Menuju konten utama

Sri Mulyani Bicara Soal Rupiah Belum Ditopang Investasi Langsung

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, tingginya investasi dari portofolio tak perlu dipermasalahkan, karena hal tersebut dibutuhkan dalam jangka pendek untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Sri Mulyani Bicara Soal Rupiah Belum Ditopang Investasi Langsung
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) dalam neraca pembayaran Indonesia masih didominasi oleh aliran modal masuk dari portofolio (pembelian aset-aset finansial seperti saham, surat utang atau commercial papers) ketimbang investasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI).

Artinya, menguatnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar masih ditopang oleh portofolio ketimbang investasi.

Pada kuartal IV tahun 2018, modal asing yang masuk ke Indonesia neto pada investasi portofolio mencapai 10,4 miliar dolar AS. Sementara investasi langsung neto, pada periode yang sama tercatat surplus sebesar 2 miliar dolar AS.

Ekonom dari Center of Reform on Economics Piter Abdullah menyampaikan, angka itu belum sesuai harapan meski pemerintah telah mengeluarkan sejumlah insentif dalam pembaruan paket kebijakan ekonomi jilid XVI.

Menurutnya, investasi langsung perlu lebih digenjot sebab masuknya dana lewat portofolio sangat rentan dan sukar dikendalikan keluar masuknya.

"Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai kebijakan yang sudah diambil untuk mendorong masuknya PMA (Penanaman Modal Asing)," ujarnya kepada Tirto, Selasa (12/2/2019).

Terkait hal tersebut, Sri Mulyani mengatakan bahwa tingginya investasi dari portofolio tak perlu dipermasalahkan. Sebab, kata dia, hal tersebut dibutuhkan dalam jangka pendek untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

"Kalau dari sisi capital inflows, kan memang naturenya selalu ada yang sifatnya jangka pendek dan instrumennya yang relatif liquid, seperti portofolio, yang sifatnya jangka panjang dan permanen seperti FDI. Dua-duanya memiliki fungsi yang sama pentingnya," tutur Sri Mulyani di kantornya, Selasa (12/2/2019).

Kendati demikian, kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan investasi langsung dengan menggunakan sejumlah kebijakan yang pro investasi.

"Kemenkeu akan mendukung tugas dari institusi lain, BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), Kemendag, Kemenperin, agar investasi di bidang-bidang mereka bisa memberikan daya tarik yang lebih baik," imbuhnya.

Kendati demikian, hal tersebut juga perlu didukung oleh instansi pemerintah lainnya baik di tingkat daerah.

"Lingkungan investasi tentu akan juga sangat penting dan kerja bersama antar pemerintah pusat, pemda, dan instrumen-instrumen yang kita lakukan," tukasnya.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno