Menuju konten utama

Sinopsis Film 50:50 (fifty-fifty): Kisah Transgender di Usia Senja

Sinopsis film dokumenter 50:50 (fifty-fifty) menceritakan keseharian transgender lansia di sebuah rumah singgah.

Ilustrasi Film. foto/istockphoto

tirto.id - 50:50 (fifty-fifty) adalah film dokumenter yang berkisah tentang kehidupan sehari-hari seorang transgender lansia di sebuah rumah singgah.

Transgender itu adalah Dona. Ia terlahir dengan nama Edo Kusuma. Hingga masa tuanya, ia akrab disapa Mak Dona. Sebagian kisah hidup Dona di sebuah rumah singgah di Depok, Jawa Barat, diabadikan dalam film dokumenter 50:50 (fifty-fifty).

50:50 (fifty-fifty) merupakan karya sutradara Rofie Nur Fauzie yang dirilis pada 2019. Film dokumenter berdurasi 25 menit ini diproduksi oleh Jurusan Film dan Televisi Fakultas Budaya dan Media Institut Seni Budaya Indonesia Bandung. Distribusi film 50:50 (fifty-fifty) dilakukan oleh Viddsee, sebuah platform video asal Singapura.

Viddsee kemudian menominasikan film 50:50 (fifty-fifty) dalam Viddsee Juree Awards Indonesia 2020 bersama 8 film lain yang mereka tayangkan. Selain itu, 50:50 (fifty-fifty) juga masuk dalam nominasi Film Dokumenter Pendek Terbaik Festival Film Indonesia di Festival Film Indonesia 2019.

Melalui 50:50 (fifty-fifty), penonton diajak melihat kehidupan Dona dan belasan transgender lain di rumah singgah mereka. Sebagian besar dari transgender di sana telah berusia senja. Mereka memiliki cerita hidup masing-masing, mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga cinta.

Sinopsis film 50:50 (fifty-fifty)

Hidup sebagai transgender lansia bukan hal yang mudah bagi Dona dan kawan-kawan. Sebagai kelompok marginal, mereka berbagi kehidupan di Kota Depok yang padat penduduk. Banyak di antara mereka yang hidup tanpa kartu identitas karena statusnya sebagai transgender.

Kisah hidup Dona dimulai ketika ia melarikan diri dari rumahnya selepas SMA akibat masalah keluarga. Kala itu, ia dikenal sebagai Edo Kusuma.

Nama Edo Kusuma beserta identitas sebagai seorang laki-laki telah melekat pada hidup Dona sejak kecil. Namun, ia merasa bahwa identitas tersebut bukanlah hal yang cocok untuknya. Ia pun melepaskan identitas lamanya ketika pergi ke perantauan. Hingga sekarang, ia dikenal dengan nama Dona.

Setelah menemukan jati diri sebagai transgender, hidup Dona tak jauh dari lika-liku. Ia sempat tinggal di Taman Lawang, Menteng, Jakarta Pusat, sebuah daerah yang menjadi tempat waria berkumpul. Kehidupannya sebagai pekerja seks sempat membuat Dona dijebloskan ke penjara. Kini, Dona bekerja di salon yang tak jauh dari rumah singgahnya.

Soal cinta, Dona juga memiliki beberapa pengalaman dengan laki-laki. Kekasihnya dulu tewas dalam peristiwa penembakan misterius di tahun 80-an. Dona juga pernah mengalami patah hati karena kekasihnya memilih untuk menikah dengan perempuan lain. Dona tak segan membagikan kisah ini pada transgender lain yang lebih muda.

Di rumah singgah tersebut tinggal pula Fani, Bella, Elli, Intan, dan lainnya yang turut berbagi cerita di film ini. Sebagian besar dari mereka bekerja di sektor informal sebagai pengamen dan pekerja seks. Rumah singgah menjadi tempat mereka berbagi kebahagiaan, berkegiatan, dan bersosialisasi.

50:50 (fifty-fifty) menekankan bahwa transgender lansia bukan orang-orang yang takut kehilangan kecantikan maupun kekuatan fisik mereka. Cerita-cerita lain mengenai transgender yang jarang disorot juga dijelaskan dalam film ini. Film tersebut bisa ditonton melalui di Viddsee.

Baca juga artikel terkait DOKUMENTER atau tulisan lainnya dari Tara Resya Ayu

tirto.id - Film
Kontributor: Tara Resya Ayu
Penulis: Tara Resya Ayu
Editor: Alexander Haryanto