Menuju konten utama

Siapa yang Tak Ingin Menua Seperti Beckham?

Beckham pernah berkata tidak ingin menjadi model. Tetapi itu justru jadi peran yang konsisten ia lakukan bahkan setelah  jadi pensiunan dunia sepakbola.

Siapa yang Tak Ingin Menua Seperti Beckham?
Mantan pemain sepakbola Inggris, David Beckham menyapa ratusan penggemar di GOR Soemantri, Jakarta, Minggu (25/3/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Pada Maret 2016 lalu, balai lelang karya seni kontemporer, Philips, mengadakan sebuah pameran bertajuk David Beckham: The Man. Ada banyak foto Beckham yang dijepret oleh fotografer masyhur, salah satunya adalah Annie Leibovitz, fotografer legendaris yang sering memotret selebriti. Potret tersebut jadi salah satu bagian dalam pameran Foto Beckham siap dilelang. Hasilnya dialokasikan untuk membantu program Unicef, lembaga tempat Beckham ditugaskan sebagai duta bidang olahraga sejak tahun 2005.

Kathy Adler, kurator pameran berkata kepada Harper’s Bazaar, “David Beckham adalah ikon maskulinitas modern dan magnet bagi fotografer. Daya tariknya ada di mana-mana. Ia senang bisa menjadi idola remaja, juru bicara bidang olahraga, dan Unicef goodwill ambassador.

Beckham bukan hanya dicap sebagai ikon maskulinitas. Jason Basmajian, Chief Creative Officer label busana Gieves & Hawkes mengungkap bahwa gaya Beckham membuat ranah mode terkesan maskulin, keren, dan bisa diakses. Jurnalis Mark Simpson menjuluki mantan pesepakbola ini dengan "Biggest Metrosexual in Britain". Julukan dari Simpson ini yang membuat cap pria metroseksual melekat pada Beckham.

Semua itu berawal pada 1997. Saat itu Beckham, yang tengah berada di puncak popularitas sebagai pemain Manchester United dan Inggris, mendapat tawaran untuk tampil dalam iklan produk penata rambut Brylcreem, produk perawatan rambut asal Inggris yang kerap menjalin kerja sama dengan para atlet sejak tahun 1940. Ketika Beckham masuk, kondisi perusahaan Brylcreem tengah goyah. Keberadaan Beckham sebagai model produk diharapkan bisa menyelamatkan Brylcreem dari kebangkrutan. Bayaran Beckham sebagai model iklan untuk televisi dan koran sebesar 1 juta Poundsterling.

Dalam iklan, rambut Beckham terlihat agak panjang dan pirang. Warna itu bukan warna rambut aslinya. Beckham mengecat rambut atas saran Victoria, kekasihnya yang saat itu tergabung dalam girlband populer, Spice Girls. Ternyata gaya rambut baru itu bisa membawa rezeki.

Pada tahun tersebut, Beckham sebetulnya bukanlah pesepakbola terbaik Inggris. Tetapi ia punya potensi untuk jadi "wajah" pesepakbola Inggris. Roger Bennett, co-host English Premiere League berkata pada Vanity Fair , “Tahun 1990 Premier League lahir dan kepopulerannya mendunia. Liga tersebut butuh ikon yang berasal dari Inggris. David adalah bintang dengan penampilan terbaik.”

Menurut Tom Watt yang menulis buku otobiografi Beckham, Both Feet on the Ground (2003), Brylcreem adalah hal pertama di luar sepak bola yang dikerjakan Beckham, sekaligus kontrak terbesar pertamanya.

Setelah Brylcreem, Beckham mendapat sejumlah tawaran sebagai model iklan. Tata rambut Beckham berbeda di setiap iklan. Saat menerima iklan Adidas pada tahun misalnya, gaya rambut Beckham setengah plontos. Ia memilih menyewa jasa beberapa penata rambut. Dalam setahun, ia bisa mengganti gaya rambut sekitar empat kali. Setiap gaya rambut Beckham langsung menjadi tren gaya rambut para pria.

Pada tahun 2005, Beckham menerima tawaran sebagai model iklan Gilette. Forbes melaporkan bahwa Beckham menerima honor sebesar 9 juta dolar untuk waktu tiga tahun. Dalam kurun waktu yang nyaris bersamaan, Beckham menerima tawaran sebagai model iklan Pepsi dan Vodafone.

Bidang mode juga ikut meliriknya. Tawaran datang dari label fesyen Emporio Armani. Beckham diminta menjadi model pakaian dalam. Produk tersebut laris. Beberapa toko di Inggris mengalami peningkatan penjualan. Ada yang meningkat 40%, ada pula yang meningkat sampai 150%.

Infografik Pesona david beckham

Nama Beckham makin bersinar. Baik dari ranah olahraga maupun showbiz. Ia menjadi sampul majalah gaya hidup dan model di halaman mode. Ia bahkan menjadi pria pertama yang tampil di sampul depan majalah Elle UK. Tawaran iklan dari bidang fesyen terus berdatangan. Pada tahun 2012 ia menjadi bintang iklan jam tangan Breitling dan Tudor. Setahun setelahnya, H&M merekrut Beckham sebagai model. Ia pun sempat menjadi brand ambassador untuk mobil Jaguar di Tiongkok.

Tak berhenti hanya jadi model, Beckham pun merambah ke bidang produk perawatan wajah pria. Awal Maret lalu Beckham meluncurkan House 99 by David Beckham, produk perawatan wajah yang terdiri dari krim mata, pelembap, shampo, dan krim pencukur. Sebelum House 99, Beckham pernah direkrut menjadi brand ambassador untuk produk perawatan wajah Biotherm Homme sekaligus meluncurkan produk. David Fridlevski, General Manager Biotherm menyambut kerjasama dengan Beckham.

Larisnya tawaran iklan membuat Beckham dan Simon Fuller, manajernya yang sekaligus pernah jadi manajer Spice Girls, membentuk perusahaan Seven Global. Lembaga ini yang mengatur lisensi kerja sama Beckham dengan sejumlah merek. Perusahaan tersebut berkolaborasi dengan perusahaan konsultan periklanan Global Brands.

Kolaborasi juga dilakukan dengan Adidas. Dalam memperingati 20 tahun kerjasama dengan lini olahraga ini, Beckham mendesain sepatu bernama Predator yang hadir dalam tiga varian produk. Koleksi tersbut memuat beberapa nomor punggung Beckham. Sedangkan bersama Victoria, ia pernah meluncurkan produk parfum. Pasangan ini juga membentuk Beckham Brand Holding untuk mengatur urusan bisnis mereka.

Artikel The Multiple Brand Personalities of David Beckham : a Case Study of The Beckham Brand menulis bahwa lewat reputasinya Beckham berhasil menggapai segmen pasar yang berbeda. Ia membuktikan bahwa atlet bisa saja punya pengaruh pada dunia hiburan dan mode. “Beckham adalah marketing bunglon yang sanggup menjadi apapun yang fansnya harapkan. Apakah sebagai familyman, atlet, fashionista, atau selebritas Hollywood.”

Baca juga artikel terkait DAVID BECKHAM atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono