Menuju konten utama

Sri Mulyani Perkirakan Rasio Utang 2022 Bisa Naik ke 44,28% PDB

Sri Mulyani memperkirakan rasio utang negara akan meningkat menjadi 43,76-44,28 persen PDB pada 2022.

Sri Mulyani Perkirakan Rasio Utang 2022 Bisa Naik ke 44,28% PDB
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan rasio utang negara akan meningkat menjadi 43,76-44,28 persen PDB pada 2022. Rasio utang ini naik dari tahun 2021 yang diproyeksikan mencapai 41,05 persen PDB. Hal ini diungkapkan Sri Mulyani saat menyampaikan rancangan postur makro fiskal 2022.

Kenaikan rasio utang ini disumbang oleh masih tingginya defisit APBN 2022 yang mencapai 4,51-4,85 persen PDB. Defisit ini hanya turun 1,19 persen poin dari posisi tahun 2021 yang mencapai 5,7 persen PDB.

“Saya ingin menyampaikan dengan defisit yang masih sekitar 4,5-4,8 persen, maka pembiayaan tahun 2022 akan terus dijaga secara prudent di dalam kondisi global yang terus dinamis termasuk tren dari suku bunga global serta pemulihan ekonomi global,” ucap Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 secara virtual, Kamis (29/4/2021).

Defisit senilai 4,51-4,85 persen itu setara dengan Rp808,2 triliun sampai Rp879,9 triliun. Defisit itu timbul karena pada 2022 pemerintah memperkirakan pendapatan negara hanya mencapai Rp1.823,5 triliun sampai Rp1.895,4 triliun, sedangkan belanja negara diperkirakan mencapai Rp2.631,8 triliun sampai Rp2.775,3 triliun.

Sebagai perbandingan, pada 2021 pemerintah mematok target pendapatan senilai Rp1.743,7 triliun dan belanja negara mencapai Rp2.750 triliun. Melihat postur ini, pemerintah memang tengah mencoba menaikkan penerimaan negara sekaligus menahan peningkatan belanja agar tidak terlampau besar.

Sri Mulyani mengatakan pada 2022 nanti pemerintah tidak hanya menggunakan APBN sebagai instrumen pemulihan ekonomi, tetapi juga melakukan reformasi struktural. Reformasi yang dimaksud mencakup peningkatan kualitas pendidikan, sistem kesehatan, perlindugan sosial serta peningkatan kapasitas produksi-pertumbuhan berkelanjutan dan reformasi institusional.

Baca juga artikel terkait RASIO UTANG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz