Menuju konten utama

Dialog Ekonomi Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Q2-2021

Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke zona positif dan mencatat hasil menggembirakan pada kuartal II-2021, setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif 4 kuartal berturut-turut.

Dialog Ekonomi Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Q2-2021
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, menjadi pembicara dala Dialog Ekonomi: Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Q2-2021 & Kinerja Komponen Pembentuk PDB Q2-2021 Bersama KADIN Indonesia, Kamis (05/08) siang. FOTO/Dok.RIlis

tirto.id - Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke zona positif dan mencatat hasil menggembirakan pada kuartal II-2021, setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif 4 kuartal berturut-turut. Pandangan ini muncul dalam acara "DIALOG EKONOMI: Kinerja Pertumbuhan Ekonomi Q2-2021 & Kinerja Komponen Pembentuk PDB Q2-2021 Bersama KADIN Indonesia, Kamis (05/08) siang.

Dialog virtual ini menghadirkan tiga pembicara, yakni Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid dan Ekonom Universitas Indonesia M. Chatib Basri. Membuka dialog, Mendag Lutfi memaparkan bagaimana pertumbuhan ekonomi nasional cukup menggembirakan di kuartal kedua tahun ini jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

"Pengumuman BPS tadi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 mencatatkan positif 7,07% secara tahunan (year on year/YoY). Dengan begitu, Indonesia berhasil keluar dari resesi setelah kuartal sebelumnya masih kontraksi -0,74%," ujarnya.

Selain sejalan dengan tren pemulihan ekonomi global, kata Mendag Lutfi, ekonomi di beberapa negara yang jadi mitra dagang Indonesia pada kuartal II-2021 juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Menurut Lutfi, ada beberapa faktor pendukung dari pertumbuhan ekonomi ini, yakni kinerja ekspor tumbuh 31,78% dan impor tumbuh 57,80% lalu konsumsi rumah tangga, tulang punggung perekonomian Indonesia juga tumbuh 5,93% YoY.

Sementara itu, Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan kalau pandemi bukan hanya menimbulkan krisis kesehatan, tapi juga krisis ekonomi. Namun, lanjut Arsjad, hal ini harus kita terima sebagai realitas yang tidak bisa kita sangkal dan justru bagi pelaku usaha menjadi jalan untuk adaptif dan lebih inovatif untuk bagaimana bisa tetap bangkit dalam situasi pandemi.

"Ini jadi norma baru yang harus kita terima dan jalani. Saya mendengar paparan dari Mendag sangat senang kuartal kedua ini berjalan dengan baik. Jadi, target kita sama, tetap mengedepankan kesehatan masyarakat, tapi perekonomian berjalan dengan baik. Itu bagaimana caranya, gencarkan vaksinasi meskipun PPKM dilanjutkan," ujar Arsjad.

Lebih lanjut, terkait dengan meningkatnya ekspor dan konsumsi rumah tangga yang dipaparkan Mendag, Arsjad berharap sektor manufaktur dan ritel dibuka seratus persen. Karena kedua sektor ini sangat berpengaruh dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan punya efek domino yang sangat luas karena menghidupkan sektor-sektor penunjang lainnya.

"Indonesia harus ambil posisi dan peluang dari kebutuhan dunia. Kita tahu, ekspor ini yang sangat mengerek ekonomi. Terlebih lagi, Indeks kepercayaan konsumen pada Mei-Juni 2021 tumbuh 107%, yang artinya kepercayaan indeks konsumen tumbuh sangat baik dan sangat menguat. Pertumbuhan konsumsi sudah berada di level 5,93%, bahkan lebih baik dibanding sebelum masa pandemi. Namun syaratnya 1, semua pekerja di manufaktur dan yang mau masuk ke ritel harus sudah divaksin," imbuhnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Ekonom Universitas Indonesia M. Chatib Basri yang mengatakan kunci dari pertumbuhan ekonomi di masa pandemi adalah vaksinasi untuk menumbuhkan Herd Immunity di masyarakat. "Kuartal kedua ini baik karena mobilitas ada, ekonomi bergerak. Dilemanya, kalau terus dibuka mobilitas, kasus aktif naik lagi. Untuk mengatasi ini, vaksinasi gencarkan, seperti di UE, China dan AS. Ini mendorong kesehatan pulih, ekonomi berjalan," ujar Chatib.

Chatib juga membenarkan pandangan Arsjad soal tingginya kinerja ekspor yang mencapai 31 persen. Menurutnya, kontribusi manufaktur, ritel, komoditas dari perusahaan SDA sangat besar sekali sehingga kinerja di kuartal ini mencapai 7,07 persen. Mereka memberikan sumbangan yang besar bagi penerimaan negara karena pajak yang dibayarkan dan juga ada pekerja-pekerja yang mempunyai gaji, serta belanja-belanja bahan baku dan modal kerja.

Untuk menyeimbangkan kesehatan dan ekonomi, KADIN Indonesia kata Arsjad mengimbau agar pemerintah memperhatikan segitiga kebijakan yang saat ini diusung KADIN, yakni kesehatan, ekonomi dan sosial. "Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi seperti di kuartal kedua ini, policy pemerintah harus memulihkan kesehatan, gencarkan vaksin dan prokes, untuk ini KADIN Indonesia membantu melalui Vaksinasi Gotong Royong misalnya, memberikan insentif kepada swasta dan UMKM serta tetap mendorong daya beli dengan bansos," ujarnya.

Baca juga artikel terkait KADIN

Sumber: pers rilis