Menuju konten utama

Sri Mulyani Waspadai Ancaman Krisis Akibat Kenaikan Suku Bunga

Kekhawatiran krisis semakin nyata lantaran beberapa negara dunia saat ini sudah merespons pengetatan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga.

Sri Mulyani Waspadai Ancaman Krisis Akibat Kenaikan Suku Bunga
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan usai penandatanganan Deklarasi Bali Asia Initiative disela pelaksanaan 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) dan Finance and Central Bank Deputies (FCBD) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (14/7/2022). ANTARA FOTO/POOL/Fikri Yusuf/rwa.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mewaspadai terjadinya krisis ekonomi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kekhawatiran itu semakin nyata lantaran beberapa negara dunia saat ini sudah merespons pengetatan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunganya dalam menghadapi inflasi yang tinggi.

Sri Mulyani mengatakan, penyesuaian suku bunga tadinya rendah, menjadi meningkat tentunya berdampak pada volatilitas dari pasar keuangan global. Pada akhirnya memicu terjadinya krisis di negara-negara berkembang.

"Dan ini bisa menimbulkan potensi krisis di negara berkembang. Ini adalah sesuatu yang kita waspadai," kata Sri Mulyani dalam Kuliah Umum UI dalam rangka Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2022, di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Bendahara Negara itu mengatakan, beberapa negara yang inflasinya tinggi seperti di Amerika Serikat (AS) sudah berada di level 9 persen direspon kenaikan suku bunga The Fed. Sedangkan di Brazil suku bunganya sudah 13,25 persen dan Mexico sudah 7,75 persen.

"Ini adalah emerging market yang besar. India baru saja menaikan suku bunga 50 basis poin ke 4,90 dan negara negara lain telah mengumumkan akan melakukan adjustment," katanya.

Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia sendiri masih menahan suku bunga acuan di level 3,50 persen. Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyarankan, agar arah kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia tetap dipertahankan dalam level yang rendah 3,5 persen. Mengingat kondisi perekonomian dalam negeri masih terpantau membaik dan menguat.

Airlangga mengatakan laju pemulihan ekonomi dalam negeri terus menguat dengan beberapa indikator diantaranya indeks keyakinan konsumen tercatat 128,2, kemudian indeks penjualan ritel 15,42 serta laju inflasi Juli tercatat 4,94 persen (yoy) dengan inflasi inti 2,86 persen (yoy) yang masih terjaga rendah.

Indikator lainnya dari sisi kredit perbankan tercatat tumbuh 10,66 persen (yoy) pada Juni 2022, dengan tingkat NPL terjaga pada level 2,86 persen. Kemudian pertumbuhan dana pihak ketiga jauh lebih tinggi sebesar 9,13 persen (yoy).

"Tingkat suku bunga, kita melihat dari inflasi yang mencapai 4,94 persen (yoy) dan inflasi inti sebesar 2,86 persen (yoy) sehingga angkanya masih rendah dan ekonominya masih recovery. Jadi kami berharap tidak perlu terburu-buru [BI naikkan suku bunga acuan]," kata kata Airlangga dia dalam Konferensi Pers Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini, di Kantornya, Jakarta, Jumat (5/8/2022).

Baca juga artikel terkait KRISIS EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang