Menuju konten utama

Sinopsis Novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye

Sinopsis Novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye yang telah diterbitkan sejak April 2016

Sinopsis Novel Ayahku Bukan Pembohong karya Tere Liye
Ayahku Bukan Pembohong. foto/Goodreads

tirto.id - Ayahku Bukan Pembohong merupakan salah satu karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada April 2016. Sinopsisnya bercerita tentang seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Namun, cerita itu justru membuatnya membenci sang ayah.

Novel yang terdiri dari 304 halaman ini ditulis oleh Tere Liye, yang bernama asli Darwis. Pembaca tidak akan kesulitan memahami isi cerita sebab novel ini menggunakan bahasa Indonesia.

Tere Liye adalah anak keenam dari tujuh bersaudara, yang lahir dari keluarga petani di Pulau Sumatera. Kariernya sebagai penulis dimulai pada 2005, melalui novel drama berjudul Hafalan Sholat Delisa.

Semenjak itu, Tere Liye telah menelurkan banyak buku. Di antaranya seperti Bumi, Rindu, Pulang, Hujan, Tentang Kamu, dan tentu saja Ayahku Bukan Pembohong.

Sebagian besar buku yang ditulis oleh Tere Liye masuk dalam nominasi Best Seller di Gramedia. Hal tersebut menunjukkan bahwa Tere Liye adalah penulis Indonesia yang karyanya banyak digemari oleh pembaca.

Sinopsis Ayahku Bukan Pembohong

Novel Ayahku Bukan Pembohong bercerita tentang kehidupan seorang remaja bernama Dam. Dia memiliki seorang ayah yang sangat disayanginya.

Dam merasa sangat senang ketika sang ayah menceritakan masa lalu lalunya. Salah satu kisah yang paling dia suka adalah tentang suku Penguasa Angin, juga soal persahabatannya dengan pemain bola terkenal yakni El Prince.

Masa kecil Dam sangat berwarna. Tidak hanya berkat sang ayah, melainkan juga karena dia sendiri tergolong anak berbakat. Dam pernah menoreh prestasi sebagai juara klub renang kota pada kejuaraan nasional ketika masih berusia delapan. Dam memenangi cabang klub renang estafet 4x100 meter gaya bebas.

Namun, saat dewasa, ia merasa bahwa cerita yang dahulu ia dengar hanyalah bualan. Dugaan itu semakin meyakinkan sebab sang ayah tampak gugup dan menolak permintaannya untuk menulis surat kepada El Prince.

Sang ayah juga pernah bercerita tentang masa lalu ibunya Dam. Bahwa sang ibu dulunya adalah seorang bintang televisi terkenal. Seperti sebelumnya, Dam menampik cerita itu.

Sakit hati dituduh pembohong oleh anaknya sendiri, sang ayah keluar rumah dan menangis di tengah guyuran hujan. Saat itu juga Dam berupaya mencari informasi tentang ibunya di internet. Air mata Dam mengucur deras saat menyadari bahwa ternyata kisah itu benar, ibunya adalah seorang bintang televisi.

Pada akhirnya ayah Dam meninggal dunia. Upacara pemakaman itu dihadiri oleh walikota, teman-teman sekolah Dam, teman-teman klub renang, kerabat, dan sejumlah sahabat dekat ayahnya.

Saat proses pemakaman dilakukan, terjadi dua peristiwa unik dan mengejutkan. Pertama, ada sembilan formasi layang-layang besar di langit milik suku Penguasa Angin.

Kedua, si Nomor Sepuluh dan Sang Kapten datang pada acara pemakaman. Dua orang itu datang dari negara nun jauh di sana hanya untuk menghadiri pemakaman ayahnya Dam. Sejak itu, Dam akhirnya menyadari bahwa ayahnya bukan seorang pembohong.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof