tirto.id - Shalat tarawih pertama Nahdlatul Ulama (NU) pada Ramadhan 2025 dimulai tanggal berapa? Apakah NU juga akan melakukan shalat tarawih pada Jumat, 28 Februari 2025 seperti Muhammadiyah? Ataukah shalat tarawih NU yang menjadi penanda awal bulan puasa berlangsung mulai Sabtu, 1 Maret 2025.
Shalat tarawih merupakan ibadah sunnah yang khusus dikerjakan selama bulan Ramadhan. Tarawih juga kerap kali disebut sebagai qiyam Ramadhan atau ibadah di malam bulan Ramadhan. Dalam ilmu fikih, tarawih dihukumi sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.
Di Indonesia, shalat tarawih umumnya dikerjakan 8 rakaat (11 rakaat dengan witir) atau 20 rakaat (23 rakaat dengan witir). Warga Muhammadiyah mengerjakan shalat tarawih 8 rakaat. Sementara itu, warga NU mengerjakan shalat tarawih sebanyak 20 rakaat.
Dalam pelaksanaannya, shalat tarawih dapat dikerjakan secara munfarid atau pribadi, bisa juga dikerjakan dengan berjamaah. Berdasarkan salah satu pendapat yang kuat dalam mazhab Syafi'i, waktu tarawih sama dengan witir, yakni di antara isya dan terbitnya fajar.
Shalat Tarawih Pertama NU Tanggal Berapa?
Kapan shalat tarawih pertama NU bergantung pada penentuan tanggal berapa Ramadhan 1446 H dimulai. Saat ini, NU belum menetapkan hari pertama bulan puasa, menunggu rukyatul hilal (pengamatan bulan sabit) yang akan berlangsung pada Jumat, 28 Februari. Jika pada esok hari hilal terlihat, puasa akan dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025. Sementara itu, jika hilal tidak terlihat puasa dimulai Minggu, 2 Maret.
Dalam pandangan NU, penentuan awal bulan kamariyah, termasuk di dalamnya Ramadhan, memakai rukyat, sedangkan hisab menjadi pendukung. Kriteria imkanur rukyat (visibilitas hilal) NU adalah tinggi hilal mar'i 3 derajat dan elongasi hilal hakiki 6,4 derajat.
Kriteria ini sedikit berbeda dengan kriteria MABIMS, walaupun angka yang dirujuk sama. Dalam kriteria imkanur rukyat NU, elongasi hilal bersifat hakiki, sedangkan elongasi hilal di MABIMS asaanya mar'i.
Terdapat 4 tahap penentuan awal Ramadhan menurut NU, yaitu dimulai dari hisab sebagai upaya membantu rukyat sekaligus kontrol akurasi laporan hasil rukyat. Kedua, rukyatul hilal bil fi'li di lapangan. Ketiga, melaporkan hasil rukyat tersebut dalam sidang isbat Kemenag. Langkah terakhir, begitu ada isbat dari pemerintah, PBNU melaksanakan ikhbar (pemberitahuan) kepada jemaah mereka.
Dikutip dari "Sidang Isbat Penentuan Awal Ramadhan 1446 H Digelar pada 28 Februari 2025" (NU Online), Lembaga Falakiyah PBNU sudah mengeluarkan data hilal. Ketinggian bulan sabit pada Jumat (28/2) di Jakarta mencapai i 4 derajat 3 menit 30 detik dengan elongasinya 6 derajat 1 menit 23 detik. Ijtimak terjadi pada hari tersebut pada pukul 07.46.18 WIB.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) juga sudah mengeluarkan data hisab posisi hilal pada 29 Syaban 14446 H atau Jumat (28/2). Direktur Urais Binsyar Kemenag, Arsyad Hidayat, mengungkapkan bahwa ijtimak awal Ramadhan 1446 H diprediksi terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 07.44 WIB. Pada hari tersebut, posisi hilal di Indonesia diperkirakan memiliki ketinggian antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi berkisar 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.
Secara astronomis, data tersebut telah memenuhi kriteria bulan baru menurut MABIMS. Namun, apakah hilal dapat diamati atau tidak belum dapat dipastikan. Saat ini, masih ada kemungkinan puasa dimulai pada 1 Maret 2025 (Sabtu) atau 2 Maret 2025 (Minggu).
Apakah Shalat Tarawih Pertama NU Beda Hari dengan Muhammadiyah?
Muhammadiyah telah mengeluarkanMaklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Dalam maklumat itu, terdapat 3 tanggal penting yang diputuskan mengacu pada hasil hisab oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Ketiga tanggal penting itu adalah 1 Ramadhan, 1 Syawal (Idul Fitri), dan 10 Zulhijah (Idul Adha).
Mengacu maklumat tersebut, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada 1 Maret 2025. Artinya, shalat tarawih untuk kalangan Muhammadiyah akan dimulai sejak Jumat, 28 Februari 2025 malam hari.
Dalam menetapkan awal Ramadhan 2025, Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode tersebut melihat awal bulan kamariyah dihitung berdasarkan data astronomi, tanpa perlu rukyatul hilal.
Dalam metode hisab hakiki wujudul hilal, terdapat 3 hal penting yang harus dipenuhi saat menentukan bulan baru. Tiga hal tersebut berupa telah terjadi ijtimak (konjungsi), ijtimak terjadi setelah matahari terbenam, dan terakhir pada saat terbenamnya matahari, piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud).
Berdasarkan data, Muhammadiyah telah melakukan ijtimak pada Jumat, 28 Februari 2025 pukul 07:46:49 WIB. Selain itu, hilal atau bulan baru sudah wujud, mengingat tinggi bulan saat Matahari terbenam di Yogyakarta +04° 11` 08″ dan di wilayah Indonesia, bulan berada di atas ufuk atau hilal sudah wujud. Sehingga awal puasa versi Muhammadiyah jatuh pada 1 Maret 2025.
Berdasarkan uraian di atas, jika mengacu pada data hisab versi Muhammadiyah, Kemenag, dan NU, tampak bahwa ketinggian hilal sudah memenuhi kriteria MABIMS, yaitu di atas 3 derajat. Namun, apakah pemerintah dan NU akan menetapkan awal Ramadhan pada 1 Maret 2025 belum dapat dipastikan. Pasalnya, rukyatul hilal menjadi kunci keputusan baik dari NU maupun pemerintah.
Dengan demikian, shalat tarawih pertama NU juga masih menunggu hasil sidang isbat, apakah dilakukan pada Jumat, 28 Februari, atau Sabtu, 1 Maret 2025.
Penulis: Sarah Rahma Agustin
Editor: Fitra Firdaus
