton jatuh. Sehingga hingga sekarang Lapan belum bisa memberikan penjelasan kepada publik.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika ini mengatakan semua negara dalam lintang 43 derajat utara sampai lintang 43 selatan berpotensi kejatuhan serpihan Tiangong-1, termasuk Indonesia. Thomas meminta masyarakat waspada namun tidak perlu khawatir dengan kabar jatuhnya Tiangong-1. Sebab menurutnya objek antariksa jatuh bukan baru kali ini terjadi. Lagi pula, kemungkinan serpihan Tiangong-1 jatuh di wilayah pemukiman sangat kecil sebab wilayah yang tidak berpenghuni seperti lautan, hutan dan gurun jauh lebih luas dibandingkan wilayah pemukiman.

Wahana luar angkasa Tiangong-1 yang juga dikenal dengan sebutan Heavenly Palace 1 merupakan prototipe stasiun luar angkasa pertama yang dimiliki Cina dan diluncurkan pada 29 September 2011 bersamaan dengan roket Long March 2F/G.

Stasiun luar angkasa ini berfungsi baik sebagai laboratorium berawak dan "testbed" eksperimental untuk menunjukkan kemampuan pertemuan dan dasi orbital.

Pada November 2011, Tiangong-1 dikunjungi oleh serangkaian pesawat luar angkasa Shenzhou selama masa operasinya dua tahun. Yang pertama, Shenzhou 8 yang tidak berawak, berhasil berlabuh dengan modul ini pada bulan November 2011.

Sementara misi Shenzhou 9 yang berawak berlabuh pada Juni 2012. Misi ketiga dan terakhir ke Tiangong-1 yakni pesawat dengan awak Shenzhou 10, berlabuh pada Juni 2013 dan berhasil mendaratkan astronot wanita Cina pertama, Liu Yang dan Wang Yaping di Tiangong-1.

Pada 21 Maret 2016, setelah masa pakainya diperpanjang dua tahun, Space Engineering Office mengumumkan bahwa Tiangong-1 telah secara resmi mengakhiri pengabdiannya. Mereka menyatakan bahwa hubungan telemetri dengan Tiangong-1 telah hilang.

Beberapa bulan kemudian, pelacak satelit amatir mengetahui bahwa badan antariksa Cina telah kehilangan kendali atas Tiangong-1. Pada September 2016, setelah mengakui bahwa mereka telah kehilangan kendali atas stasiun tersebut, para pejabat berspekulasi bahwa stasiun luar angkasa tersebut akan masuk kembali dan terbakar di atmosfer bumi pada akhir tahun 2017.

Sampai akhir November 2017, Tiangong-1 terpantau di ketinggian sekitar 290 kilometer dan mengarah ke Bumi dengan kecepatan sekitar 10 kilometer perbulan.

Para ilmuwan keantariksaan dari berbagai negara memperkirakan stasiun luar angkasa ini akan deorbit beberapa waktu di bulan April 2018.

Namun pada Januari 2018, NBC melaporkan bahwa Tiangong-1 akan menempuh jarak 16.000 mil perjam (26.000 kilometer perjam) dan berada 180 mil (290 kilometer) di atas Bumi. Stasiun ini memiliki probabilitas tinggi untuk masuk kembali ke bumi antara lintang 43 derajat LU dan 43 derajat LS, dengan garis bujur yang tidak diketahui.

Baca juga artikel terkait LUAR ANGKASA

tirto.id - Teknologi
Sumber: antara
Penulis: Muhammad Akbar Wijaya
Editor: Muhammad Akbar Wijaya