Menuju konten utama

Sim Salabim, Produsen Krayon Membikin Lipstik dan Kuteks

Produsen krayon Crayola meluncurkan produk kecantikan yang dikemas dalam narasi tentang kenangan masa kecil.

Sim Salabim, Produsen Krayon Membikin Lipstik dan Kuteks
Kosmetik Clinique Crayola. FOTO/Clinique

tirto.id - Tidak ada yang lebih mengejutkan dibanding melihat produk kosmetik terlepas dari tempatnya saat sedang diulas oleh influencer kecantikan dalam sebuah tayangan video tutorial makeup. Kejadian itu terjadi ketika influencer James Charles dan Laura Lee melakukan uji coba produk Crayola yang diluncurkan dua minggu lalu.

Mereka menguji mutu kemasan dengan membalikkan wadah palet eye shadow. Hasilnya, salah satu palet terjatuh. Reaksi yang muncul spontan ialah diam. Disusul sedikit makian, dan dilanjutkan dengan tetap berdandan. Di ujung tayangan, para influencer kecantikan tidak memberi pujian hangat bagi 58 produk kosmetik dengan 95 varian warna ini. Ketimbang membeli kosmetik, mereka lebih rela membeli boks krayon 64 warna.

Satu satunya hal yang membuat ekspresi sang influencer nampak senang ialah momen mencampurkan berbagai palet warna lipstik. Lee mengoles tiga jenis warna dari Crayola Customisable Lip Palette pada pada kotak putih yang khusus diciptakan untuk meramu warna. Lee mulai mencampur warna-warna pilihan dengan kuas bibir. Ia terus melakukan hal itu sampai mendapat warna yang diinginkan.

Lewat gincu, Crayola membawa unsur nostalgia kepada kustomer lawas yang kini sudah dewasa. Crayola seolah tidak rela lenyap dari ingatan orang dewasa. Selain membuat lipstik, lini krayon asal Amerika Serikat ini meluncurkan set kuas makeup, eyeshadow palette, highlight crayon, dan color crayon trio untuk menghias mata. Sebagian besar berwarna cerah seperti warna yang ada di kemasan krayon.

Tahun lalu, Crayola sudah mengetes pasar kecantikan dengan berkolaborasi dengan lini kosmetik Clinique. Mereka meluncurkan produk pelembap bibir dengan 10 varian warna. Produk tersebut dipilih karena merupakan salah satu produk terlaris Clinique. Hasil kolaborasi diberi nama Clinique Crayola Chubby Sticks. Bentuknya seperti krayon.

Selain dijual satuan, produk dijual dalam paket berisi delapan pelembap bibir dengan warna berbeda. Warna tersebut disesuaikan dengan warna krayon koleksi Crayola. Teksturnya dibuat lebih tebal dibanding dengan pelembap bibir biasanya.

Sebelum menyentuh ranah produk kecantikan, Crayola pernah berkolaborasi dengan lini cat kuku Sally Hansen. Dalam kolaborasi pertama, Sally Hansen memroduksi delapan warna cat kuku yang serupa dengan delapan warna awal krayon Crayola. Koleksi bernama Back To School itu laku keras sehingga membuat kedua lini ini kembali melakukan kolaborasi. Dalam kolaborasi kedua, mereka meluncurkan enam warna seperti ungu, merah muda, oranye, kuning, hijau, dan biru. Selain menonjolkan warna terang, Sally Hansen berupaya memikat pembeli dengan menyatakan bahwa cat kuku bisa kering dalam waktu 60 detik.

Dalam tiap kolaborasi, Crayola berupaya mengemas narasi produk dengan merangsang ingatan tentang aktivitas idaman anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah seperti berdandan. Hal ini tidak begitu mengherankan karena inspirasi Crayola hadir dari dunia pendidikan.

Krayon diciptakan oleh Edwin Binney dan Harold Smith pada 1903. Awalnya dua pria bersaudara tersebut mendirikan perusahaan Binney & Smith yang memroduksi cat dan olahan karbon. Pada tahun 1900, perusahaan tersebut jadi salah satu jenis usaha yang menjawab kebutuhan para guru terkait keperluan peralatan belajar mengajar. Produk pertama mereka yang masuk ke dalam kelas ialah pensil. Beberapa tahun kemudian, Binney & Smith menciptakan kapur minim debu. Setelah itu, mereka melihat peluang usaha dalam produk krayon.

Crayola tercipta bagi siswa yang tertarik pada bidang seni lukis. Produk pertama muncul dalam delapan warna. Crayola mendapat respons positif dan jadi populer. Selain institusi pendidikan, pelanggan awal Crayola ialah pemerintah Amerika Serikat. Binney & Smith memanfaatkan antusiasme publik dengan meyakinkan bahwa produk buatannya aman digunakan anak-anak. Seiring waktu, perusahaan tersebut berinovasi menciptakan warna baru dengan nama-nama unik.

Infografik Crayola

Sejak 1990-an, penciptaan warna baru dibarengi dengan kabar pensiunnya warna lama. Pada era tersebut, Binney & Smith menyatakan berhenti memproduksi delapan warna awal krayon dan menggantinya dengan palet warna yang lebih terang. Pengumuman Binney & Smith ini mendatangkan protes. Mereka yang protes baru merasa tenang saat perusahaan melansir kembali delapan warna awal lewat edisi khusus.

Edisi khusus, pengumuman pemberhentian warna, dan penciptaan nama warna baru jadi senjata promosi Crayola. Lewat hal itu, mereka menjaga rasa penasaran calon pembeli. Rasa penasaran ditambah dengan melibatkan publik untuk menentukan nama warna bagi krayon.

Hal ini salah satunya terjadi dengan produksi warna biru. Warna favorit para pengguna Crayola. Tahun lalu, warna tersebut hadir sebagai pengganti warna kuning bernama Dandelion. Publik kecewa terhadap keputusan Crayola. Joshua Kroo yang pernah menjabat sebagai Director of Marketing Communications & Virtual Creativity Platform berkata bahwa Crayola selalu bicara tentang inovasi warna sehingga yang harus dilakukan calon pembeli ialah menanti warna baru dengan semangat.

Binney & Smith lantas membuka poling terkait warna biru yang setidaknya sudah pernah diproduksi dalam puluhan nama. Perusahaan menetapkan lima nominasi nama yakni Dreams Come Blue, Star Spangled Blue, Blue Moon Bliss, Reach for the Stars, dan Bluetiful. Dua bulan kemudian, Crayola menetapkan Bluetiful sebagai nama baru.

Selain membuka jajak pendapat tentang nama baru bagi krayon, kelak Crayola boleh jadi butuh jajak pendapat terbuka untuk menentukan jenis produk kosmetik yang baiknya dilansir untuk orang dewasa.

Baca juga artikel terkait KOSMETIK atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani