Menuju konten utama

Soal Masalah Papua, OSO Minta Pemimpin Kota Lebih Bijak

OSO memperingatkan, semua pihak harus menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang justru menambah suasana menjadi tak kondusif.

Soal Masalah Papua, OSO Minta Pemimpin Kota Lebih Bijak
Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang didampingi Sekjen Partai Hanura yang baru Hari Lotung memberikan keteranga kepada wartawan saat acara Silaturahmi dengan Media 2018 Partai Hanura, Selasa (16/1/2018). ANTARA FOTO/Reno Esnir

tirto.id - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Oesman Sapta Odang (OSO) meminta pemimpin daerah tak mengeluarkan pernyataan yang justru bisa memprovokasi masyarakat di daerah lain menjadi marah dan menyebabkan suasana tak kondusif.

Peringatan pria akrab disapa OSO ini terkait dengan pernyataan Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko yang berniat memulangkan mahasiswa Papua ke daerah asalnya jika berbuat rusuh.

Menurut OSO, bisa saja kerusuhan yang terjadi Manokwari, Papua Barat hari ini akibat dipicu salah satunya oleh pernyataan tersebut.

"Sebagai pimpinan kota, kita harus memahami betul kejadian dan tidak cepat mengambil suatu kesimpulan atau keputusan yang menimbulkan reaksi-reaksi yang tidak enak," jelas OSO di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019).

OSO memperingatkan, semua pihak harus menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang justru menambah suasana menjadi tak kondusif. Ketua Umum Partai Hanura itu menegaskan kepada setiap kepala daerah atau pun aparatur lainnya untuk bersikap bijak dalam mengambil keputusan.

"Jadi ini juga suatu peringatan untuk kita bahwa setiap langkah yang terjadi, harus kita ambil kebijakan-kebijakan yang tidak menimbulkan kericuhan-kericuhan," ucapnya.

Senator asal Kalimantan Barat itu meminta semua pihak menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar konflik tak semakin meluas ke wilayah lain.

"Sama-sama harus kita selesaikan dengan kepala dingin, sejuk dan menyejukan, karena ini bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia ini seluruhnya sama yang harus kita atasi bersama," tuturnya.

Sebelumnya, masyarakat Manokwari bergejolak lantaran tak terima dengan intimidasi, penangkapan dan cacian terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang.

Mereka memblokade jalan raya, membakar ban, membakar kantor DPRD Papua Barat dan kantor Gubernur Lama Papua Barat sebagai kekesalan. Aparat gabungan TNI dan Polri bernegosiasi dengan massa agar tidak kerusuhan tidak meluas.

Kemarahan masyarakat Papua ini karena adanya caci maki yang dilakukan ormas di Surabaya, selain itu polisi juga memaksa masuk asrama yang mereka tempati. Mereka digelandang ke Mapolres Surabaya untuk diperiksa terkait dugaan perusakan bendera yang diadukan ke kepolisian pada 16 Agustus.

Sementara kerusuhan yang terjadi di Malang, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berencana mengambil tindakan tegas atas peristiwa tersebut. Salah satunya dengan memulangkan oknum mahasiswa asal Papua yang bermasalah.

Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko mengungkapkan bahwa pihaknya menyayangkan aksi unjuk rasa yang berujung anarkis.

"Kalau sampai ada korban masyarakat sipil, kerusakan dan kerugian itu bisa masuk ranah pidana perusakan. Dan itu kan membahayakan. Nanti dilihat dulu. Salah satunya muncul opsi dipulangkan (oknum yang bermasalah ke Papua). Kan kebijakan pemulangan itu juga sudah pernah dilakukan," ujarnya.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Alexander Haryanto