Menuju konten utama

Soal Kasus Petral, Sudirman Said Sebut Ia Dihalangi Saat Akan Lapor

Sudirman membantah dirinya takut menangani konflik Petral saat menjabat sebagai Menteri ESDM.

Soal Kasus Petral, Sudirman Said Sebut Ia Dihalangi Saat Akan Lapor
Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota, Selasa (26/6/2018). tirto.id/Naufal Mamduh

tirto.id - Mantan Menteri ESDM Sudirman Said buka-bukaan soal polemik kasus Petral. Sudirman membantah dirinya takut menangani konflik Petral saat menjabat sebagai Menteri ESDM.

Pria yang kini aktif di Prabowo-Sandi itu justru bercerita dirinya berencana melapor ke KPK tentang keberadaan mafia di Petral. Namun batal karena dihentikan "atasannya".

"Ketika mau melapor di malam itu dihentikan untuk tidak diteruskan. Jadi kalau dikatakan menterinya takut, guyonan saya 'enggak kebalik bro'," kata Sudirman di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta, Sabtu (16/2/2019).

Sudirman menyebut, dirinya tengah memegang dua kasus mafia energi besar kala itu, yaitu Papa Minta Saham dan Petral. Usai pelaporan ke MKD terhadap Novanto, Sudirman memang sudah mewacanakan untuk melapor, tetapi "atasannya" meminta untuk tidak melanjutkan.

"Yang agak cemas atasan saya itu terhadap proses pembubaran Petral karena ditakut-takuti beberapa menteri, tapi saya mengatakan 'pak ini janji bapak dan saya itu diangkat jadi menteri diminta membersihkan mafia migas' karena itu saya push terus dan itu tadi saya tidak tahu sampai di mana, audit sudah selesai dan sudah jelas hasilnya," kata Sudirman.

Menurut Sudirman negara seharusnya tidak perlu takut. Ia memandang, Indonesia sudah memiliki penegak hukum, sistem dan intelijen. Ia menduga, kegagalan pelaporan dilakukan karena dua pihak yang berperan dalam kedua kasus bersatu untuk menggagalkan pelaporan tersebut.

"Mungkin menjadi penjelasan ketika 2 orang bergabung dalam kasus MKD, kan dua orang tuh satu Pak Novanto satu lagi yang disebut-sebut itu terus terang Pak Presiden sempet cemas kalau dua orang dan itu menurut saya satu yang serius. Seharusnya ini tidak perlu," kata Sudirman seraya enggan menyebut pihak yang dimaksud.

Sudirman menjelaskan, audit yang ia pegang untuk melaporkan permainan dalam Petral kala itu sudah kredibel dan selesai. Ia memastikan pihak yang melakukan audit forensik sudah terjamin, tetapi tidak merinci besaran potensi kerugian dari Petral.

Menurut Sudirman, hasil audit tersebut dianggap positif dan mampu memberantas mafia di lingkungan Pertamina. Sudirman memastikan kasus Petral akan diusut bila Prabowo-Sandi menang.

"Kalau kami memerintah kami akan teruskan apa itu Petral, supaya publik belajar dan Pertamina belajar," kata Sudirman.

Menurut temuan lembaga auditor Kordha Mentha yang mengaudit Petral, jaringan mafia migas telah menguasai kontrak suplai minyak senilai 18 miliar dolar AS selama tiga tahun.

Akibatnya, Petral dan Pertamina tidak memperoleh harga yang optimal dan terbaik ketika melakukan pengadaan. Pihak ketiga tersebut sangat berpengaruh dalam perdagangan minyak mentah dan BBM serta membuat pelaku usaha dalam bidang tersebut mengikuti permainan yang tidak transparan.

Petral sendiri sudah dibubarkan sejak 13 Mei 2015, tugas Petral digantikan PT Pertamina Integrated Supply Chain (ISC Pertamina) sehingga diskon yang sebelumnya disandera pihak ketiga sudah kembali ke pemerintah dan perdagangan lebih transparan dan bebas.

Mafia tersebut diduga menguasai kontrak 6 miliar dolar AS per tahun atau sekitar 15 persen dari rata-rata impor minyak tahunan senilai 40 miliar dolar AS.

Baca juga artikel terkait KASUS DUGAAN KORUPSI atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Dipna Videlia Putsanra