Menuju konten utama

Sri Mulyani Waspadai Dampak Lonjakan Covid-19 ke Ekonomi

Jika penanganan Covid-19 dilakukan dengan pengetatan ekonomi, maka akan berdampak pada target pertumbuhan ekonomi.

Sri Mulyani Waspadai Dampak Lonjakan Covid-19 ke Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap target pertumbuhan ekonomi pada kisaran 7,1-8,3 persen pada kuartal II-2021 bisa tercapai. Namun, target itu kemungkinan akan terganggu oleh peningkatan kasus Covid-19 yang tajam memasuki medio Juni.

“Kuartal II, kita berharap akan terjadi pemulihan yang kuat, namun covid yang terjadi pada minggu kedua pasti memengaruhi proyeksi. Kalau Covid bisa menurun, kita masih bisa berharap. Tapi kalau untuk menurunkan harus ada pembatasan, maka proyeksi ekonomi akan terkoreksi,” kata Sri Mulyani Raker Komisi XI DPR RI dengan Menkeu, Gubernur BI, Ketua DK OJK, Ketua DK LPS, Senin (14/6/2021).

Per 13 Juni 2021, Indonesia mencatat ada 9.868 kasus positif. Lonjakan kasus menyebabkan tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR) melonjak. Seperti di DKI, angkanya sudah menembus 75 persen.

Sri Mulyani menjelaskan, proses pemulihan ekonomi sangat berkorelasi dengan jumlah kasus Covid-19. Ia memaparkan pada Maret 2021, saat pengetatan diberlakukan menyusul peningkatan kasus usai libur natal dan tahun baru. Ekonomi pun melambat. Akibatnya, ekonomi Indonesia kembali mengalami kontraksi 0,7% pada triwulan I-2021.

Memasuki April dan Mei, akvitas ekonomi kembali meningkat. Sejumlah indikator seperti indeks PMI, IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) menunjukkan angka yang semakin membaik. Namun, memasuki Juni, aktivitas mulai terancam dengan peningkatan kasus, terutama setelah Idul Fitri.

Apalagi setelah munculnya ledakan kasus Covid-19 di India, yang kemudian menyebar ke beberapa negara di ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam dan juga Indonesia.

“Terjadi lonjakan (kasus) cukup besar. Kenaikan sangat tinggi pada Juni harus kita waspadai karena Juni merupakan bulan terakhir pada triwulan II. Kalau April-Mei meningkat bagus, Juni dengan kenaikan kasus pasti akan memengaruhi,” kata Sri Mulyani.

Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, menembus level 55,3 pada Mei atau berarti di level optimistis.

Sementara Bank Indonesia mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen1 (IKK) Mei 2021 sebesar 104,4, meningkat dibandingkan dengan IKK April 2021 sebesar 101,5. Keyakinan konsumen terpantau membaik pada sebagian besar kategori tingkat pengeluaran, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Abdul Aziz