Menuju konten utama

Sri Mulyani Waspadai Penurunan PMI Manufaktur Indonesia

Sri Mulyani mewaspadai, penurunan PMI Manufaktur Indonesia dari September 2022 yang berada di level 53,7 menjadi 51,8 di Oktober 2022.

Sri Mulyani Waspadai Penurunan PMI Manufaktur Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan paparannya dalam sesi pleno XI B20 Summit Indonesia 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.

tirto.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai, penurunan Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari September 2022 yang berada di level 53,7 menjadi 51,8 di Oktober 2022.

Selama 14 bulan terakhir, PMI Manufaktur Indonesia memang selalu berada pada level ekspansif. Namun pada bulan lalu levelnya sudah mulai menunjukkan penurunan.

"Penurunan ini yang harus kita perlu waspadai karena menyangkut kegiatan manufaktur yang sangat penting," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA November 2022 yang dikutip Antara di Jakarta, Kamis (24/11/2022).

Sri Mulyani menjelaskan, kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan terus meningkat mendekati level sebelum pandemi COVID-19, dimana untuk manufaktur berada di level 73,5 dan pertambangan 73,2.

Dengan level kapasitas tersebut, artinya sektor manufaktur terus meningkatkan kegiatan hingga kapasitas produksinya terpakai sama seperti sebelum terjadinya pandemi atau mengalami pemulihan.

Indikator produksi dan investasi lainnya, yakni pertumbuhan konsumsi listrik pun masih sangat tinggi pada kegiatan industri dan bisnis yakni masing-masing meningkat 5,7 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan 12,5 persen (yoy).

Kendati demikian, Sri Mulyani menilai, tren pertumbuhan itu menunjukkan pembalikan arah dibanding bulan-bulan sebelumnya.

"Ini sebetulnya ada pengaruh faktor global yang harus diwaspadai. Jadi kita memang harus optimis tapi waspada," tegasnya.

Maka dari itu, dirinya akan melihat lebih lanjut apakah kondisi PMI Manufaktur, pertumbuhan konsumsi listrik, dan kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan sebagai indikator produksi dan investasi bisa bertahan menghadapi gejolak global.

"Kondisi ini akan menjadi tantangan kita memasuki tahun 2023," tandas Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait PURCHASING MANAGERS INDEX

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Anggun P Situmorang