Menuju konten utama

Sinopsis Film Poetry: Merawat Ingatan Melalui Puisi

Sinopsis Poetry tentang kisah perempuan tua yang berjuang melawan alzheimer. Lewat puisi, dia merawat ingatannya. Baca selengkapnya di sini.

Sinopsis Film Poetry: Merawat Ingatan Melalui Puisi
Ilustrasi alzheimer [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Sinopsis film Poetry tentang kisah seorang perempuan tua yang berusaha merawat ingatannya melalui komunitas menulis puisi.

Sang sutradara, Lee Chang-Dong, meramu kesedihan dan kehilangan menjadi sajian manis melalui film Poetry. Chang-Dong mengajak penontonnya untuk melihat dunia lebih dekat.

Film yang dirilis pada 2010 di Korea Selatan ini berangkat dari tragedi kisah nyata yang terjadi di sana. Melalui tangan sineas yang berhasil membawa film Korea ke mata dunia, Poetry mendapatkan posisi sebagai penerima penghargaan naskah terbaik dari Festival Film Cannes.

Berkisah tentang kehidupan perempuan tua, dalam film ini Chang-Dong menggandeng aktris kawakan Yoon Jong-Hee. Kolaborasi keduanya membawa Poetry sebagai film yang menuai banyak pujian.

Rotten Tomatoes memberikan skor audiens sebesar 86 persen pada film ini. Sementara di IMDb, film Poetry menerima rating 7,8 dari 10 berdasarkan 11 ribu lebih pengulas.

Sinopsis Film Poetry

Mija merupakan seorang nenek berusia 66 tahun yang menjalani kesehariannya sebagai perawat. Di usia senjanya, ia bekerja untuk menghidupi cucu laki-laki yang tinggal bersamanya di sebuah apartemen kecil.

Ingatan Mija semakin memburuk, ia bahkan lupa dengan berbagai kata. Dokter mendiagnosa Mija mengidap alzheimer yang akan terus menggerus memorinya.

Sepulangnya dari rumah sakit, Mija bertemu seorang ibu yang sedang berduka atas kematian putrinya. Anak perempuannya merupakan korban dari pemerkosaan yang dilakukan oleh enam orang laki-laki. Anak tersebut, Agnes, kemudian ditemukan tak bernyawa mengapung di sebuah sungai usai menenggelamkan diri.

Mija kemudian menemukan sebuah poster komunitas puisi lokal di daerahnya. Bermaksud untuk memelihara ingatan dan kenangannya, Mija ikut serta dalam kelas menulis puisi di komunitas itu. Ia diharuskan untuk menghasilkan sebuah puisi di akhir kelasnya. Guru menulis puisi di kelas tersebut meminta Mija untuk mengamati hal-hal kecil di sekitarnya untuk dituliskan.

Kesedihan Mija akan ingatannya yang hilang semakin bertambah ketika ia mendapati bahwa cucunya, Wook (David Lee), terlibat dalam sebuah kasus. Terkuak melalui penemuan buku harian Agnes, Wook rupanya merupakan salah satu pelaku dari pemerkosaan yang berakhir pada kematiannya.

Dalam pertemuan dengan orang tua pelaku lainnya, mereka memutuskan untuk membayar uang perdamaian kepada orangtua Agnes. Mengetahui hal tersebut, Mija mengaku tidak memiliki uang kompensasi bagiannya. Ia juga tidak membagikan berita tersebut kepada anak perempuannya yang tinggal di luar kota, sedangkan cucunya mengabaikannya.

Satu-satunya sumber kebahagiaan Mija di tengah masalah tersebut adalah kelas menulis puisinya. Namun, guru di kelas tersebut seringkali melempar komentar bernada seksual yang ditujukan kepada Mija. Tidak berhenti sampai di situ, kecantikan paras Mija juga membuatnya dilecehkan oleh laki-laki yang dirawatnya.

Ia kemudian memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya. Dalam perjalanan pulangnya, Mija menjajaki jembatan tempat Agnes mengambil nyawanya. Ia menuliskan bait-bait puisi di tempat tersebut. Mija juga berusaha untuk menemui ibu Agnes untuk membujuknya. Namun, perjalanannya terhenti karena ia sibuk mengamati hal-hal di sekelilingnya lebih dekat.

Rentetan peristiwa memilukan dan berbagai perjalanan Mija disulapnya menjadi puisi. Ia menjadi penyair yang mampu meramu bagian menyedihkan dari hidupnya meskipun ingatannya berangsur tergerus oleh waktu.

Baca juga artikel terkait FILM KOREA atau tulisan lainnya dari Salsabella Adista Trisnu Pramesti

tirto.id - Film
Kontributor: Salsabella Adista Trisnu Pramesti
Penulis: Salsabella Adista Trisnu Pramesti
Editor: Ibnu Azis