Menuju konten utama

Sri Mulyani Waspadai Ketergantungan RI pada Utang Luar Negeri

Pemerintah akan mewaspadai catatan sejumlah lembaga pemeringkat utang yang menyoroti tingginya ketergantungan Indonesia pada pembiayaan eksternal.

Sri Mulyani Waspadai Ketergantungan RI pada Utang Luar Negeri
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

tirto.id - Sejumlah lembaga pemeringkat utang menyoroti tingginya ketergantungan Indonesia pada pembiayaan eksternal atau utang dari luar negeri. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan mewaspadai catatan itu dan berupaya memperbaikinya.

“Ini artinya meski Indonesia unggul dari sisi pertumbuhan dan rasio utang, kita masih memiliki beberapa area yang perlu diperkuat [diperbaiki] yaitu ketergantungan pada external financing,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Selasa (22/3/2021).

Catatan itu kata Sri Mulyani disampaikan oleh lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings. Fitch mempertahankan peringkat Indonesia tetap pada BBB dengan outlook stabil yang berarti sama baiknya seperti tahun sebelumnya. Meski sinyalnya positif, Fitch memberi catatan kepada para kliennya bahwa Indonesia saat ini masih memiiki ketergantungan pada pembiayaan eksternal.

Selain Fitch, lembaga pemeringkat Moodys juga memberi catatan serupa ketika mengumumkan untuk mempertahankan peringkat utang Indonesia di Baa2 dengan outlook stabil. Moodys juga menyoroti ketergantungan Indonesia pada pembiayaan eksternal serta ketergantungan pendapatan negara yang terkonsentrasi pada siklus komoditas.

Peringkat BBB dan Baa2 yang disebutkan Fitch dan Moody menunjukan Indonesia masih mampu mempertahankan peringkat utangnya dalam kategori investment grade atau layak investasi.

Peringkat investment grade merentang dari BBB- dan Baa3 sampai AAA dan Aaa untuk skala Fitch dan Moody. Semakin mendekati A, maka peringkat dikategorikan semakin baik dan utang yang diterbitkan lembaga/negara bersangkutan cukup menjanjikan dan aman.

Peringkat BBB dan Baa2 Indonesia hanya satu tingkat di atas batas terendah peringkat investment grade BBB- dan Baa3. Jika Indonesia turun ke zona BBB- dan Baa3, maka peringkat utang Indonesia dapat dikatakan memburuk. Penurunan lebih lanjut sampai melewati batas minimum BBB- dan Baa3 punya konsekuensi membikin lembaga rating mengkategorikan obligasi Indonesia semakin berisiko.

Meski mendapat dua catatan itu dari 2 lembaga pemeringkat, Sri Mulyani menyatakan nasib Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Ia mencontohkan Indonesia tidak masuk ke dalam daftar 124 negara yang peringkat utangnya dipangkas atau downgrade pada 2020 oleh 3 lembaga pemeringkat. Indonesia juga lolos dari daftar 133 negara yang outlook utangnya direvisi ke zona negatif.

“Indonesia masih di posisi stabil dan posisi rating tidak di-downgrade. Ini patut disyukuri meski kita harus tetap waspada dan bekerja keras untuk memperbaiki faktor sturktural yang disampaikan lembaga rating,” ucap Sri Mulyani.

Disamping itu, laporan IMF terbaru terhadap kondisi Indonesia juga mencermati risiko dari profil utang Indonesia. Antara lain, kebutuhan pembiayaan eksternal, utang Indonesia dalam valuta asing, dan kepemilikan asing pada SBN yang menjadi paling dicermati oleh IMF.

“Ini area yang harus terus diperbaiki dan diwspadai,” ucap Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait UTANG LUAR NEGERI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto