Menuju konten utama

Silicon Valley Bank Bangkrut, Bagaimana Dampak ke Perbankan RI?

Kebangkrutan SVB jadi pelajaran bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi secara serentak di berbagai negara bisa timbulkan kenaikan risiko perbankan.

Silicon Valley Bank Bangkrut, Bagaimana Dampak ke Perbankan RI?
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berjalan saat akan menyampaikan keterangan pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (19/1/2023). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU

tirto.id - Silicon Valley Bank (SVB) mengalami kebangkrutan setelah 48 jam mengalami krisis modal pada Jumat (10/3/2023) waktu setempat. Kekacauan ini dipicu oleh suku bunga tinggi The Fed yang menyebabkan para deposan menarik 42 miliar dolar AS dari SVB.

SVB menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang didukung oleh perusahaan ventura di AS. Pada akhir 2022, bank tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki 151,5 miliar dolar AS dalam bentuk deposito yang tidak diasuransikan, di mana 137,6 dolar AS miliar di antaranya dimiliki oleh deposan AS.

Meskipun relatif tidak dikenal di luar Silicon Valley, SVB termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas, dengan total aset 209 miliar dolar AS pada akhir tahun lalu. SVB merupakan pemberi pinjaman terbesar yang gagal sejak Washington Mutual runtuh pada tahun 2008.

Meskipun terjadi kepanikan di Wall Street atas kegagalan SVB, yang menyebabkan sahamnya anjlok, para analis mengatakan bahwa keruntuhan bank ini tidak mungkin memicu efek domino yang mencengkeram industri perbankan selama krisis keuangan 2008.

Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, Shalanda Young menekankan bahwa sistem perbankan AS pada umumnya lebih tangguh sekarang.

"Sistem ini memiliki pondasi yang lebih baik dibandingkan sebelum krisis keuangan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh reformasi yang telah dilakukan," kata Young dalam acara State of the Union dikutip dari CNN.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kondisi kebangkrutan SVB jadi pelajaran bahwa kenaikan suku bunga yang terjadi secara serentak di berbagai negara bisa timbulkan kenaikan risiko perbankan yang cukup serius.

"Jadi perbankan domestik pun perlu hati-hati menyusun strategi terutama terkait manajemen risiko," kata Bhima kepada Tirto, Senin, (13/3/2023).

Menurut Bhima efek SVB Bank sejauh ini cenderung terkait dengan pendanaan startup. Karena saat era dana murah atau quantitative easing di AS banyak startup mendapat suntikan permodalan lewat SVB Bank. Sehingga dikhawatirkan masalah yang ada saat ini akan membuat kering suntikan modal baru ke startup.

"Ini akan memperpanjang winter startup. Efek lainnya adalah efisiensi besar-besaran di startup yang secara langsung dan tidak langsung terkait pendanaan dari SVB Bank dan modal ventura afiliasinya," ujarnya.

Lebih lanjut dia meminta agar Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan stress test terkait dampak SVB Bank terhadap aliran pinjaman, modal dan investasi dengan perbankan domestik.

"Belajar dari kasus Century, investasi yang bermasalah di AS dapat menjalar ke likuiditas perbankan domestik. Sejauh ini semoga tidak ada dampak sistemik ke bank lokal," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait SILICON VALLEY atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - News
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Reja Hidayat