Menuju konten utama

Sinopsis The Oxford Murders: Film Netflix soal Teka-Teki Pembunuhan

Sinopsis film The Oxford Murders: upaya memecahkan teka-teki pembunuhan berantai melalui pemecahan simbol-simbol matematika. 

Sinopsis The Oxford Murders: Film Netflix soal Teka-Teki Pembunuhan
Ilustrasi streaming video. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Film The Oxford Murders kini sudah bisa disaksikan di platform streaming Netflix. Sinema thriller berbalut nuansa akademik tersebut berkisah tentang pengungkapan rentetan kasus pembunuhan di kampus Oxford melalui simbol-simbol dan algoritma matematis.

Garapan sutradara Alex de la Iglesia tersebut dirilis perdana pada 2010. Dibintangi sejumlah artis kondang seperti Eljah Wood, John Wood, Lenor Walting, dan Julie Cox, The Oxford Murders juga menghadirkan humor gelap, kisah romantis, dan hal-hal melodramatik yang mengiringi upaya pemecahan teka-teki pembunuhan.

Dengan durasi 1 jam 50 menit, film The Oxford Murders mendapat skor 17% dari kritikus serta 33% dari audiens Rotten Tomatoes. Adapun di IMDb film ini memperoleh nilai 6,1/10 dari total 29 ribu voters.

Sinopsis The Oxford Murders

Seorang mahasiswa pascasarjana asal Argentina bernama Martin (Eljah Wood), datang ke Universitas Oxford guna menimba ilmu. Satu-satunya ambisi Martin adalah belajar langsung dari profesor cum filsuf matematika kondang, Arthur Seldom (John Hurt).

Pertemuan awal Martin dengan Profesor Arthur di Oxford tidak berjalan mulus. Di sebuah seminar, Arthur tengah menampik adanya kebenaran mutlak dengan meminjam argumen Wittgenstein's Tractatus.

Usai sang profesor menyelesaikan ceramahnya, Martin mencoba cari perhatian dengan menyangkal pendapat itu. Tidak terima dengan sanggahan Martin, Profesor Arthur membalas dengan mempermalukan anak muda tersebut di hadapan peserta seminar.

Niat Martin untuk PDKT dengan Profesor Arthur gagal total. Namun, sebuah peristiwa pembunuhan yang terjadi setelah itu mulai merekatkan keduanya.

Nyonya Eagleton (Anna Massey), induk semang tempat Martin tinggal, ditemukan tewas di dalam rumah. Martin jadi orang pertama yang mengetahui kematian Nyonya Eagleton. Lalu, sepersekian detik kemudian Arthur muncul.

Sang profesor datang ke tempat itu untuk menemui Nyonya Eagleton yang merupakan teman lamanya. Kepada polisi, Arthur mengaku mendapatkan surat berupa simbol-simbol matematika yang merujuk pada alamat tempat tinggal Nyonya Eagleton.

Mengingat ia profesor ahli logika matematika, Arthur mafhum bahwa surat dan kasus pembunuhan itu merupakan tantangan dari si pembunuh untuk menguji kecerdasannya.

Menukil potongan dialog yang diucap Arthur pada film itu, "Satu-satunya kejahatan sempurna bukanlah kejahatan yang tidak terpecahkan, tetapi yang diselesaikan dengan kesimpulan yang salah."

Tak lama setelah kejadian itu, satu per satu pembunuhan misterius terjadi pada orang-orang di sekeliling Arthur. Si pembunuh tetap meninggalkan simbol-simbol matematis di sekitar korbannya.

Saat polisi tidak kunjung mampu mengungkap dalang pembunuhan, Profesor Arthur dan Martin berupaya keras memecahkan rentetan kasus pembunuhan itu dengan mengandalkan keahlian mereka di bidang matematika.

Penonton akan diajak bergulat dengan adu argumen antara Martin dan Arthur dalam proses saat mereka menyelia kesahihan premis-premis yang ditinggalkan si pembunuh.

Apakah Martin dan Arthur mampu memecahkan kasus pembunuhan berantai dengan logika matematis? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Saksikan kisah selengkapnya di Film The Oxford Murders.

Baca juga artikel terkait HIBURAN atau tulisan lainnya dari Dwi Nursanti

tirto.id - Film
Kontributor: Dwi Nursanti
Penulis: Dwi Nursanti
Editor: Addi M Idhom