Menuju konten utama

Soal Larangan Dagang, Ren Zhengfei Klaim AS Remehkan Huawei

Pendiri Huawei, Ren Zhengfei menyebut langkah Amerika Serikat yang segera melakukan pelarangan dagang dengan Huawei, adalah bukti AS meremehkan kekuatan perusaan asal Cina tersebut.

Soal Larangan Dagang, Ren Zhengfei Klaim AS Remehkan Huawei
Ilustrasi. Logo Huawei ditampilkan di kantor utama raksasa teknologi asal China di Warsawa, Polandia, pada hari Jumat, 11 Januari 2019. Badan Keamanan Internal Polandia menuduh seorang manajer Cina di Huawei di Polandia dan salah satu mantan perwira sendiri dengan spionase terhadap Polandia atas nama China. (Foto AP / Czarek Sokolowski)

tirto.id - Pendiri Huawei, Ren Zhengfei menyebut langkah Amerika Serikat yang segera melakukan pelarangan dagang dengan Huawei, sebagai bukti AS meremehkan kekuatan perusaan asal Cina tersebut. Menurutnya, langkah itu tidak akan berpengaruh besar untuk Huawei.

“Praktik yang dilakukan politisi AS saat ini meremehkan kekuatan kami,” kata Ren, dikutip oleh Channel News Asia.

"Huawei sama sekali tidak terpengaruh dari sisi teknologi 5G, [karena] perusahaan lainnya tidak mampu menyamai Huawei dalam waktu dua atau tiga tahun,” tambahnya.

Seminggu lalu, tepatnya Rabu (15/5/2019) Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan darurat nasional terkait ancaman terhadap teknologi AS.

Amerika Serikat percaya bahwa perangkat Huawei membantu intelijen Cina melakukan aksi spionase para penggunanya, meskipun AS tidak dapat menunjukkan bukti apa pun terkait hal tersebut. Di sisi lain, Cina memiliki hukum yang mengharuskan setiap perusahaan bekerja sama dengan pemerintah untuk keamanan nasional jika diminta.

Usai deklarasi darurat nasional tersebut, AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan oleh AS, sehingga tidak dapat berbisnis dengan perusahaan-perusahaan negara tersebut.

Selain itu, dikutip CNN, Amerika Serikat juga meyakinkan negara sekutu mereka untuk tidak menggunakan perangkat Huawei. Langkah AS ini diikuti oleh Australia, sedangkan Inggris Inggris masih memperbolehkan penggunaan perangkat Huawei untuk setelan jaringan non-inti 5G.

Langkah AS ini menambah ketegangan perang dagang yang telah lama terjadi antara negara tersebut dengan Cina. Sebelumnya, kedua negara sama-sama menaikkan tarif pajak barang impor masing-masing.

Pada Minggu (19/5/2019) Google, yang memiliki sistem operasi Android mulai membatasi lisensi akses layanan di perangkat Huawei. Padahal, ponsel pintar Huawei menggunakan sistem Android untuk pengoperasian, termasuk layanan surel (Gmail) dan Maps.

Pada Senin (20/5/2019), Departemen Perdagangan AS menyampaikan bahwa pemerintah menunda pelarangan akses jaringan di perangkat Huawei hingga 90 hari mendatang. Dalam rentang waktu tersebut, Huawei diperkenankan untuk membeli barang-barang buatan AS, juga diizinkan menyediakan pembaruan perangkat lunak untuk handset perusahaan tersebut.

Terkait hal ini, Ren menuturkan, "Lisensi sementara AS 90 hari tidak berdampak banyak. Kami siap."

Perangkat Huawei menggunakan komponen yang dibuat oleh perusahaan AS, termasuk chip, yang sebagian diperoleh dari Qualcom dan Intel. Namun, Ren mengklaim kenyataan ini tidak akan berpengaruh pada perusahaannya.

“Kami tidak bisa diisolasi dari dunia. Kami juga bisa membuat chip yang sama yang dibuat AS, namun bukan berarti kami tidak akan membeli chip-chip itu lagi,” katanya.

Meskipun demikian, Patrick Moorhead dari Moor Insight & Strategy, menyatakan, pelarangan perdagangan oleh AS terhadap Huawei bakal mengancam kelangsungan hidup perusahaan tersebut, karena mereka sangat bergantung pada komponen AS.

“Jika pelarangan berlanjut, Huawei akan benar-benar hancur, teutama ponsel pintarnya, namun tidak menutup kemungkinan akses pusat data dan jaringan pasarnya juga,” katanya dikutip Channel News Asia.

Sementara itu, Pemimpin Eksekutif Huawei di Inggris, Jeremy Thompson mengatakan bahwa langkah yang dilakukan AS selama ini diatur sedemikian rupa dalam rangka perang dagang.

“Pemilihan waktunya sangat tepat untuk memberikan pukulan maksimum pada organisasi kami. Kami seperti bola yang dijadikan umpan di perang dagang ini,” katanya dikutip The Guardian.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG AS-CINA atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Teknologi
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Fitra Firdaus