Menuju konten utama

Siaga Erupsi Gunung Merapi: Masker, Tes Corona & Protokol Kesehatan

Penanganan pengungsi Merapi kali ini berat karena situasi pandemi. Kebutuhan masker mendesak.

Siaga Erupsi Gunung Merapi: Masker, Tes Corona & Protokol Kesehatan
Warga berada di pengungsian Balai Desa Deyangan, Mertoyudan, Magelang, Jateng, Sabtu (7/11/2020). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp.

tirto.id - Sudah hampir sepekan, sekitar 1.000 warga mengungsi sejak pengumuman status siaga letusan Gunung Merapi. Gunung yang terletak pada dua pemerintah provinsi ini menunjukkan kenaikan aktivitas setelah kali terakhir meletus dahsyat satu dekade lalu.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta mengumumkan status Gunung Merapi berubah dari waspada (level II) sejak 21 Mei 2018 menjadi siaga (level III) sejak 5 November 2020. Sebagai konsekuensi zona larangan aktivitas meluas dari tiga jadi lima kilometer. Warga pun mulai mengungsi sehari setelah pengumuman.

Evakuasi kali ini berbeda. Situasi pandemi belum mereda, membuat lokasi pengungsian terpisah satu keluarga dengan lainnya, sesuai protokol kesehatan pencegahan Corona. Di ruangan pengungsi ada banyak papan untuk menyekat warga.

Makanan bagi pengungsi bukan lagi disediakan secara prasmanan, melainkan dibungkus yang dibagikan tiga kali sehari. Kebersihan lokasi dijaga serta disediakan tempat cuci tangan, sabun dan cairan pembersih tangan.

Relawan yang akan bertugas juga menjalani tes Corona, di antaranya 44 orang di pengungsian Glagaharjo, Sleman, satu relawan terdeteksi reaktif sehingga tak bertugas. Tes cepat digelar pada 9 November lalu. Dia selanjutnya akan menjalani tes swab.

Kebutuhan Masker Mendesak

Masker kini jadi kebutuhan pokok pengungsi selain makanan dan tempat tidur. Bantuan alat pelindung diri dari virus SARS-CoV-2 mulai berdatangan.

Camat Cangkringan Sleman, Pramono mengatakan warga lansia perlu masker sekali pakai. Pengungsi lanjut usia kesulitan bila harus mencuci masker kain terus-menerus.

"Harapannya jika masker medis mencukupi, maka setiap pagi dapat disediakan masker medis bagi para pengungsi, terutama untuk yang lansia," ujar dia.

Organisasi kemanusiaan, Palang Merah Indonesia mengirimkan ribuan baju hazmat, face shield dan masker kepada dua pemerintah provinsi. Tahap pertama bantuan, total baju hazmat tiga ribu dan face shield seribu untuk DIY serta bagi pengungsi Jateng dibantu tiga ribu hazmat, face shield tiga ribu dan 50 ribu masker. PMI DIY juga mengirim bantuan 20.000 masker.

“Selain menyalurkan bantuan, kami juga mengerahkan sejumlah relawan ke lokasi bencana untuk membantu evakuasi warga dan lainnya dalam upaya meminimalisasikan dampak dari bencana tersebut," kata Sekretaris Jenderal PMI Pusat Sudirman Said.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali juga menyiapkan 125 ribu masker untuk warga. Saat erupsi, masker berguna ganda, melindungi dari abu gunung dan paparan virus.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X beri bantuan warga yang mengungsi 2.500 masker, peralatan makanan siap saji hingga matras. Ia meminta warga dan petugas agar tetap mematuhi protokol kesehatan.

Berdasar data hingga 11 November, jumlah pengungsi tersebar di empat daerah. Di Sleman (DIY) terdapat 203 pengungsi; Klaten 175 orang; 149 di Boyolali; dan 812 di Magelang. Totalnya 1.339 jiwa didominasi kelompok rentan yakni balita, anak, ibu hamil dan lansia.

Pengungsi dari radius lima kolometer puncak Merapi—zona berbahaya letusan—bisa terus bertambah mengingat status siaga. Saat ini masih ada warga yang beraktivitas di zona rawan letusan Merapi.

Bukan hanya manusia, hewan ternak juga ikut diungsikan di sekitar tempat pengungsian. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi menyebut ada petugas polisi dan relawan menjaga ternak Polda Jateng juga menyumbang seribu tempat tidur lipat.

Kondisi Merapi Terkini & Tanggap Darurat

Rumah yang ditinggalkan akan dipantau oleh kepolisian dalam patroli rutin seperti program Kepolisian DIY. Tujuannya menghindari pencurian. Wakapolda DIY, Komisaris Besar Raden Slamet Santoso menyebut 3.500 personel bersiaga selama sebelum, sesaat dan sesudah bencana terjadi.

Kenaikan aktivitas Gunung Merapi direspons cepat oleh pemerintah daerah. Tercatat hingga 11 November, tiga dari empat daerah menetapkan status tanggap darurat yakni Klaten, Magelang dan Sleman hingga akhir November. Dengan penetapan ini bila terjadi bencana letusan, seluruh sumber daya akan dikerahkan untuk evakuasi.

Pantuan terbaru, Gunung Merapi mengalami gempa vulkanik dangkal berjarak satu setengah kilometer dari puncak, menunjukkan kenaikan aktivitas dibanding periode waspada (level II).

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta juga mencatat indikasi letusan eksplosif seperti pada 2010. Kendati demikian, belum ada tanda munculnya lava di permukaan kawah gunung.

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG MERAPI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Zakki Amali
Editor: Rio Apinino