Menuju konten utama

Sopir Angkot Tanah Abang Menjawab Tudingan Demo Pesanan

Para sopir angkot menolak tudingan Organda DKI yang menyebut mereka demo karena ada tekanan dari pihak ketiga.

Sopir Angkot Tanah Abang Menjawab Tudingan Demo Pesanan
Sejumlah sopir angkot melakukan aksi unjuk rasa dengan menutup jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta, Senin (29/1). tirto.id/Andrey Gromico.

tirto.id - Dua orang pria memasuki angkot M08 jurusan Tanah Abang - Kota. Satu sudah masuk usia senja, dan satu masih paruh baya. Keduanya duduk di bangku bagian paling belakang. Mereka berbincang tentang masalah pria paruh baya yang mengusir istrinya dari rumah. Ia tak merasa bersalah. Pria tua menanggapi sambil mengangguk-angguk dan mengalihkan perhatiannya pada sopir.

“Gimana?" Tanya pria tua itu.

“Ancur-ancur,” jawab Naz, sopir angkot jurusan Tanah Abang - Kota.

Naz, adalah salah salah satu sopir angkot yang terdampak kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta menutup Jalan Jatibaru selama hampir 1,5 bulan. Sejak itu, omset keuntungannya menurun drastis.

Sejak menarik angkot siang hari, pada Selasa (30/1), ia hanya mengangkut sejumlah penumpang dengan keuntungan tak mencapai Rp50 ribu. Sebelum Jalan Jatibaru ditutup, ia mengaku bisa mengantongi sekitar Rp100 ribu, bahkan lebih.

Di dasbor depan tergeletak gawai, korek api, dan rokok yang tinggal sebatang. Uang recehan berserakan di sebelahnya. Di laci yang biasa digunakan untuk asbak rokok, terlihat beberapa uang kertas Rp2 ribu dan Rp5 ribu tidak tertata rapi.

Meski masih melanjutkan pekerjaannya sepanjang malam, ia tidak membeli rokok lagi. Uangnya sangat terbatas. Nahas, pria tua di tempat duduk belakang memaksa meminta rokok terakhirnya. Belakangan saya tahu, pria itu adalah pemilik angkot yang disewanya.

“Dipalak,” kata Nas berbisik pada penumpang di sebelahnya.

Penunjuk bensin yang ada di angkotnya rusak. Ia memperbaiki bersama bosnya di bengkel. Itu pula sebabnya ia menggerutu ketika bosnya memalak. Sudah angkotnya rusak, penghasilannya pun tak banyak.

Dampak penutupan jalan Jatibaru memang cukup terasa. Atas pertimbangan itu, saat ada pemberitahuan demo minggu lalu, Senin (22/1/2018), Nas tak perlu berpikir dua kali untuk berangkat jam 10 pagi menuju Jatibaru dan bersama sopir angkot lainnya menuju Balai Kota DKI.

Nas mengaku dirinya mendapat informasi ajakan demonstrasi dari selebaran yang disebar. Selebaran itu merupakan surat tanda terima pemberitahuan dari Polda Metro Jaya bahwa sopir angkot mendapatkan izin untuk melakukan aksinya. Nas mengaku tidak mendapat tekanan apapun, begitu pun sebaliknya. Ia tak memaksa kawannya untuk ikut berdemo.

"Kesadaran pribadi saja, mas," katanya lagi.

Namun, Nas tidak mengikuti aksi demo yang kedua, Selasa (30/1/2018).

Pria yang sudah 14 tahun berprofesi sebagai sopir angkot ini menjelaskan bahwa tidak ada ancaman yang ditujukan kepadanya saat absen demo yang kedua. Bila ia dan kawan-kawannya, tak bisa atau tak mau ikut berdemonstrasi, ia menerangkan tak ada masalah yang menghampirinya dari kawan-kawan sopir angkot lain yang berdemo.

Hanya saja, ia mendapat ancaman apabila beroperasi untuk mencari penumpang saat sopir angkot Tanah Abang lainnya memutuskan untuk berdemonstrasi. Bila masih nekat, angkotnya bisa diamuk dan dihancurkan oleh sopir lainnya.

"Wajar lah, mas. Ini kan masalah bersama. Masa kita cari duit, enak sendiri, yang lain sedang susah memperjuangkan kepentingan," katanya tak memprotes ancaman itu.

Hal senada diceritakan oleh Aden yang mengendarai angkot trayek M08 yang serupa dengan Nas. Sepanjang perjalanan dari stasiun Tanah Abang hingga Jalan Hayam Wuruk, Aden mengeluhkan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan yang dianggap tidak cukup jantan. Pernyataan Aden merujuk pada perwakilan massa sopir angkot yang tidak ditemui oleh mantan Menteri Pendidikan itu.

Ia menampik dengan tegas ketika ada tuduhan dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) bahwa demonstrasi sopir angkot dilakukan karena adanya ancaman pihak tertentu. Menurut Aden, sopir angkot melakukan demo karena lahan penghasilannya tergerus oleh kebijakan pemerintah daerah.

"Mana ada, mas. Dipikir kita mau demo? Demo terus, duit kagak dapat, capek iya," katanya.

Dalam skema hitungan kasar, Aden mengatakan bahwa ia hanya mendapat keuntungan sebesar Rp30 ribu per hari sejak Jalan Jatibaru ditutup. Uang itu tidak cukup untuk biaya hidup Aden. Pendapatan itu sudah dipotong dari uang yang harus disetor kepada pemilik angkot. Jumlahnya beragam, untuk Aden sendiri, ia harus menyetor Rp160 ribu per hari.

"Makanya kami protes. Ini kan kepentingan kami,” kata dia menambahkan.

Ia juga membenarkan bahwa ada larangan bagi sopir angkot yang tetap berkegiatan seperti biasanya. Tidak masalah bila sopir menolak berdemonstrasi, tapi apabila ada yang mencari penghasilan, Aden mendukung angkot itu untuk diberhentikan dan dihancurkan.

“Kami, kan, sedang memperjuangkan kepentingan bersama. Kalau enggak ikut wajar, tapi kalau dia dapat penghasilan, kami enggak, terus gimana? Enggak bisa dong," kata dia.

Sopir angkot M11 jurusan Tanah Abang – Meruya, Nicholaus menuturkan, dampak penutupan jalan Jatibaru setidaknya berpengaruh signifikan pada trayek angkot M08, M10 jurusan Tanah Abang - Jembatan Lima, dan YP03 jurusan Karet - Tanah Abang - Roxy Mas. Sisanya, seperti M09 jurusan Tanah Abang - Kebayoran dan M09a jurusan Tanah Abang - Kampung Baru bisa mengambil jalan memutar.

“Saya enggak begitu terasa. Memang tiap hari semuanya lewat sini [Jatibaru] karena lebih cepat. Tapi yang paling ngaruh itu trayek (M) 08, (M) 10, sama (YP) 03. Mereka itu selalu ngetem [menunggu penumpang] di jalan Jatibaru," kata dia.

Adu Argumen Organda dan Penanggung Jawab Sopir Angkot

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan, sopir angkot mendapat ancaman untuk mengikuti demonstrasi. Diduga, sopir angkot mendapat ancaman seminggu sebelum demonstrasi yang pertama.

“Ini, kan yang digerakkan para sopir. Kita undang sopirnya. Kita tanya sopirnya, mereka merasa dapat tekanan, diancam harus ikut,” ujar Shafruhan, di Balai Kota Jakarta, Selasa kemarin.

Shafruhan berkata, dirinya mendapat kabar setelah mengundang perwakilan sopir angkot untuk bertemu. Ia juga menuturkan bahwa kelompok pengancam itu belum diketahui identitasnya. Ia tidak mau berspekulasi.

"Kami coba clear-kan di Tanah Abang, tapi ada kelompok yang kita juga enggak tahu. Organda bukan parpol, Organda adalah organisasi profesional, kami tidak masuk ke wilayah politik,” kata Shafruhan.

Dari perbincangan dengan perwakilan sopir angkot, Shafruhan mengklaim, para sopir angkot tidak menghendaki adanya demo. Perubahan penutupan jalan Jatibaru juga sudah disetujui oleh Organda.

“Perubahan itu dalam rangka juga dalam membantu pengemudi, karena kawasan Tanah Abang itu kan crowded-nya luar biasa tuh. Begitu masuk, mau keluar lagi itu satu jam, satu jam lebih bahkan kadang-kadang. Karena tingkat kemacetannya yang luar biasa,” kata dia.

Sedangkan penanggung jawab aksi demonstrasi, Rosyid menyatakan hal yang berbeda dengan Organda. Masalah kerugian sopir angkot memang dirasa cukup mencemaskan. Banyak sopir angkot yang penghasilannya turun secara drastis. Hal ini diperparah dengan adanya penilangan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan DKI ketika sopir angkot dirasa melanggar trayek.

Sopir angkot M08, misalnya, pernah ditilang ketika mencoba melewati jalan layang Tanah Abang dan tidak memutar di bawah. Sebelum adanya penutupan Jatibaru, jalur ini lazim ditempuh oleh para sopir.

"Mana ada itu. Kami tidak pernah mengeluarkan ancaman untuk ikut demo. Kalau tidak mau ikut juga terserah,” kata Rosyid kepada Tirto.

Namun, Rosyid tidak menampik adanya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menginisiasi sopir angkot untuk melakukan demonstrasi. Rosyid mengatakan, LSM itu bernama Persatuan Gerakan Bangsa. Namun, berdasarkan data LSM di DKJ Jakarta tahun 2015, LSM tersebut tidak terdaftar.

Tugas LSM ini mendata keluhan apa saja yang sekiranya ingin disampaikan oleh sopir angkot. Ketika berdiskusi dengan masing-masing koordinator sopir angkot trayek YP03 dan M10, LSM ini juga mengikuti.

"Tapi ini cuma yang pertama. Dan tak ada ancaman juga. Yang kedua itu murni spontanitas karena tidak jelas juga keputusannya," jelas Rosyid.

Usaha Menyelesaikan Polemik Sopir Angkot

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno memberikan keterangan bahwa hasil diskusi tetap diperhatikan oleh Pemprov DKI Jakarta. Dari hasil tersebut, bus Tanah Abang explorer yang memberi layanan angkutan gratis dihentikan lantaran mengambil keuntungan sopir angkot.

“Untuk sementara supaya kondisinya kondusif, Tanah Abang Explorer itu kami hentikan dulu. Tapi, masyarakat sekarang mulai bertanya 'kan selama ini mulai menikmati. Bagaimana secara gratis untuk layanan masyarakatnya,” kata Sandi.

Untuk itu, Sandiaga meyakini bahwa Kepala Dinas Perhubungan sedang menjalin komunikasi dan berusaha membina agar bisa mengayomi seluruh sopir angkot tersebut. “Pemprov ingin membuka komunikasi dan menangkap aspirasi mereka dan memastikan mereka tidak dilupakan,” kata dia.

Sedangkan Rosyid menegaskan, sopir angkot akan melakukan aksi demonstrasi lagi menuju Balai Kota jika tuntutannya tidak dipenuhi. Keputusan ini menyusul ketidakjelasan pemerintah dengan membiarkan Jalan Jatibaru ditempati oleh pedagang kaki lima. Hingga Selasa sore kemarin, Jalan Jatibaru masih diblokade dan baru dibuka sekitar pukul 18.00.

Rosyid juga telah menyebarkan surat persetujuan izin unjuk rasa dari Polda Metro Jaya. Aksi dilakukan sedari pukul 06.00 hingga pukul 16.00. Peserta nantinya akan berkumpul di Jalan Jatibaru dan menuju Balai Kota Jakarta.

Kedatangan Rosyid dan kawan-kawan demi tujuan membebaskan Jalan Jatibaru dari penutupan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Meski begitu, Rosyid tak bisa memastikan berapa massa yang akan ikut hadir.

“Belum tahu juga. Tapi kemungkinan banyak lah. Untuk angkot trayek M11 memang agak sedikit karena agak berbeda dari kita rutenya,” kata dia.

Baca juga artikel terkait DEMO ANGKOT atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Abdul Aziz