Menuju konten utama

Siapa Diuntungkan Saat Politikus PDIP Bertemu Rizieq di Makkah?

Pertemuan antara Erwin sebagai politikus PDIP dengan Rizieq dianggap sebagai upaya PDIP meraih citra positif di kalangan Muslim.

Siapa Diuntungkan Saat Politikus PDIP Bertemu Rizieq di Makkah?
Habib Rizieq Syihab. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc/16.

tirto.id - Politikus PDIP Erwin Moeslimin Singajuru bertemu Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di Makkah, Arab Saudi. Erwin yang kini duduk di Komisi VIII RI itu mengaku berbincang dengan Rizieq selama kurang lebih tiga jam. Pembahasannya macam-macam termasuk seputar kondisi Indonesia terkini, khususnya tentang PDIP yang kerap dipersepsikan berbenturan dengan isu kebangkitan PKI.

Menurut Erwin, Rizieq perlu mendapat informasi alternatif agar tak menelan mentah-mentah informasi di sekitarnya. "Silaturahim semacam itu penting agar tokoh semacam Habib Rizieq tak melulu menerima informasi sepihak," kata Erwin melalui pesan tertulis yang diterima Tirto, Jumat (27/4/2018).

Erwin tak canggung bertemu dengan Rizieq. Ia mengaku ingin meneladani jejak politikus senior PDIP Taufik Kiemas yang tak segan merangkul berbagai elemen masyarakat. Di sisi lain menurutnya, Rizieq merupakan salah satu tokoh masyarakat yang tidak bisa diabaikan, terlebih di tengah merosotnya kepercayaan kepada partai politik.

"Artinya suka atau tidak suka faktor Habib Rizieq Shihab tidak bisa diabaikan," kata Erwin.

Dalil lain Erwin bertemu Rizieq adalah ia berharap suasana politik dalam negeri yang tegang jelang Pemilu menjadi lebih cair. Pesan simbolik dari pertemuan itu menurutnya adalah dua elemen politik yang berbeda pada faktanya bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak perlu terjadi kesalahpahaman pada publik.

"Dalam konteks itulah saya bersilaturahmi ke kediaman Habib Rizieq di Makkah," kata Erwin.

Erwin membantah soal kabar bahwa Rizieq menyampaikan lima pesan kepadanya untuk PDIP sebagaimana dikatakan Humas PA 212 Novel Bamukmin. Menurut Erwin pernyataan Novel "Ngawur dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya."

"Novel Bamukmin sudah dipecat dari FPI, tak lagi berhubungan dengan Habib Rizieq, dan pertemuan kami di Makkah itu tak pula ada hubungannya dengan PA (Persaudaraan Alumni) 212.''

Lima pesan Rizieq ke PDIP melalui Erwin versi dari Novel antara lain: Pertama, agar membersihkan PDIP dari keturunan PKI yang masih mengusung paham komunis; Kedua, meminta agar PDIP melepaskan diri dari neoliberalisme dan para misionaris jahat yang sangat intoleransi terhadap ajaran Islam.

Ketiga, Agar PDIP menjaga azas proporsionalisme dan adil dengan komposisi penduduk mayoritas yang 90 persen Islam juga mayoritas di PDIP sebagai kader dan pimpinannya juga 90 persen Islam. Keempat, PDIP juga harus bisa menjadi partai nasionalis religius sehingga tidak selalu memusuhi agama dan ulama, dan Kelima, PDIP juga harus segera mengevaluasi dan merevisi kebijakan yang anti-Islam.

Tirto mencoba mengonfirmasi Novel Bamukmin. Ia mengakui lima pesan itu tidak diterima langsung dari Rizieq melainkan dari percakapan grup WhatsApp PA 212 yang dikirim salah satu orang dekat Rizieq. "Sampai saat ini enggak ada yang bantah. Habib Rizieq juga tidak bantah, artinya benar," kata Novel kepada Tirto.

Mantan Sekretaris FPI DKI Jakarta ini tak peduli apa yang ia sampaikan dianggap ngawur oleh Erwin. "Kalau mau diamini dan dijalankan ya silakan. Tidak juga tidak apa-apa. Namanya kami hanya menyampaikan amanah dan nasihat Habib Rizieq," kata Novel.

Novel menduga Erwin sengaja diutus PDIP bertemu Rizieq untuk meraih simpati pemilih Islam di Pileg dan Pilpres 2019. "Tapi saya yakin umat Islam saat ini tidak akan terpengaruh dengan upaya politik dadakan," kata Novel.

Sebab menurutnya Rizieq membuka pintu bagi Erwin hanya sebatas memenuhi kewajiban umat Islam untuk menerima dan menghormati setiap tamu yang berkunjung. Bukan dalam konteks mendukung PDIP.

"Mau siapapun tamunya, Islam, Kristen, Buddha, orang Islam yang beriman wajib menerimanya, tapi bukan dukungan politik. Tidak ada sama sekali," kata Novel.

Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno membantah tuduhan Novel bahwa Erwin sengaja diutus DPP PDIP menemui Rizieq untuk kepentingan politik. Menurutnya pertemuan Erwin dengan Rizieq hanya sillaturahim pribadi yang tak mewakili institusi partai. "Kok dikaitkan seperti itu (politik) sih ibadah. Itu silaturahmi pribadi saja," kata Hendrawan kepada Tirto.

Hendrawan pun enggan mengomentari terlalu jauh terkait pertemuan ini. "Itu saja yang saya yakini (dari pertemuan Erwin-Rizieq)," kata anggota komisi XI ini.

Sama-Sama Cari Keuntungan

Pengamat Politik UIN Jakarta, Adi Prayitno menilai pertemuan Erwin dan Rizieq merupakan pertarungan citra antara PDIP dan kelompok 212 ke publik sebagai kekuatan yang berpengaruh dalam perpolitikan Indonesia. "Jadi sama-sama ingin meraih keuntungan. PDIP tidak ingin dianggap lebih rendah dari (kelompok) 212. Pihak 212 lewat Rizieq ingin dianggap dibutuhkan PDIP," kata Adi kepada Tirto.

Analisa tersebut, kata Adi, tercermin dari pernyataan Erwin dan Novel. Dari pernyataan Erwin, menurutnya, tersirat bahwa PDIP merupakan partai yang merangkul semua golongan, termasuk kelompok Islam dari aksi 212 yang secara simbolik diwakili Rizieq.

"Kalau menurut saya itu memang bagian dari mencari citra bahwa PDIP bisa dekat juga dengan kelompok Islam, khususnya (pihak kelompok) 212 dan FPI," kata Adi.

Sedangkan Novel, kata Adi, pernyataan-pernyataannya menyiratkan upaya menunjukkan ke publik bahwa kelompoknya sangat diperhitungkan dalam konteks perpolitikan Indonesia. "Gayanya seperti kalau sudah bertemu Rizieq pasti dapat dukungan umat Islam keseluruhan," kata Adi.

Namun, justru yang lebih diuntungkan dalam hal ini adalah Rizieq dan kelompok 212. Menurutnya, mereka dapat terus mempertahankan citranya sebagai kelompok Islam yang besar dan memiliki andil dalam menentukan arah politik di Indonesia di tengah perpecahan internal yang sedang terjadi.

"Faktanya mereka sudah tidak sebesar 2016 lalu. Dulu kan gerakan 212 itu besar karena masih ada Kiai Maruf Amin dan Pak Din Syamsudin di dalamnya. Sekarang dua orang itu sudah ke pemerintah," kata Adi.

Mengecilnya gerakan 212 ini, kata Adi, dapat terlihat dari sejumlah kegiatan lanjutan mereka seperti Reuni 212 di Monas dan demonstrasi Sukmawati. Menurutnya, kedua kegiatan tersebut tidak mampu menyedot massa sebesar aksi 212.

Secara politik, kata Adi, sebaiknya PDIP fokus merangkul Baitul Muslimin Indonesia untuk merebut simpati masyarakat Muslim. Terlebih di dalam organisasi tersebut juga bercokol sejumlah tokoh Muslim lintas aliran, seperti Hamka Haq dari Muhammadiyah, Zuhairi Misrawi dari NU, dan Jalaludin Rahmat dari Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI).

"Itu kan juga didirikan Buya Syafii dan Kiai Hasyim Muzadi, jadi lebih mudah diterima oleh kalangan NU dan Muhammadiyah di akar rumput," kata Adi.

Menurut Adi, kelompok 212 tidak memiliki jejaring akar rumput yang kuat seperti halnya NU dan Muhammadiyah melalui pesantren dan fasilitas kesehatan milik kedua organisasi tersebut. "212 itu hanya punya citra lewat aksi-aksi," kata Adi.

Baca juga artikel terkait KASUS RIZIEQ SHIHAB atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Muhammad Akbar Wijaya