Menuju konten utama

Siklus Menstruasi: Fase & Hormon Menstruasi Serta Penjelasannya

Menstruasi atau haid adalah pendarahan uterus secara periodik dan siklus yang normal terjadi pada wanita yang telah puber.

Siklus Menstruasi: Fase & Hormon Menstruasi Serta Penjelasannya
Ilustrasi menstruasi. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ovarium seorang perempuan mampu memproduksi sel telur (ovum), yaitu setelah masa puber hingga dewasa subur (antara usia 12 hingga 50 tahun).

Setelah sel telur habis diovulasikan, seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi. Keadaan ini disebut menopause. Pada masa menopause alat reproduksi tidak berfungsi lagi dan mengecil, karena tidak adanya produksi hormon kelamin.

Proses pembentukan sel kelamin atau mekanisme produksi sel telur oleh folikel diatur oleh hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis.

Hormon tersebut mulai aktif pada waktu selaput lendir rahim menipis setelah selesai menstruasi.

Menstruasi atau haid adalah pendarahan uterus secara periodik dan siklus yang normal terjadi pada wanita yang telah puber. Proses ini pun terjadi dengan disertai pelepasan endometrium.

Umumnya, durasi siklus menstruasi adalah 28 hari, dengan lama menstruasi adalah 4 hingga 6 hari. Jumlah darah yang keluar pun rata-rata sebanyak 20-60 mililiter.

Hormon yang Pengaruhi Siklus Menstruasi

Empat hormon yang bertanggung jawab untuk siklus menstruasi adalah hormon estrogen, progesteron, follicle-stimulating hormone atau hormon perangsang folikel (FSH), dan hormon luteinizing (LH).

1. Estrogen

Sebagian besar hormon estrogen diproduksi di ovarium atau indung telur. Selain itu, hormon ini juga diproduksi oleh kelenjar adrenal dan plasenta, tetapi hanya dalam jumlah yang sedikit.

Hormon estrogen berfungsi untuk membantu perkembangan dan perubahan tubuh saat pubertas, termasuk perkembangan fungsi organ seksual, dan memastikan proses ovulasi dalam siklus menstruasi bulanan.

2. Progesteron

Saat perempuan mengalami ovulasi atau sedang berada di masa subur, hormon progesteron akan membantu mempersiapkan lapisan dalam rahim yang disebut endometrium untuk menerima sel telur yang telah dibuahi oleh sperma.

3. Follicle-stimulating hormone (FSH)

Hormon FSH juga diproduksi di kelenjar hipofisis dan berperan penting dalam sistem reproduksi. Hormon ini membantu mengendalikan siklus menstruasi dan produksi sel telur di ovarium.

4. Luteinizing hormone (LH)

LH pada wanita bertugas untuk membantu tubuh mengatur siklus menstruasi dan ovulasi.

Oleh karena itu, hormon ini juga berperan dalam masa pubertas. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak.

Fase Siklus Menstruasi

Proses menstruasi dibagi ke dalam empat fase, antara lain:

1. Fase Menstruasi

Pada fase ini, lapisan dinding dalam rahim yang mengandung darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir atau dikenal dengan endometrium akan luruh dan keluar melalui vagina.

Fase ini akan dimulai sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai dan dapat berlangsung dari selama 4 hingga 6 hari.

2. Fase Folikular

Tahapan ini berlangsung sejak hari pertama menstruasi sampai memasuki fase ovulasi. Pada tahapan ini, ovarium akan memproduksi folikel yang berisi sel telur.

Pertumbuhan folikel ovarium kemudian akan menyebabkan endometrium menebal. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke-10 dari 28 hari dalam sebuah siklus menstruasi.

3. Fase Ovulasi

Pada fase ovulasi, sel telur kemudian akan dilepaskan untuk dibuahi. Sel telur yang telah matang kemudian akan bergerak ke tuba fallopi dan menempel di dinding rahim.

4. Fase Luteal

Setelah fase ovulasi, folikel yang telah pecah akan mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum, yang kemudian akan memicu peningkatan hormon progesteron untuk mempertebal lapisan dinding rahim.

Ini juga dikenal dengan fase pramenstruasi. Pada tahap ini, biasanya akan terjadi beberapa gejala yang terjadi, mulai dari payudara membesar, muncul jerawat, badan terasa lemas, menjadi mudah marah atau emosional.

Siklus Menstruasi

Berikut ini adalah penjelasan terkait mekanisme produksi sel telur dan siklus menstruasi:

  • Kelenjar hipofisis depan (pituitari) mengasilkan hormon follicl stimulating hormone (FSH).
  • Hormon ini berfungsi untuk mamacu folikel dalam ovarium untuk tumbuh.
  • Satu di antara folikel ini ada yang tumbuh paling cepat, sedangkan yang lainnya terhenti perkembangannya.
  • Calon sel telur dan folikel membesar dan pindah ke permukaan ovarium.
  • Folikel yang sedang tumbuh itu memproduksi hormon estrogen.
  • Kerja hormon estrogen adalah sebagai berikut.
  1. Merangsang pertumbuhan endometrium dinding rahim.
  2. Menghambat produksi FSH oleh pituitari.
  3. Memacu pituitari untuk memproduksi hormon LH. Keluarnya LH dari pituitari menyebabkan sel telur masak, kemudian keluar dari folikel ke ovarium. Perisriwa ini disebut ovulasi.
  • Setelah sel telur masak dan meninggalkan ovarium, LH mengubah folikel menjadi badan berwarna kuning yang disebut korpus luteum.
  • Sekarang folikel tidak mampu memproduksi estrogen lagi, tetapi mampu memproduksi hormon progesteron.
  • Fungsi hormon progesteron adalah mempercepat pertumbuhan selaput lendir rahim dan mempercepat pertumbuhan pembuluh darah pada selaput lendir rahim.
  • Pada siklus menstruasi terjadi perubahan-perubahan di dalam ovarium dan uterus.
  • Masa menstruasi berlangsung kira-kira selama 5 hari, selama masa ini epitelium permukaan lepas dari dinding uterus dan terjadi pendarahan.
  • Masa sesudah menstruasi adalah tahap perbaikan dan petumbuhan yang berlangsung selama 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbarui.
  • Tahap ini dikendalikan oleh estrogen yang disekresikan oleh ovarium, sedangkan pengeluaran estrogen dikendalikan oleh FSH.
  • Ovulasi terjadi pada 14 hari pertama, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik, dikendalikan oleh progesteron yang dikeluarkan korpus luteum.
  • Jika sel telur yang keluar dari ovarium tidak dibuahi, produksi estrogen terhenti. Hal ini menyebabkan kadar estrogen dalam darah sangat rendah, sehingga akibatnya aktivitas pituitari untuk memproduksi LH akan menurun.
  • Penurunan produksi LH menyebabkan korpus luteum tidak dapat memproduksi progesteron.
  • Tidak adanya progesteron dalam darah akan menyebabkan penebalan dinding rahim tidak dapat dipertahankan, sehingga akan luruh dan terjadilah pendarahan.
  • Peristiwa inilah yang disebut menstruasi.

Baca juga artikel terkait MENSTRUASI atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yulaika Ramadhani