Menuju konten utama

Stasiun Bernama Donald John Trump akan Dibangun di Yerusalem

Menteri transportasi Yisrael Katz ingin nama Presiden AS Donald Trump diabadikan untuk stasiun kereta api di Yerusalem karena keputusan beraninya mengakui kota suci itu sebagai ibu kota Israel.

Stasiun Bernama Donald John Trump akan Dibangun di Yerusalem
Kaum Yahudi mengambil bagian dalam pemberkatan pendeta dalam liburan Yahudi Sukkot di Western Wall (Tembok Barat), lokasi ibadah suci Yudaisme, di Kota Tua Yerusalem, Minggu (8/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen

tirto.id - Menteri transportasi Israel Yisrael Katz mendorong rencana kontroversial untuk memperluas jalur kereta api berkecepatan tinggi yang akan segera dibuka ke Tembok Barat, Yerusalem. Ia juga ingin memberi nama sebuah stasiun di tempat itu dengan nama Presiden AS, Donald Trump.

Proposal Katz untuk stasiun "Donald John Trump" yang masih dalam tahap perencanaan awal ini dianggap sensitif. Sebab, pembangunannya melibatkan dua stasiun bawah tanah serta menggali lebih dari dua mil (3 km) terowongan 50 meter di bawah Yerusalem tengah dan di bawah Kota Tua yang politis dan historis.

Tembok Barat adalah situs tersuci dimana orang Yahudi dapat berdoa. Sementara itu, stasiun baru tersebut akan berlokasi di dekat Perempatan Yahudi "Cardo", sebuah jalan kuno beberapa puluh meter dari dinding itu.

The Cardo - yang berarti "hati" - adalah jalan utama di Yerusalem 1.500 tahun yang lalu, dibuka pada abad ke-2 oleh Hadrianus dan kemudian diperluas ke selatan ke area Perempatan Yahudi saat ini, di abad ke-6 oleh Justinianus.

Mengutip The Guardian, seorang juru bicara kementerian transportasi, Avner Ovadia, mengatakan bahwa proyek tersebut diperkirakan menelan biaya lebih dari $700 juta dan, jika disetujui, akan memakan waktu empat tahun untuk menyelesaikannya.

Proyek kereta api Tel Aviv-Yerusalem diperkirakan menghabiskan biaya sekitar $1,8 miliar dan diperkirakan akan mengurangi waktu tempuh hingga 28 menit, mengurangi 78 menit di jalur lama yang dibangun pada masa kerajaan Ottoman.

Stasiun utama Yerusalem saat ini terletak di pinggiran selatan kota, sementara stasiun kereta api utama lama yang di dekat pusat kota sudah tidak beroperasi lagi sehingga kini diubah menjadi area bar dan restoran.

Kantor Katz mengatakan menteri tersebut meneruskan rencana itu dalam sebuah pertemuan baru-baru ini dengan para eksekutif perkeretaapian Israel dan mengajukannya dengan cepat di komite perencanaan.

"Kotel [Tembok Barat] adalah tempat paling suci bagi orang-orang Yahudi, dan saya telah memutuskan untuk memberi nama stasiun kereta yang menuju ke sana dengan nama Presiden AS Donald Trump, sebagai pengakuan atas keputusan berani dan bersejarahnya untuk menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel," Katz mengatakan pada Selasa (26/12/2017) seperti dilansir The Guardian.

Memperluas rel kecepatan tinggi ke Tembok Barat adalah "proyek nasional terpenting di kementerian perhubungan," kata dia menambahkan.

Rencananya, nanti juga akan ada sebuah mobil rel VIP untuk kunjungan kepala negara dan menteri yang datang langsung dari bandara Ben Gurion ke stasiun "Trump" di dekat Tembok Barat.

Pengumuman Trump telah membuat marah orang-orang Palestina dan sebagian besar dunia Muslim. Majelis umum mengadopsi sebuah resolusi minggu lalu yang menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dengan beberapa sekutu tradisional Amerika mendukung suara terbanyak di PBB.

Proposal kereta api Tembok Barat Yerusalem ini kemungkinan akan mendapat tentangan dari masyarakat internasional, yang tidak mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem Timur dan Kota Tua, yang dicaplok Israel pada tahun 1967 dan kemudian dianeksasi.

Orang-orang Palestina memandang Yerusalem Timur dan Kota Tua, rumah bagi tempat-tempat suci Muslim, Kristen dan Yahudi, sebagai ibu kota negara mereka di masa depan.

Menggali terowongan kereta api ke Tembok Barat juga akan memerlukan penggalian di Kota Tua Yerusalem, sebuah persoalan agama dan politik yang rawan. Pengerjaannya juga akan mengorbankan lapisan-lapisan sisa-sisa arkeologi dari sejarahnya selama 3.000 tahun.

Meski ada kemungkinan proyek itu ditolak, juru bicara Ovadia mengatakan bahwa dia memperkirakan rencana tersebut akan disetujui tahun depan. Sementara jalur berkecepatan tinggi Tel Aviv-Jerusalem diperkirakan akan dibuka pada musim semi.

"Tidak ada alasan mengapa kereta ini tidak dibangun," kata dia. "Kami sudah tahu bagaimana menghadapi oposisi yang tidak kalah sulit."

Katz sebelumnya telah mengusulkan proyek infrastruktur ambisius lainnya, termasuk sebuah pulau buatan di lepas pantai Jalur Gaza yang akan berfungsi sebagai udara dan pelabuhan untuk wilayah Palestina. Ia juga menggagas sebuah rel kereta api yang menghubungkan Israel dan Arab Saudi.

Baca juga artikel terkait YERUSALEM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari