Menuju konten utama

Situasi Myanmar: Konflik Militer dan Ribuan Orang Kabur ke India

Myanmar berada dalam konflik sejak pemerintah sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi digulingkan.

Situasi Myanmar: Konflik Militer dan Ribuan Orang Kabur ke India
Pengunjuk rasa yang tergabung dalam Jaringan Rakyat Miskin Kita menggelar aksi di depan Masjid Agung Al-Azhar dekat gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Sabtu (24/4/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

tirto.id - Myanmar sedang mengalami krisis setelah terjadi pertempuran antara pasukan milisi dengan junta militer, sehingga menyebabkan sebagian besar penduduk kota pergi meninggalkan di negara itu, terlebih yang di dekat perbatasan India, demikian Reuters melaporkan.

Seperti dikutip CNN, sebelumnya sekitar 10.000 warga tinggal di Thanlang di Negara Bagian Chin, tetapi sebagian besar dari jumlah itu telah pergi dan mencari perlindungan di daerah sekitarnya termasuk di India. Informasi itu disampaikan oleh pemimpin masyarakat.

Sementara itu, kepala kelompok masyarakat sipil di negara bagian Mizoram, India mengatakan, sekitar 5.500 orang di Myanmar sudah datang di dua distrik selama seminggu terakhir. Hal itu mereka lakukan demi melarikan diri dari tindakan keras militer.

Myanmar berada dalam konflik sejak pemerintah sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi digulingkan pada awal Februari lalu sehingga memicu kemarahan nasional, pemogokan, protes, bahkan muncul pemerintah bayangan yang didominasi anggota parlemen Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Mereka mendeklarasikan perang melawan junta militer.

Setelah deklarasi itu dikumandangkan, bentrok antara pasukan pertahanan rakyat lokal dan militer telah meningkat. Mereka pun menyerang lebih dari selusin menara komunikasi milik tentara, demikian keterangan kelompok anti-junta seperti dilaporkan Bangkok Post.

Akibat pertempuran antara militer dan kelompok anti-junta itu, 20 rumah dibakar, foto-foto di media sosial memperlihatkan bangunan dilalap api. Berdasarkan laporan Myanmar Now, tentara turut menembak mati seorang pendeta yang mencoba memadamkan api, meskipun media pemerintah telah membantah peristiwa itu.

The Global New Light of Myanmar mengatakan, kematian seorang pendeta itu sedang diselidiki. Selain itu, tentara telah disergap sekitar 100 dan kedua belah pihak terlibat baku tembak.

Jumlah Korban Tewas

Menurut seorang pemimpin masyarakat bernama Salai Thang, empat warga sipil meninggal dunia dan 15 terluka dalam beberapa minggu konflik dengan militer. Mereka juga menggunakan serangan udara setelah pangkalan militer diserbu.

Pasukan Pertahanan Chin, sebuah milisi yang menentang militer, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 30 tentara telah tewas. Namun demikian, Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi klaim apa pun dan seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Kepada Reuters, seorang kerabat pendeta yang meninggal mengatakan, hanya segelintir rumah tangga yang tersisa di Thantlang, termasuk sekitar 20 anak di panti asuhan.

"Pembunuhan seorang pendeta Baptis dan pemboman rumah-rumah di Thantlang, Negara Bagian Chin adalah contoh terbaru dari neraka hidup yang disampaikan setiap hari oleh pasukan junta terhadap rakyat Myanmar," kata Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar dalam pesan di Twitter.

Sementara itu, Badan Keamanan Thailand telah menginstruksikan agar meningkatkan kewaspadaan di sepanjang perbatasan dengan Myanmar, demikian Bangkok Post melaporkan. Dan tentara Thailand telah berupaya mencegah penyelundupan senjata dari Thailand ke Myanmar.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand Letnan Jenderal Kongcheep Tantrawanich mengatakan, instruksi itu disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Prawit Wongsuwon, berdasarkan laporan pedagang senjata yang menyelundupkan senjata tingkat militer ke Myanmar.

Baca juga artikel terkait KABAR MYANMAR atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya