Menuju konten utama

Soal "Sexy Killers", Boy Thohir Bantah Tambangnya Rusak Lingkungan

Boy Thohir mengklaim bisnis tambang dan energi milik Adaro tidak berdampak buruk ke lingkungan. 

Soal
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir memberikan keterangan pers seusai Rapat Umum Pemegang Tahunan (RUPST) di Jakarta, Senin (23/4/2018). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id - Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir (Boy Thohir) membantah bisnis energi dan tambang perusahaannya berdampak buruk terhadap lingkungan.

Dia menyatakan hal itu saat mengomentari film dokumenter "Sexy Killers" yang mengulas dampak buruk bisnis tambang batu bara terhadap lingkungan dan menyorot sejumlah perusahaan di sektor ini, termasuk Adaro.

Boy berdalih, jika praktik bisnis energi perusahaannya menimbulkan efek negatif, tidak mungkin sejumlah pihak memberikan penghargaan.

Dia mencontohkan Adaro pernah menerima penghargaaan dari Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan terkait pajak. Boy juga mengklaim Adaro menerima sejumlah penghargaaan internasional.

“Itu pasti enggak benar. Kenapa? Kalau iya, kita enggak dapat penghargaaan,” kata Boy kepada wartawan usai peluncuran aplikasi “umma” di Rumah Maroko, Jakarta pada Kamis (25/4/2019).

Boy menambahkan, jika yang dituduhkan itu benar maka perusahaannya sudah lama dikeluarkan dari bursa saham. “Sebagai public company, kalau melakukan sesuatu yang enggak benar pasti sudah delisting [dihapus] dari bursa saham,” ujar dia.

Ketika ditanya mengenai konten film Sexy Killers yang mengaitkannya dengan kedua kubu Pilpres 2019, Boy menganggap hal itu tidak perlu dipermasalahkan.

Menurut dia, keterkaitan antara cawapres 02 Sandiaga Uno dengan adiknya, Erick Thohir, yang saat ini menjabat Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, justru membantah asumsi bahwa perusahaannya memiliki kepentingan politik.

“Sandiaga kan juga pemegang saham Adaro. Jadi apa kaitannya dengan politik? Orang kanan-kiri semua ada. Itu mah karena lagi pemilu saja,” ucap Boy.

Film Sexy Killers buatan Watchdoc, yang dirilis pada 5 April 2019, menyoroti dampak lingkungan penambangan batu bara, terutama di Kalimantan. Salah satu perusahaan yang melakukan operasi tambang itu adalah PT Adaro Energy.

Film ini juga menggambarkan dampak lingkungan yang ditimbulkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Salah satunya, adalah PLTU Batang yang digarap oleh Adaro.

Baca juga artikel terkait FILM SEXY KILLERS atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom