Menuju konten utama

Siapa "Raja Angkasa" Setelah Boeing 747 Garuda Pensiun?

Garuda telah mempensiunkan Boeing 747 miliknya. Pesawat apa yang akan menjadi "raja" di langit Indonesia selanjutnya?

Siapa
Sejumlah pilot maskapai Garuda Indonesia memberikan penghormatan terakhir kepada pesawat Boeing 747-400 di hangar 4 GMF, Tangerang, Banten, Senin (9/10). ANTARA FOTO/Fajrin R

tirto.id - “Akhirnya, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini saya resmikan penggunaan pesawat Boeing-747 Garuda yang akan diberi nama City of Jakarta. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua.”

Ini adalah nukilan pidato Presiden Soeharto yang diambil saat upacara peresmian penggunaan pesawat Boeing 747 pertama di Lapangan Terbang Internasional Halim Perdana Kusuma, Jakarta pada 6 Agustus 1980. Soeharto merasa bangga atas kedatangan pesawat terbang baru Garuda, yang menandakan era pesawat jumbo di langit Indonesia. Soeharto mengatakan ada beberapa alasan mengapa masyarakat Indonesia patut bangga dengan pesawat yang mendapat julukan "Queen of the Skies" atau Ratu Angkasa tersebut.

Boeing 747 merupakan pesawat besar dengan teknologi paling modern pada zamannya. Saat Garuda memiliki dan menerbangkan Boeing 747, BUMN ini bisa disejajarkan dengan maskapai-maskapai asing terkemuka di dunia kala itu. Harga Boeing 747 pada era itu termasuk yang sangat mahal. Namun, Garuda mampu untuk membeli pesawat tersebut.

"Memiliki Boeing 747 merupakan kebanggaan nasional tersendiri bagi bangsa Indonesia."

Pada masa awal kedatangan atau sejak 1980, Garuda Indonesia mendatangkan 8 pesawat varian Boeing 747, terdiri dari Boeing 747-200 sebanyak 6 unit dan Boeing 747-400 sebanyak 2 unit. Pesawat B747-400 gelombang terakhir yang didatangkan Garuda pada 1994. Pesawat terakhir ini sempat melayani kepulangan jamaah haji dari Madinah menuju Makassar pada 6 Oktober 2017. Pesawat Boeing 747 pamungkas ini telah beroperasi selama 89.900 jam.

Boeing 747 pernah ikut jadi bagian saat masa keemasan Garuda pada 1980-an. Sejak peresmian Boeing 747 milik Garuda untuk kali pertama, kiprah pesawat jumbo ini sudah berlangsung 37 tahun, sedangkan Boeing 747 terakhir yang digunakan Garuda sudah beroperasi 23 tahun. Sepanjang masa itu pula tak ada persoalan serius terkait pesawat ini.

Boeing 747 yang dioperasikan Garuda berdasarkan penelusuran airfleets, tak masuk dalam 48 insiden yang terjadi pada Boeing 747 semenjak 1970-2017 di seluruh dunia. Airfleets juga mencatat dari empat insiden termasuk kecelakaan yang menimpa pesawat Garuda, tapi Boeing 747 tak ada dalam daftar.

Dengan segala torehan itu, Boeing 747 akhirnya mulai 9 Oktober 2017, seluruh varian pesawat Boeing 747 telah dipensiunkan oleh Garuda. Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan berakhirnya masa kerja pesawat Boeing 747-400 adalah bagian dari program revitalisasi armada dan target pengoperasian pesawat oleh Garuda hanya berusia rata-rata 5 tahun.

"Saat ini kami mengoperasikan pesawat berbadan lebar B777-300ER dan A330-300/200 yang lebih hemat bahan bakar, hemat biaya dan lebih andal yang memberikan pengalaman penerbangan yang lebih nyaman untuk pengguna jasa kami ketika bepergian dengan penerbangan jarak jauh," kata Pahala.

Baca juga: C919, Pesawat Cina Penantang Boeing dan Airbus

infografik kala b747 mengudara

Pengganti si "Ratu Angkasa"

Selepas Boeing 747-400 pensiun, Garuda masih tetap mengandalkan pesawat Boeing 777-300ER dan Airbus A330-300 dalam pengembangan bisnis maskapai ke depannya. Saat ini, Garuda memiliki 10 unit Boeing 777-300ER dan 17 unit A330-300. Kedua pesawat yang dioperasikan Garuda ini secara kapasitas memang lebih kecil ketimbang Boeing 747 yang berkapasitas 428 kursi. Pesawat B777-300ER hanya berkapasitas 314-393 kursi, dan A330-300 berkapasitas 257-360 kursi.

Selain pertimbangan lebih hemat bahan bakar dan hemat biaya perawatan, penggunaan pesawat bukan jumbo di bandara-bandara di Indonesia, memang lebih memungkinkan. Kemampuan landas pacu bandara-bandara di Indonesia juga masih terbatas, termasuk untuk melayani pesawat jumbo, seperti Airbus A380. Belum lagi soal sarana pendukung bandara seperti garbarata yang harus disesuaikan dengan karakter Airbus A380 yang memiliki kabin double deck.

Baca juga: Persaingan Sengit Boeing Melawan Airbus

Landasan pacu sekelas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang hanya memiliki kekerasan landas pacu (Pavement Classification Number/PCN) di level 114. Dengan kondisi ini, pesawat jenis Boeing 777-300 saja termasuk yang dimiliki Garuda belum bisa terbang dengan kapasitas penuh dari Bandara Soekarno-Hatta.

“Pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777 itu memang belum bisa terbang atau mendarat dengan full capacity. Hal ini dikarenakan PCN-nya baru 114 belum mencapai 131,” ujar Yado Yarismano, Public Relation Manager PT Angkasa Pura II kepada Tirto.

Gara-gara itu juga, penerbangan haji Garuda Indonesia pada Agustus 2017 dari Bandara Soekarno-Hatta hanya membawa 295 jemaah. Angka itu di bawah kapasitas maksimal B777-300ER sebanyak 393 kursi. Sebagai perbandingan saja, berat maksimum lepas landas B777-300ER adalah 351,53 ton dan berat maksimum mendarat 251,29 ton. Sementara, berat maksimum lepas landas A380 adalah 575 ton dan berat maksimum mendarat 394 ton.

Dengan melihat kondisi yang ada, tentunya B777-300ER dan A330-300 bakal menjadi pihan bagi Garuda dalam mengembangkan jaringan penerbangan rute internasional, khususnya ke Asia dan regional. Apalagi, jumlah pesawat A330-300 yang dimiliki Garuda juga lebih banyak ketimbang B777-300ER. Pesawat A330-300 mampu terbang nonstop hingga 10.800 km. Sedangkan B777-300ER memiliki jarak tempuh hingga 13.520 km.

Pengguna Boeing 747 memang bukan hanya Garuda saja, maskapai lain seperti Lion Air termasuk pengguna Boeing 747. Lion Air sempat memiliki dua unit pesawat Boeing 747-400, tapi satu unit sudah lebih dahulu pensiun. Boeing 747-400 yang merupakan armada terbesar pertama yang dimiliki Lion Air yang didatangkan pada 2009. Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait sempat mengatakan akan menempuh langkah yang sama seperti Garuda mempensiunkan seluruh armada Boeing 747.

"Pesawat itu ada waktunya tidak boleh terbang oleh manufaktur maupun regulator," jelas Edward dikutip dari Kompas.

Baca juga: Akhir Kejayaan Boeing 747 Sang "Ratu Angkasa"

Armada terbesar Lion Air lainnya setelah Boeing 747 adalah Airbus A330-300, yang juga dimiliki Garuda. Pertanyaannya, selain B777-300ER dan A330-300, pesawat apa yang akan menjadi "raja" angkasa Indonesia setelah era Boeing 747 usai?

Sebelum pengumuman pensiun Boeing 747 milik Garuda, beberapa pekan sebelumnya, Presiden Jokowi menegaskan masa pesawat jumbo bisa mendarat di bandara Indonesia akan tiba. Bandara Kertajati nantinya akan memiliki landas pacu 3.000 x 60 meter yang bisa didarati pesawat penumpang terbesar di dunia yang bisa membawa 850 penumpang.

Artinya saat Bandara Kertajati beroperasi di masa depan, memungkinkan pesawat jumbo lebih besar dari Boeing 747 seperti Airbus A380 bisa beroperasi di Indonesia.

"Apabila nanti ada maskapai penerbangan yang hendak menerbangkan penumpangnya dengan pesawat Airbus A380 ke Indonesia, di mana mendaratnya? Ya di Bandar Udara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat," kata Jokowi dalam laman Facebook resminya.

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra