Menuju konten utama

Somnolen Postprandial: Ngantuk Berat Setelah Makan

Perhatikan jenis makanan yang Anda santap.

Somnolen Postprandial: Ngantuk Berat Setelah Makan
Ilustrasi makanan vegan. REUTERS/Vasily Fedosenko

tirto.id - Anda tentu pernah mengalami kesulitan berkonsentrasi saat bekerja karena lapar. Namun, saat mengisi perut, alih-alih lancar bekerja, Anda malah mengantuk. Kondisi ini bernama food coma atau somnolen postprandial, dan bisa dibuktikan secara ilmiah.

Angus Stewart, pengajar senior Nutrisi dan Diet, Edith Cowan University pernah menulis artikel berjudul “Health Check: ‘food comas’, or why eating sometime makes you sleepy” kepada The Conversation. Dalam artikel itu, Stewart memaparkan bahwa rasa kantuk itu hanya muncul pada kondisi tertentu saja, atau hanya saat makanan yang kita konsumsi memiliki nutrisi yang tidak seimbang.

Bagaimana Hal Itu Bisa Terjadi?

Seperti ditulis di Huffington Post, Robbie Clark, ahli diet dan Ahli Gizi Olahraga membeberkan berbagai macam alasan kita mengantuk setelah makan siang. Yang menjadi alasan utama adalah proses pencernaan, karena dalam kondisi tersebut tubuh akan menggunakan energi untuk mencerna makanan.

“Tubuh kita membutuhkan energi untuk bertahan hidup. Energi tersebut kita dapatkan dari makanan kita, yang dipecah melalui proses pencernaan, dan menjadi bahan bakar tubuh atau glukosa. Makronutrien tersebut kemudian memberi kalori atau energi ke tubuh,” ungkap Robbie kepada Huffington Post.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wurtman RJ, dkk berjudul “Effect of normal meals rich in carbohydrate or proteins on plasma and tyrosin ratios” (PDF), disimpulkan bahwa ada perbedaan rasio plasma tryptophan antara sarapan tinggi karbohidrat dengan tinggi protein, yang dapat mempengaruhi konsentrasi tryptophan di otak dan sintesis serotonin.

Serotonin merupakan zat kimia atau neurotransmiter yang berhubungan dengan ketenangan dan menyebabkan rasa kantuk, khususnya pada anak-anak.

“Data ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi saat sarapan dapat mempengaruhi variasi substansial dari plasma tryptophan-LNAA dan rasio tyrosine-LNAA, yang bergantung pada jumlah karbohidrat dan protein dalam makanan,” ungkap Wurtman RJ, dkk.

Wurtman, dkk menemukan ada perbedaan rasio tryptophan-LNAA hingga 50% antara sarapan tinggi karbohidrat-rendah protein, dengan sarapan tinggi protein, dan perbedaan tyrosine-LNAA hingga 30%.

Angus Stewart, pengajar senior Nutrisi dan Diet, Edith Cowan University mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung asam amino esensial triptofan rupanya tidak melulu membuat kita mengantuk.

“Tetapi apakah mengonsumsi makanan yang kaya akan asam amino esensial triptofan seperti kalkun, keju cottage, tahu, dan pisang, otomatis membuat anda mengantuk? Mungkin tidak, karena hal itu [kantuk] terjadi akibat lonjakan insulin yang disebabkan karena mengonsumsi karbohidrat, yang memungkinkan triptofan masuk ke otak bersama dengan asam amino lainnya,” kata Stewart.

Sebuah studi berjudul “Diet promotes sleep duration and quality”, telah dilakukan Katri Peuhkuri, dkk (PDF) untuk mencari hubungan antara makanan yang dikonsumsi dengan tidur. Dalam penelitian tersebut, mereka mencari peran dari hormon peptida usus dan tidur. Disitu ditemukan bahwa asupan makanan menginduksi pelepasan berbagai hormon usus yang mempengaruhi situs lokal atau aliran darah, dan memberikan sinyal melalui vagal nerve afferents yang berhubungan dengan hipotalamus dan otak.

“Beberapa laporan menunjukkan berbagai macam zat yang mengatur nafsu makan seperti Cholecystokinin (CCK), ghrelin, dan peptida tirosin-tirosin (PYY) memiliki efek yang signifikan saat tidur. Selain itu juga terdapat neuropeptida lain yang baik untuk usus dan otak, seperti vasoactive intestinal polypeptide, yang memiliki pengaruh pada fisiolog usus dan pengaturan tidur,” ujar Katri, dkk.

Dalam hal ini, karbohidrat akan merangsang pelepasan CCK dari sel mukosa pada duodenum dan jejunum. CCK akan mengatur motilitas usus dan menstimulasi pengiriman enzim pencernaan yang berasal dari pankreas dan empedu. Zat ini diproduksi oleh sistem saraf enterik dan didistribusikan ke otak. Pelepasan postprandial CCK inilah yang menyebabkan kantuk setelah mengkonsumsi makanan tinggi lemak-rendah karbohidrat.

Infografik Laper ngomel kenyang teler

Bagaimana Mencegah Kantuk Setelah Makan?

Dalam tulisan di Huffington Post, Robbie Clark membeberkan beberapa cara agar tak mengantuk setelah makan, khususnya setelah makan siang, diantaranya tidak melewatkan sarapan, karena akan menyebabkan anda lelah di kemudian hari.

“[Jika kamu melewatkan sarapan] Kamu akan makan dalam kondisi sangat lapar, dan itu membuatmu makan dalam porsi yang sangat besar,” kata Clark.

Selain itu, Clark juga menganjurkan kita untuk mengonsumsi kudapan pada jeda waktu makan, sebab hal ini bisa membantu tubuh kita untuk mengatur kadar gula dalam darah.

Angus Stewart dalam artikelnya di The Conversations juga menyarankan hal serupa. Kita dianjurkan untuk tidak makan secara berlebihan, untuk menjadikan hormon leptin (hormon yang bermanfaat untuk mengurangi rasa lapar) meningkat dan menurunkan hormon grelin, sehingga dapat menurunkan nafsu makan, serta menyebabkan rasa kenyang.

“Seimbangkan makanan anda, gunakan proporsi satu banding dua untuk protein dan karbohidrat. Sertakan pula lemak nabati dan lemak dari hewan laut, daripada lemak jenuh hewani. Jangan lupa untuk mengonsumsi sayur dan kacang-cangan, buah, biji-bijian, daging tanpa lemak, serta produk susu,” ungkap Stewart.

Baca juga artikel terkait MAKAN atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani