Menuju konten utama
Perencanaan Keuangan

Siasat Jitu Kelola Keuangan Lebaran

Melakukan penyesuaian antara pendapatan dengan pengeluaran penting dilakukan agar kantong tidak jebol setelah Hari Raya Idulfitri.

Siasat Jitu Kelola Keuangan Lebaran
Ilustrasi siasat Kelola Keuangan Pasca Lebaran. iStockphoto/GettyImages

tirto.id - Bagi Dina, Lebaran tahun ini sama dengan pengeluaran ekstra. Ini karena Idul Fitri jatuh berdekatan dengan libur anak sekolah dan tahun ajaran baru sekolah yang tentunya membuat pengeluaran rumah tangganya menjadi berkali-kali lipat.

"Yang bikin boros itu ... Lebaran kan mesti ngasih-ngasih THR ya, eh ditambah lagi mesti bayar-bayar sekolah anak," keluh Dina kepada Tirto. "Bayaran daftar ulang sekolah dan SPP anak harus udah lunas sebelum libur Lebaran."

Tak ayal, perempuan 35 tahun ini sampai harus merelakan gelang emas seberat 10 gram koleksinya untuk digadaikan demi memenuhi kebutuhan tersebut.

Cerita Dina tentu familier bagi sebagian orang. Momen Lebaran memang menjadi ajang suka cita. Namun, tak jarang pula momen ini membawa problem finansial bagi mereka yang masih sulit untuk mengatur pengeluaran.

Menata pengeluaran ekstra saat Lebaran dan juga tahun ajaran baru sekolah memang memerlukan pengaturan yang jeli. Ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan agar kondisi keuangan pasca Idul Fitri dapat lebih terkontrol.

Membuat Daftar Pengeluaran

Hari Raya Idul Fitri sejatinya merupakan momen tahunan sehingga berbagai biaya pengeluaran untuk Lebaran seharusnya bisa diperhitungkan dengan seksama. Oleh karena itu, penting untuk membuat tabulasi atau daftar-daftar pengeluaran saat dan setelah Lebaran.

Jika memang harus pulang kampung, maka yang masuk dalam daftar utama adalah pengeluaran untuk biaya transportasi semisal tiket pesawat dan tiket kereta api. Kalaupun mengunjungi keluarga dan handai taulan di kampung halaman dengan menggunakan kendaraan pribadi, penting pula untuk mempersiapkan biaya akomodasi seperti penginapan, biaya makan selama diperjalanan, biaya tol maupun bahan bakar kendaraan.

Lantaran merupakan momen berulang setiap tahun, maka persiapan berbagai biaya pengeluaran yang berkaitan dengan Lebaran bisa dicicil sejak tiga bulan sebelumnya. Dengan begitu, diharapkan pengeluaran untuk Idul Fitri tidak mengganggu pos keuangan lain semisal dana darurat, menggesek kartu kredit maupun mengajukan pinjaman tanpa agunan (KTA).

"Jangan sampai momen Lebaran membuat kita menjebol tabungan dan juga berutang," saran Pandji Harsanto, Perencana Keuangan dari Financia Consulting kepada Tirto.

Menjaga Keseimbangan

Jika daftar pengeluaran rutin bulanan dan Lebaran sudah dibuat, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah dengan membandingkannya dengan pendapatan yang diperoleh.

Budi Harsanto, perencana keuangan dari OneShildt Financial Planning mengatakan, pengeluaran rutin bulanan setelah Lebaran bisa ditutupi dengan pendapatan bulanan atau gaji. Sedangkan pengeluaran saat Lebaran, bisa ditutupi dengan tunjangan hari raya (THR) yang didapat.

"Kuncinya setelah membuat ilustrasi anggaran, lakukan matching dengan penghasilan saat Hari Raya agar bisa menghindari fluktuasi pengeluaran yang meningkat drastis. Patut diperhatikan pula untuk memprioritaskan pengeluaran yang perlu, sedangkan yang tidak perlu harus ditekan," ujar Budi kepada Tirto.

Pola pengeluaran saat Lebaran menurut Budi sudah sangat jelas. Oleh karena itu, jika THR yang diterima dirasa tidak cukup untuk menutupi kebutuhan Hari Raya, ada baiknya menyisihkan sedikit rupiah dari gaji bulanan sejak Lebaran berakhir. Pun demikian dengan biaya sekolah anak yang merupakan momen tahunan, bisa disisihkan sedikit demi sedikit dari pendapatan bulanan.

"Ada baiknya menyisihkan sedikit demi sedikit dari gaji bulanan maupun bonus tahunan, dari Lebaran berakhir untuk keperluan pengeluaran Idul Fitri berikutnya sehingga tidak mengganggu pengeluaran bulanan. Savings [menabung] tanpa putus bisa dilakukan dan uang-uang ini sudah harus di-plot-kan sendiri-sendiri yang dicicil setiap bulan," imbuh Budi.

Infografik mengelola keuangan Saat lebaran

Infografik mengelola keuangan Saat lebaran. tirto.id/Quita

Penting pula untuk memisahkan pengeluaran rutin bulanan dengan pengeluaran saat Lebaran. Pendapatan bulanan atau gaji yang didapat, menurut Perencana Keuangan dari AFC Financial Checkup Aidil Akbar Madjid, ada baiknya tidak digunakan untuk menutupi kebutuhan Lebaran. Sebab, jika itu terjadi, maka gaji akan habis dan kebutuhan hidup bulanan menjadi tidak terpenuhi.

Gaji yang didapat, lanjut Aidil, adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup bulan Juni. "Gaji jangan sampai dibawa mudik, karena pasti habis. Untuk Lebaran, gunakan THR saja. THR habis untuk mudik tidak masalah, asal jangan gaji yang habis untuk mudik. Karena nantinya justru bahaya kalau sampai berutang," ungkap Aidil.

Menyisihkan Dana

Menyisihkan rupiah setidaknya sebesar 10 persen dari pendapatan bulanan atau gaji tetap harus dilakukan meski di saat Lebaran seperti ini. Tujuannya, menurut Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi Andi Nugroho, adalah untuk membentuk kebiasaan menabung dan investasi setiap menerima pendapatan bulanan.

"Menyisihkan dana untuk tabungan dan investasi sebesar 10 persen dari gaji tetap penting dilakukan selain untuk membentuk habit [kebiasaan], sekaligus juga untuk mengerem pengeluaran yang tidak diperlukan," ungkap Andi.

Kalaupun investasi dan tabungan ini harus terhambat saat momen Lebaran terlaksana, maka diusahakan untuk menambal investasi dan simpanan di kemudian hari. Perencana Keuangan dari Tata Dana Consulting Diana Sandjaja mengatakan, hal ini perlu dilakukan agar tujuan keuangan tetap dapat tercapai.

"Kalaupun terpaksa menggunakan dana darurat untuk menambal kebutuhan pengeluaran saat Lebaran, itu bisa dilakukan. Tapi, pastikan untuk mengisi kembali dana darurat tersebut seperti sediakala," kata Diana.

Patuh terhadap anggaran menjadi kunci yang perlu ditaati agar keuangan tidak jebol setelah Lebaran. Dengan persiapan yang terencana, diharapkan kita bisa lebih baik dalam mengelola anggaran kebutuhan rutin bulanan maupun pengeluaran ekstra saat Idul Fitri.

Ingat selalu untuk membuat daftar prioritas anggaran dari THR yang didapat, utamanya alokasi untuk zakat yang harus ditunaikan. Dengan begitu, jebakan pengeluaran berlebih di Hari Raya bisa dihindari.

Baca juga artikel terkait PERENCANAAN KEUANGAN atau tulisan lainnya dari Dea Chadiza Syafina

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Dea Chadiza Syafina
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara