Menuju konten utama

Skenario Pemerintah saat Kasus Corona RI Tembus 40 Ribu per Hari

Menko Marves Luhut B. Pandjaitan tengah menyiapkan skenario terburuk apabila kasus COVID-19 di Indonesia lebih dari 40 ribu kasus per hari.

Skenario Pemerintah saat Kasus Corona RI Tembus 40 Ribu per Hari
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/6/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar.

tirto.id - Pemerintah sudah memprediksi lonjakan kasus COVID-19 akan tembus hingga 40 ribu per hari. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan pun tidak memungkiri angka kasus bisa lebih dari 40 ribu dan pemerintah tengah memitigasi masalah tersebut.

Hal tersebut disampaikan Luhut usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi dan jajaran tentang penanganan COVID, Selasa (6/7/2021).

"Sekarang kami sudah buat skenario gimana kalau kasusnya 40.000. Jadi kita sudah hitung worst case scenario lebih dari 40.000, bagaimana tadi suplai oksigen, bagaimana suplai obat, bagaimana suplai rumah sakit, semua sudah kami hitung," kata Luhut, Selasa.

Untuk menghadapi hal tersebut, Luhut mengatakan pemerintah sudah membuat rencana penanganannya. Pertama, pemerintah sudah memitigasi masalah obat-obatan dan oksigen. Di dalam negeri, pemerintah meredistribusi suplai oksigen yang tidak mencukupi.

Luhut mencontohkan pemerintah mengambil 21 isodense oksigen dari Morowali dan dibawa ke Jakarta. Kemudian pemerintah membuka oksigen pos di Cilegon dan Batam. Pemerintah juga mengubah seluruh industri oksigen ke penanganan COVID.

"Sekarang kita arahkan 100 persen oksigen yang dari industri untuk membantu dulu kesehatan karena kita melihat untuk 2 minggu ke depan. Sementara itu, kita arahkan supaya oksigen ini murni menolong orang yang diisolasi dan rawat intensif sedangkan yang ringan itu, kita akan gunakan apa yang disebut oxygen concentrator," kata Luhut.

Luhut mengaku pemerintah sudah berkomunikasi dengan negara seperti Singapura, Tiongkok dan sumber negara lain untuk keperluan obat dan oksigen. Sebagai contoh, pemerintah Indonesia sudah memesan 10 ribu oxygen concentrator ke pemerintah Singapura untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Ia pun mengaku pemerintah sudah menjalin komunikasi dengan negara lain jika oksigen concentrator tersebut kurang. Sebab, mereka sudah membuat skenario seandainya jumlah kasus berada 60-70 ribu per hari.

Sementara itu, untuk stok obat dan rumah sakit, pemerintah sudah mengambil langkah cepat. Pertama, pemerintah mengubah Asrama Haji Pondok Gede sebagai tempat ICU dengan kapasitas 800 pasien. Asrama Haji bisa digunakan dalam dua hari ke depan. Kedua, TNI-Polri menggelar rumah sakit darurat di Jakarta dan Surabaya.

Aksi kedua adalah pemerintah tengah menyiapkan metode monitoring PPKM darurat berbasis teknologi. Mereka menggunakan indeks mobilitas dan cahaya malam. Mereka menggunakan indeks mobilitas berbasis produk Facebook Mobility dan Google traffic sementara pemantauan cahaya malam lewat bantuan NASA.

Berdasarkan analisa internal pemerintah, Luhut mengklaim pengendalian COVID memerlukan setidaknya 30 persen penurunan mobilitas. Informasi tersebut pun sudah disampaikan kepada TNI-Polri dan para kepala daerah. Namun, ia lebih suka penurunan mobilitas hingga 50 persen dalam mengantisipasi pencegahan varian baru.

"Jadi kalau kita bisa tadi mobilitas ini bisa kita manage sampai minus 30 tapi yang paling baik adalah minus 50. Karena minus 50 itu menghadapi tadi Delta varian. Jadi kalau sekarang ini kita lihat masih di angka 26 yang paling tertinggi atau 27 mungkin itu, tapi itu baru kemarin," kata Luhut.

Luhut meminta semua pihak untuk kooperatif dalam penanganan COVID-19. Ia pun menegaskan kondisi penanganan COVID Indonesia terkendali.

"Jadi ini semua kerja sama kita, jadi kalau ada yang bilang semua tidak terkendali sangat tidak benar. Bahwa ada masalah, sangat banyak masalah, tapi masalah ini satu per satu kami kira kita selesaikan dengan baik," kata Luhut.

Baca juga artikel terkait KASUS CORONA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri