Menuju konten utama

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Digital Cenderung Monopoli & Oligopoli

Penguasaan pasar digital oleh kompetitor besar menjadi tantangan yang harus dihadapi perekonomian Indonesia akibat digitalisasi.

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Digital Cenderung Monopoli & Oligopoli
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan ekonomi digital dunia dan Indonesia dikuasai oleh pemain-pemain besar sehingga bercorak monopoli dan oligopoli.

“Cenderung monopolistik atau setidaknya oligopolistik. Coba lihat di dunia, kita cuma punya satu yaitu Google. Berkali-kali Google itu kena competition policy, tapi kompetitornya gak muncul,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference, Selasa (23/3/2021).

Penguasaan pasar digital oleh kompetitor besar menjadi tantangan yang harus dihadapi perekonomian Indonesia akibat digitalisasi. Selain Google, ia juga memberi contoh terkait dengan oligopoli saat beberapa perusahaan aplikasi lain seperti Facebook yang kerap kali membeli perusahaan saingannya untuk menghilangkan pesaing bisnis. Salah satu yang sudah berhasil diakuisisi Facebook baru-baru ini adalah Whatsapp.

“Tiba-tiba WA umumkan datanya nanti akan di-collect kemudian banyak orang yang akhirnya pindah ke Telegram. Paling tidak [sudah] ada platform. Kemudian Twitter dan Instagram hari ini gak ada kompetisinya,” kata dia.

Sri Mulyani juga menyebutkan, persaingan tersebut juga tercermin di Indonesia. Saat hanya beberapa aplikasi starup yang menguasai pasar, sebut saja Gojek dan Grab lalu ada pula BukaLapak, Tokopedia dan Shopee. ”Itu hanya pemain-pemain besar saja. Jadi kompetisi dikunci hanya untuk sebagian kecil saja," jelas dia.

Jika kondisinya seperti itu, kesempatan untuk melakukan demokratisasi melalui teknologi menjadi tidak bisa dilakukan. Pasalnya setiap kali ada perusahaan rintisan yang memiliki potensi, akan langsung diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar. Sehingga membuat sistem monopoli di ekonomi digital.

"Misalnya orang bikin startup bagus kemudian langsung dibeli sama Microsoft atau Facebook, kompetitornya akan langsung beli. Bahkan terkadang belum sampai IPO, karena dia [startup] butuh dana. Dia butuh berkembang dan kalau ada kesempatan seperti itu langsung makan saja [oleh pemain besar] itu menciptakan kompetisi yang tidak sempurna," tandas dia.

Baca juga artikel terkait EKONOMI DIGITAL atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali