Menuju konten utama

Sri Mulyani: Corona Tekan Sektor Perdagangan & Transportasi

Penerimaan pajak di dektor perdagangan dan transportasi terdampak corona.

Sri Mulyani: Corona Tekan Sektor Perdagangan & Transportasi
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (tengah) menyampaikan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 di Jakarta, Rabu (19/2/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan wabah virus Corona atau Covid-19 telah memukul sektor transportasi dan perdagangan RI. Hal itu tergambar jelas dari anjloknya penerimaan pajak dari sektor tersebut.

“Kita tahu sektor mana yang bertahan dan langsung terkena Corona. Terlihat dari penerimaan kepabeanan dan pajak,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (20/2/2020).

Realisasi pajak sektor perdagangan sendiri baru mencapai Rp22,18 triliun sepanjang bulan lalu. Pajak sektor ini mengalami perlambatan, dari semula tumbuh 8,4 persen di Januari 2019 menjadi hanya 2,8 persen di Januari 2020.

“Perdagangan mengalami penurunan dan ini kita waspadai pengaruh Corona terutama Januari dua minggu terakhir. Tadinya tumbuh 8,4 persen sekarang malah turun,” ucap Sri Mulyani.

Lalu di sektor transportasi katanya dampak Corona terlihat sangat kentara. Ia mencontohkan biasanya sektor transportasi dan pergudangan bisa tumbuh dobel digit seperti Januari 2019 di kisaran 39,5 persen tetapi kali ini anjlok di minus 5,6 persen di Januari 2020 dengan realisasi Rp4,88 triliun.

Sektor pengolahan juga mengalami perlambatan dengan pertumbuhan 4 persen padahal semapt mencapai 5,4 persen di Januari 2019. Namun ia bilang angka ini menunjukan sektor ini masih bertahan.

“Yang menonjol ini transportasi dan pergudangan. Ini dipengaruhi pengangkutan transportasi drop-nya turis dari laur negeri,” ucap Sri Mulyani.

Sementara itu, sektor lain seperti pertambangan juga turun dari semula tumbuh 37,3 persen di Januari 2019 kini realisasinya anjlok minus 27,3 persen di kisaran Rp7,18 triliun. Sri Mulyani bilang penurunan ini memang terjadi karena turunnya permintaan batu bara Cina tapi setahunya sektor ini sudah mengalami tekanan sejak 2019 lalu.

Dari sisi bea keluar, Sri Mulyani mencatat sektor perdagangan besar dan eceran relatif terpukul. Bea keluarnya anjlok dari tumbuh 127,88 persen di Januari 2019 melambat menjadi 25,13 persen dengan realisasi Rp19,6 miliar.

Lalu industri pengolahan juga menurun dari semula tumbuh 43,77 persen di Januari 2019 melambat di 2020 menjadi 38,66 persen di Januari 2020 dengan realisasi RP20,3 miliar.

“Kalau kita liat dari sisi lapangan usaha bea dan cukai penyumbang bea kelaur terbesar masih industri pengolahan masih positif. Eceran kontraksi. Ini ada pengaruh dari Corona,” ucap Sri Mulyani.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana