Menuju konten utama

Sisi Gelap Fitur 'Mode Gelap'

Fitur Dark Mode kini tengah populer digunakan aplikasi hingga situs web.

Tampilan Dark Mode di Aplikasi Whatsapp. foto/rilis Axicom.com

tirto.id - “Dark Mode menjadikan iPhone tampil lebih dramatis,” demikian ungkap Apple ketika memperkenalkan fitur baru, Dark Mode atau Mode Gelap, dalam Apple Worldwide Developers Conference (WWDC) 2019 lalu. Fitur tersebut bakal tersemat dalam iOS 13, sistem operasi untuk iPhone, iPad, dan iPod. Apple juga menambahkan: “Setiap elemen visual di layar akan lebih enak dipandang mata, khususnya tatkala pengguna memainkan ponselnya di malam hari.”

Sementara itu Google, yang juga menghadirkan fitur serupa di versi terbaru Android, Android 10, menyatakan bahwa selain enak dipandang mata, Dark Mode diyakini dapat menghemat konsumsi baterai ponsel.

Dalam uji coba pada Google Pixel, seri ponsel Android yang dibuat langsung oleh Google tetapi tidak dijual di Indonesia, memang tercatat ada penurunan konsumsi baterai hingga 63 persen tatkala pengguna memilih Dark Mode. Dalam kondisi normal--menggunakan “Light Mode” dan tingkat kecerahan (brightness) ditetapkan di angka maksimal--Pixel mengkonsumsi daya baterai sebesar 250mA. Tatkala beralih ke Dark Mode, Pixel hanya mengkonsumsi daya sebesar 92mA.

Pada 3 Maret 2019 lalu, WhatsApp sebagai aplikasi pesan instan terpopuler di dunia, ikut serta menampilkan fitur ini dalam rangkaian penggunaan Dark Mode oleh Windows Phone 7 (pada 17 Maret 2010), One UI Samsung (Desember 2018), iOS 13 (Juni 2019), dan Android (Agustus 2019)

Dengan berbagai keunggulan yang diyakini dimiliki Dark Mode, kini sangat banyak situsweb, aplikasi ponsel, hingga sistem operasi mulai membenamkan fitur Dark Mode. Dari MacOS Mojave, WhatsApp, hingga, tentu saja, Tirto.id--baik pada versi web maupun aplikasi.

Pertanyaannya kemudian: benarkah Dark Mode lebih baik dibandingkan Light Mode untuk penggunanya?

Dark Mode: Teknologi Jadul yang Terlahir Kembali

Dark Mode atau Night Mode atau, dalam bahasa teknis, Light-On-Dark Color Scheme ialah skema warna yang menggunakan teks, ikon, atau elemen graphical user interface (GUI) lain yang bercahaya (misalnya, putih) pada latar berwarna gelap (hitam).

Merujuk sejarahnya dalam kancah teknologi modern, Apple jadi yang pertama menerapkan Dark Mode melalui System 7 OS, atau kini dikenal MacOS 7, yang dirilis pada 1991 silam. Kala itu, Dark Mode tampil beda, yakni sebagai warna pembalik (inverted color), bernama CloseView. Microsoft kemudian menirunya pada Windows 95, menciptakan fitur bernama High Contrast.

Meskipun Dark Mode kini dipopulerkan oleh nama-nama raksasa teknologi baru, fitur ini sebetulnya sudah ada jauh sebelum WhatsApp lahir.

Di dekade awal-awal kemunculan komputer, Dark Mode hadir dalam monitor berteknologi CRT alias cathode ray tube alias monitor monokrom. Dalam kerjanya, monitor CRT berisi jutaan titik fosfor kecil berwarna merah, hijau, dan biru yang bersinar ketika elektron bergerak melintasi layar untuk membuat gambar yang terlihat. Sementar untuk teks, latar hitam mutlak berada di posisi paling belakang, menjadi wadah bagi teks atau simbol berwarna cerah, dalam hal ini hijau.

Masalahnya, dengan teks berwarna hijau dan berlatar hitam, dokumen yang dicetak di kertas pada zaman itu tidak memperoleh kontinuitas atas apa yang dilihatnya di layar komputer dengan di kertas.

Maka, pada dekade 1980-an, dipelopori oleh Xerox dan CPT Corporation, komputer berkonsep WYSIWYG (what you see is what you get) dikembangkan. Hasilnya: komputer yang sanggup menampilkan teks berwarna gelap pada latar berwarna terang, mirip seperti teks yang tertera di atas kertas. Lambat laun, skema ini menjadi standar dunia komputer.

Masalah kemudian muncul karena manusia di zaman ini mengkonsumsi teknologi berkali-kali lipat dibandingkan zaman CRT atau dekade 1980-an. Statista menyebut, remaja di Amerika Serikat menghabiskan 4 hingga 8,5 jam di depan layar perangkat teknologi yang mereka miliki. Lalu, secara global, masyarakat menghabiskan waktu hingga 143 menit untuk online di dunia maya pada 2020.

Dengan gaya hidup demikian, terdapat dua celah yang harus segera diperbaiki. Mata akan mudah lelah dan baterai perangkat semakin boros. Dark Mode, sebagaimana disinggung di atas, coba menyelesaikan permasalahan ini.

Salah satu alasan terbesar mengapa mata lelah selepas menatap layar adalah blue light yang dihasilkan dari piksel blue pada RGB (red, green, blue) dan piksel cyan pada CMYK (cyan magenta yellow, dan key atau hitam). Blue light merupakan spektrum cahaya berenergi tinggi, dengan panjang gelombang yang terpendek. Dalam konteks luas, matahari merupakan sumber cahaya yang menghasilkan blue light terbesar bagi manusia.

Dalam laporan Will Bedingfield di Wired, yang mewawancarai Silas Brown, ilmuwan komputer di University of Cambridge, dijelaskan bahwa melihat teks terang di latar berwarna gelap sesungguhnya tidak mengurangi kesilauan (glare), tempat di mana blue light, yang menyebabkan mata lelah.

Di sisi lain, sebagaimana dipublikasikan laman Departemen Kedokteran Harvard University, blue light sebetulnya punya manfaat untuk manusia. Pada kadar tertentu, blue light membuat orang lebih cekatan dan membuat semangat. Lalu, anggapan yang menyatakan adanya hubungan antara paparan blue light pada malam hari dengan beberapa jenis penyakit, seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dan obesitas belum terbukti kebenarannya.

Infografik Dark Mode

Infografik Dark Mode. tirto.id/Fuadi

Pada beberapa kasus, Dark Mode bahkan sebaiknya dihindari, khususnya bagi orang-orang penderita astigmatisme, yakni suatu penyakit kesalahan bias yang menyebabkan mata tidak memfokuskan cahaya secara merata pada retina. Penyakit ini menghasilkan penglihatan yang terdistorsi atau kabur.

Dalam Dark Mode, teks-lah yang bercahaya dan bagi penderita astigmatisme teks akan mudah terlihat kabur. Sebagai catatan, astigmatisme sangat umum terjadi. Di Indonesia sendiri ada lebih dari 2 juta kasus astigmatisme.

Lalu, apakah Dark Mode benar-benar menghemat baterai? Jika perangkat yang Anda miliki setipe dengan Pixel, yang menggunakan layar berteknologi OLED, jawabannya iya. Pada OLED, piksel menghasilkan cahaya secara independen. Ketika warna hitam ditampilkan, piksel OLED cukup bekerja.

Layar berteknologi LCD berbeda. Warna apapun yang diperintahkan untuk dikeluarkan, piksel LCD bekerja berbarengan. Ini menyebabkan Dark Mode tidak akan menghemat baterai jika teknologi LCD yang digunakan.

Umumnya, OLED digunakan pada ponsel flagship, sementara LCD digunakan pada level semenjana. iPhone X dan XS, misalnya, menggunakan OLED, sedangkan iPhone XR menggunakan LCD. Seri S pada Samsung Galaxy menggunakan OLED, sementara tidak demikian dengan seri di bawahnya.

Sebetulnya, jika mata lelah, juga baterai yang melemah, maka jawaban atasnya mudah belaka: beristirahatlah dan biarkan perangkat Anda diisi daya kembali.

Baca juga artikel terkait WHATSAPP DARK MODE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Eddward S Kennedy